-13- Pulang

2.9K 574 122
                                    



"Kau dan Yuji bukanlah saudara"

Suara perempuan itu menggema dalam kepala Sukuna.  Ia melamun hingga ia tersadar karena menjatuhkan botol sampo yang ia senggol.  Ia menatap botol itu lama dibawah guyuran air shower.  Tiba-tiba ia membanting botol itu membuat Yuji dan Immunda yang sedang bermain menjadi terkejut.

"Sukunaa!?"

"Aku baik-baik saja.  Cuma terpeleset"




Suara lonceng kecil yang terdengar di dalam kepala Sukuna membuatnya terbangun dan bergegas menggunakan sihir pemantaunya yang berskala maksimal 15 meter.  Ia melihat seorang perempuan hendak memencet tombol bel.

Sukuna segera turun dan bersiap di balik pintu.  Namun bel tak kunjung dibunyikan.


"Kau ada disana dan aku tidak perlu memencet belnya, 'kan?"  Suara perempuan itu terdengar.  Sukuna mengernyitkan dahinya heran.  Mengapa perempuan itu bisa tahu ia ada disana?  Firasatnya mengatakan bahwa perempuan di balik itu bukan orang sembarangan.  Kemudian terdengar suara helaan napas perempuan itu.  "Ayolah, di luar dingin.  Aku tidak perlu dobrak pintunya untuk masuk, 'kan?"

Sukuna menarik napas dan membuka pintu tepat saat perempuan itu ambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu.

"Oh," perempuan itu menatap Sukuna dengan matanya yang terlihat sayu, "Akhirnya dibuka."


"Siapa kau?"  Sukuna mengernyitkan dahinya.

"Penyihir"

Terlintas sekilas dalam benak Sukuna jika perempuan ini benar-benar adalah penyihir.  Ia tidak kenal siapa dia dan apa tujuannya yang mungkin saja akan membahayakan dirinya dan Yuji.

"Hah, apa-apaan omong kosong itu?  Jangan bercanda, mana ada penyihir di dunia ini"

Perempuan itu mengedikkan bahunya.  Sukuna mengusir perempuan itu dan menutup pintunya, namun pergerakannya terhenti karena tubuhnya mendadak terasa kaku dan tak bisa digerakkan seakan ada yang memeganginya.  Sukuna melirik ke arah perempuan tadi melalui celah pintu yang belum tertutup sempurna.

Perempuan itu hanya tersenyum tipis lalu masuk begitu saja ke dalam rumah.

"alba amissio."  Setelah Sukuna membacakan sebuah mantra, ia dapat kembali bergerak dan melihat ke arah perempuan tadi yang sedang duduk di sofa ruang tamu dengan santainya.

"Duduklah.  Pasti lelah mengeluarkan sihir besar seperti itu bagi pemula"


"Apa maumu?"  Sinis Sukuna.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti adik-- eh, kakakmu.  Ada hal yang harus kubicarakan denganmu."  Perempuan itu terus menatap mata Sukuna hingga Sukuna menyerah dan memutuskan untuk mendengarkan apa yang akan perempuan itu bicarakan.  Ia melemparkan dirinya ke kursi di pojok ruangan sambil terus mewaspadai perempuan itu.

pythonissam [END] ✔Where stories live. Discover now