-17- Bye bye

2.5K 544 89
                                    



"Aku pulang..."  Hampir tengah malam, Sukuna baru pulang.  Setelah menemukan fakta bahwa DNA mereka cocok melalui pemeriksaan oleh dokter di laboratorium pribadi, tuan dan nyonya Ryomen langsung membawanya kesana kemari, membeli pakaian dan semacamnya meski Sukuna tak merasa nyaman karenanya.

Sukuna melihat keadaan rumah, lampu sudah dimatikan dan terasa sunyi.  Pikirnya tentu saja Yuji sudah tertidur.  Ia lantas naik ke kamarnya.  Ia sempatkan sedikit mengintip ke dalam kamar Yuji dimana ia menemukan pemuda itu tengah tertidur dengan selimut tebal yang menutupi hingga ujung rambutnya.

Sukuna menghela napas.  Mendadak ia merasa ragu akan keputusannya.  Apa tidak apa meninggalkan Yuji seperti ini?

Sukuna menutup pintu dan kembali ke kamar tanpa tahu bahwa Yuji tengah menahan suara tangisnya di dalam selimut.




**


"Sudah siap semua barangnya?"  Yuji membantu Sukuna mengepak barangnya.  Sukuna nampak melihat ke arah sekitarnya lalu mengangguk, "Sikat gigi?"

"Sudah"

Yuji mengangguk, "Hum!  Sekarang tinggal membawanya turun."

Keduanya lalu membawa barang Sukuna turun.  Barang yang dibawanya tidak terlalu banyak mengingat tuan dan nyonya Ryomen kemarin membelikannya begitu banyak barang.  Sukuna menatap kamarnya yang belum lama ia tempati itu untuk terakhir kalinya lalu menutup pintunya.


"Sekarang tinggal menunggu mereka datang..."  Yuji duduk di depan televisi dan menyalakannya.  Sukuna duduk di sebelahnya setelah membuatkan dua cangkir coklat panas dan biskuit sebagai pendamping.

Keduanya terdiam sambil menatap layar televisi dengan tidak tenang.  Memikirkan bagaimana mereka mungkin tidak akan bisa bertemu lagi membuat mereka begitu cemas.  Mereka sama-sama ingin berbincang namun tak tahu apa yang harus mereka bicarakan.  Tapi perpisahan ada di depan mata mereka dan setidaknya mereka harus membicarakan sesuatu.




"Yuji/Sukuna" Mereka memanggil bersamaan.


"Ah, kau duluan saja."  Ucap Yuji.


Sukuna mengusap tengkuknya.  "....Apa kau benar-benar akan membiarkanku pergi?"

Yuji tersenyum tipis, "Tentu saja.  Aku sudah bilang, masa depanmu akan lebih terjamin bersama mereka."  Yuji melebarkan senyumnya meski sebenarnya ia kini tengah mati-matian menahan rasa sakit di dadanya.  Yuji menghela napas, "Astaga....  Tak kusangka ternyata yang selama ini kukira adikku, malah lebih tua dariku..."  Ia tertawa datar.

pythonissam [END] ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant