3. Let it flow

6.9K 1.3K 239
                                    

Alhamdulillah bisa update ❤
Jangan lupa vote + komen nya biar aku semangat 🔥😍

🌼

Maha Besar Allah yang menciptakan seluruh alam semesta dan isinya dengan begitu indah... Namun fana.

Semua yang dilihat tak abadi.

~Different~
Adelia Nurahma

***

Gumpalan awan itu bergerak ke arah mata angin. Bentuknya berubah-ubah. Kadang ia lihat seperti ayam, kelinci, gajah, brokoli, pohon, atau hanya abstrak saja. Namun karena ketidakpastian itu lah, memandanginya jadi hal yang menyenangkan. Perubahan bentuk awan adalah satu-satunya hal yang benar-benar tidak bisa diprediksi. Berbeda dengan cuaca yang mempunyai ramalannya sendiri. Awan tidak punya itu. Awan adalah kebebasan yang mengikuti kemanapun angin pergi. Awan bisa mengelilingi dunia sesukanya.

"Bunda?"

"Iya, Al?"

"Apa Al bisa jadi awan?"

Syila mengernyit kebingungan mendengar pertanyaan putranya. Tapi kemudian ia tersenyum, menghilangkan fokusnya pada El yang sedang bermain kolam air buatan di depan rumah. Putranya yang tidak mau ikut bermain ini sepertinya memang punya dunianya sendiri.

"Kenapa Al pengen jadi awan?"

"Biar Al bebas mau kemana aja."

"Memangnya Al mau kemana? Dengan jadi Al yang sekarang pun, Al bisa kemana aja. Tinggal bilang sama ayah."

Anak sulungnya itu beralih menatapnya setelah memandangi awan cukup lama. Seperti biasa tak ada ekspresi di wajahnya yang sudah nyata terlihat tampan meski usianya baru tujuh tahun.

"Gak sama ayah. Al mau pergi sendiri."

Syila terkesiap mendengarnya. Putranya, yang berusia tujuh tahun sudah berpikir untuk berpergian sendirian. Apakah ini hal yang wajar?

"Kenapa Bunda sedih?"

Satu lagi hal yang berbeda dari Al dengan anak yang lainnya. Putra sulung ini sangat-sangat peka dengan kondisi perasaan orang lain. Lihat saja saat raut wajah Syila berubah, dia langsung bertanya seperti itu.

"Kenapa Al mau pergi? Al gak bahagia tinggal sama Bunda, sama Ayah, sama El?"

Bukannya menjawab, anak lelaki itu malah kembali bertanya. Sepertinya ingin mendapat kepastian.

"Bunda sedih karena Al bilang mau pergi?"

"Iya."

Belum cukup dengan perkataannya yang tadi membuat Syila terkejut. Apa yang Al lakukan sekarang pun membuatnya terkesiap. Anak lelakinya itu kini menggenggam tangannya. Dan lagi, sosoknya yang sangat jarang tersenyum, kini menunjukkan senyumnya, senyum yang sepertinya berusaha menenangkan.

"Gak papa, Bunda. Al gak jadi pergi. Bunda jangan sedih, yah."

Mata Syila berkaca-kaca. Ia mendongak agar air matanya tak terjatuh. Entah apa saja yang selama ini Al pikirkan dalam setiap lamunannya. Tapi yang pasti, Al tak memberikan jawaban atas pertanyaan Syila tadi.

Apakah Al bahagia?

***

Masih dengan kebiasaannya di tempat lapang. Satu-satunya hal yang tidak membosankan untuk dilihat hanyalah awan yang terus bergerak dan berubah bentuk. Entah kemana perginya gumpalan putih itu, entah kemana dia akan berakhir, atau mungkin terus terombang-ambing tanpa henti.

Different (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now