-28- Keingintahuan

2.3K 471 46
                                    



Gojo membuka ponselnya dan menelpon seseorang.


"Ini sudah malam astaga!  Mau apa, kau!?"  Gerutu Getou di seberang telepon.  Ia yang baru saja terlelap setelah susah payah kini kembali terbangun karena telepon dari Gojo.

"Eeeh...  Maaf, maaf.  Tapi, bisakah aku minta tolong?"  Gojo menggaruk tengkuknya sambil cengengesan.

"Apa??"  Kesal Getou lalu duduk di kasurnya.

"Bisa tolong kau beri sihir penguat pada jimat yang kuberikan pada Yuji?  Keadaannya agak gawat--"

"Hah!?  Bukankah kau sendiri bisa-- ah, benar juga, aku segera pergi."  Getou yang teringat bahwa Gojo sedang mengumpulkan energi sihir, langsung bangkit dari kasurnya dengan malas.  Ia sendiri sebenarnya tahu kalau Gojo tak akan mengganggunya malam-malam begini kalau tak dalam keadaan darurat.


Gojo sendiri kini telah masuk ke dalam mobilnya, ia pergi ke arah rumah Yuji.  Di depannya, nampak mobil para pengawal keluarga Ryomen yang satu tujuan dengannya.  Kalau saja ia tidak sedang mengumpulkan energi sihir, maka saat ini ia pasti sudah meneleportasi mereka ke hutan Amazon.

Gojo mendecakkan lidah, kala mobilnya terhalang oleh truk yang lewat di depannya tanpa mempedulikan rambu lalu lintas.  Jaraknya antara mobil pengawal dengannya semakin menjauh, itu akan mengurangi kecurigaan.

Gojo dalam hati berharap Getou tidak telat datang ke rumah Yuji.  

Gojo mengetuk-ngetukkan jarinya pada setir mobil sambil menggigit bibirnya gelisah.



"Baa!"

"ASWJN9WHEWUE3HG27GWEDIQP39AEDIJO!!!????" Gojo terlonjak kaget oleh sosok yang tiba-tiba muncul dan mengagetkannya dari bangku tengah.  Itu Getou yang baru saja berteleportasi kesana, ia tertawa puas melihat reaksi Gojo yang baru pertama kali ia lihat.


"Segitunya?"  Getou memegangi perutnya yang sakit setelah tertawa puas-puas.

Gojo berdecih kesal, "Sialan kau!"


"Kau tidak fokus."

"......."

"Kau benar-benar khawatir dengannya?"

"Tentu saja."


Getou terkekeh pelan, "Kalau begitu, sepertinya sudah jelas."  Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan punggungnya ia sandarkan.  Ia menghela napas sambil tersenyum.

"Apanya?"

"Dia fatum mu."


pythonissam [END] ✔Where stories live. Discover now