14. Pengecut

4.1K 1.2K 272
                                    

Jangan lupa komen + vote
😗

***

"Pertandingan akan segera dimulai. Untuk para pemain..." Seseorang dari pengeras suara terus bicara agar para pemain segera berkumpul di lapangan basket itu. Para penonton sudah memenuhi kursi di dalam gor. Meski permainan belum dimulai, suara penonton sudah mulai ramai menyoraki jagoan sekolahnya masing-masing. Para orang tua yang datang untuk melihat anaknya pun tak kalah semangat dari para muda-mudi di sana.

"ANAK KEMBAR BUNDA PASTI MENANG! HAYO SEMANGAAAT!"

Hasan yang melihat kelakuan istrinya hanya bisa menggaruk kening. Pasalnya, sedari rumah Syila sudah memperingatinya begini, "Pokoknya Mas, aku mau semangatin mereka. Ini impianku sejak dulu."

"Jadi sejak dulu kamu udah mimpi semangatin anak kamu main basket?"

"Ih, enggak. Dulu aku pengen banget nyemangatin pacar main basket. Tapi aku gak punya pacar, mana punya gebetan galaknya macem kamu. Jadi aku gak punya kesempatan. Sekarang waktunya aku jadi penyemangat di kursi penonton!"

Seperti itulah pembicaraan mereka sebelumnya. Hasan mau tak mau membiarkan istrinya mewujudkan impian kecil masa sekolahnya saat ia sudah menjadi seorang istri. Toh, yang dia semangati anak kembarnya.

"Ayah ayah," panggil putra kecilnya yang sedang Hasan pangku. Sementara kakak perempuan dari si kecil ini tidak bisa ikut dan tinggal di rumah pamannya, Husein, karena dia tidak begitu menyukai keramaian.

"Iyah, Arsyan?"

"Bunda belicik kok gak dimalahin? Acan kalo belicik suka dimalahin tuh ama bunda."

"Sekarang Arsyan boleh berisik. Semangatin abang main."

"Boleh?"

"Iyah."

Tak disangka si kecil ini langsung menarik napas panjang sampai pipi chubby nya itu semakin mengembung karena dia menahan udara di mulutnya. Lalu bersama dengan sang ibu, dia mulai memberi pekikan semangat untuk para abangnya di lapangan.

"AYO ABANG-ABANG ACAN CEMANGAAAT. HALUS MENANG HALUS MENANG. NANTI ALCAN BAGI PELMEN SAMA COKAT."

Hasan hanya bisa tertawa. Tanpa disadari mereka berhasil menarik perhatian para gadis SMA di sana. Mereka saling berbisik dan sesekali melirik keluarga kecil yang duduk pada kursi tengah itu.

"Eh eh, itu orang tuanya Al sama El, yah."

"Iyah. Gak heran anaknya good looking, orang tuanya aja eye catching."

"Adiknya lucu banget. Bakal jadi bibit unggul juga pasti."

Seakan baru menyadari sesuatu, Syila memukul-mukul lengan suaminya, membuat Hasan langsung menoleh padanya. Ya memang cara istrinya untuk menarik perhatiannya agak berbeda. Meski udah ditoleh pun dia gak berhenti mukul. Mana mukulnya gak ada kalem-kalemnya lagi.

"Ada apa, Bunda?" tanya Hasan sambil menggenggam tangan Syila agar berhenti melakukan KDRT. Melihat dari wajahnya, sepertinya sang istri sedang khawatir.

"El kok gak keliatan, yah? Padahal udah mau mulai."

Hasan fokus ke lapangan, mencari-cari putranya yang disebutkan. Namun di sana hanya ada Al. Al pun nampaknya sedang mencari keberadaan adiknya itu dilihat dari wajahnya yang tak tenang dan matanya yang terus melihat sekeliling.

"Shit. El dimana, sih? Udah mau mulai, nih," salah satu pemain menyuarakan isi kepala pemain lainnya. Pelatih mereka pun sudah terlihat gusar karena El belum juga muncul.

Different (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now