12. Tolehan Maut

5.1K 1.1K 282
                                    

"Gak mau tau, pokoknya ikut gue pulang dulu."

El kembali geleng-geleng kepala melihat Alan yang masih merajuk. Pagi ini, pukul setengah tujuh, Al tentu sudah tiba di apartemen El. Sejak tadi Alan merengek minta diantar pulang dulu karena ia ingin ganti baju dan ganti motor. Kan gak lucu, temen-temennya pada pake jaket, sarung tangan, motor gede, helem visor, sedangkan dirinya masih pakai vespa, baju pinjem dari El dan helm bogo. Yang ada nanti dikira kacung mereka.

"Yaudah yaudah kita ke rumah lo dulu," putus El akhirnya.

Mereka bertiga pun memutuskan untuk ke rumah Alan lebih dulu. Menunggu lelaki itu berganti pakaian, dan menonton sedikit drama saat adik laki-lakinya yang paling kecil nangis minta ikut.

"Pokoknya Leo mau ikuuut, huwaaaa."

"Mau naik embem."

"Bial keleeen."

"Leo udah dibeliin helm sama papiiii."

Alan menghela napas sambil memutar otaknya supaya bocah berumur empat tahun ini tidak ikut dengannya.

Sementara Al dan El menunggu di pelataran rumah. Di sana ada salah satu kakaknya Alan yang sedang mencuci mobil di depan.

"Pada mau kemana?"

"Muter-muter ngabisin bensin, Bang."

Si abang ketawa denger jawaban El.

"Yok buru!"

Akhirnya Alan menyudahi drama minta ikut dengan adiknya dengan memberinya iming-iming pergi ke mall saat dia pulang nanti.

"Kenapa ganti motor, Lan?" tanya si abang.

"Motor mama sumber dayanya udah sekarat."

"Dih, make doang lo, giliran ngasih makan diserahkan ke pihak yang berwajib."

Alan hanya menyengir, mengelus-elus motor besarnya sebelum ia tunggangi.

Ya, ternyata vespa yang selama ini dipakai oleh Alan adalah milik ibunya yang sudah jarang dipakai. Sedangkan milik dirinya adalah jenis Kawasaki Ninja 650 yang sudah dimodif. Tampilannya gahar. El sampai naksir lihatnya.

Oh iya, ngomong-ngomong tentang Samuel dan Alex, kedua orang itu memang tidak bisa ikut. Setiap hari minggu mereka harus pergi ke Gereja —meski kadang Samuel lebih sering absen daripada Alex yang lebih rajin.

Setelah berkendara santai di jalanan, pukul satu usai menunaikan shalat dzuhur mereka memutuskan untuk singgah di kafe yang parkirannya juga cukup ramai oleh jejeran motor besar yang warnanya serempak merah. Anak geng motor mungkin.

Ketiga lelaki itu duduk di dalam, dekat dinding kaca karena di luar sudah ramai. Di meja sudah sudah tersedia tiga cangkir kopi, dan satu jus jeruk berwarna orange milik El. Iya, dia pesan dua minuman. Dan beberapa piring makanan. Al dan El sudah melepas jaket kulitnya, menyisakan kaus putih dan hitam polos sebagai atasan mereka.

"Kenapa lo sekolah gak pernah bawa motor itu?" tanya El sambil melihat ke luar, ke arah motor Alan yang bisa dilihat di parkiran.

"Gak papa. Sayang aja motor nyokap gue nganggur di rumah."

El mengangguk paham. "Lo ikut balapan, yah?" tanyanya tak mau basa-basi. Melihat motornya yang dimodif hingga tampilannya menjadi sedemikian rupa, membuat El curiga.

Cengiran Alan pun menjawab semuanya. "Kadang-kadang ikut balap liar. Seru banget, lo harus coba," bujuknya, namun berbisik di akhir kalimatnya takut Al tidak setuju dan dia kena sorot lasernya.

Different (SEGERA TERBIT)Onde histórias criam vida. Descubra agora