7. Makan ikan

5.1K 1.3K 711
                                    

Couple HaSyila niiihh ❤
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya yaaah 😽

***

"Siapa yang minggu ini tugas jagain Arsyan?"

"EEELL," El mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk menyatakan kehadiran. Belum lagi pekikannya yang terlampau keras. Padahal tidak seperti itu pun semua orang di ruang keluarga tetap bisa melihatnya. Tapi ya mau gimana lagi, seluruh anggota keluarga juga sudah sangat hapal dengan kerusuhan seorang Elfathan.

"Kalo gitu Al bantuin ayah bersihin halaman belakang, ya. Haura bantu bunda masak buat makan siang nanti."

Al dan Haura mengangguk saja.

Di hari libur setiap hari sabtu, kalau mereka tidak ada kegiatan di luar, semua orang dalam keluarga memang akan berbagi tugas. Biasanya dari pagi sampai menuju waktu makan siang. Memasuki dzuhur, para lelaki akan berangkat sholat ke masjid, meninggalkan Syila yang kadang harus menunggu kepulangan mereka supaya bisa sholat. Karena meninggalkan anak lelakinya yang berusia tiga tahun bersama dengan Haura bukanlah hal yang tepat.

"Telus Alcan?" tanya si kecil yang merasa dilupakan. El pun meraihnya, mengangkatnya dari sofa dan memangku adiknya yang paling kecil. Tubuhnya gempal dan kulitnya putih, sangat menggemaskan. Kadang El tidak tahan untuk mencubit pipinya sampai dia menangis. Jadi tidak jarang dia dimarahi bundanya atau kakaknya. Kalau ayahnya paling melotot saja dan memanggilnya penuh peringatan. Itu juga sudah seram menurut El.

"Arsyan main sama abang."

"Holeee," Arsyan berseru senang.

"Yah, pinjem kunci mobil?"

"Heh, enggak-enggak, kamu belum punya SIM," cegah Syila.

"Tapi udah bisaaa," kekeuh El.

Si emak tak kalah kekeuh, "Belum punya SIIIIM."

"Tapi udah belajar nyetiiiir."

"Tetep enggak! Mas nih, makanya kalo anak masih sekolah tuh jangan diajarin nyetir mobil."

Sekarang Hasan si guru mengemudi ikut disalahkan. Yang disalahkan hanya bisa menggaruk ujung hidungnya.

"El kan udah cukup umur. Nanti deh bikin SIM. Jadi sekarang pinjem dulu, mau ke rumahnya Om Husein doang, kok. Iya kan, Ar?" El mencari suara dari adik kecilnya. Dan tentu saja Arsyan mengangguk semangat.

"ENG.GAK!" putus Syila, lalu mengajak Haura pergi dari sana, satu-satunya anak perempuannya yang sering ia ajak provokasi bersama. Kepergian bundanya dengan keputusan bulat itu membuat El mengerucutkan bibir lalu menghempaskan punggungnya di sofa. Sementara Arsyan ia dekap dalam pelukan. Seperti boneka hidup, balita berumur tiga tahun itu hanya mengerjapkan mata bulatnya.

Hasan menghela napas. "Gini aja deh," katanya sambil memajukan tubuh. Posisi siap berdiskusi. Pertama-tama dia menatap kedua putranya bergantian.

"Hari senin besok kalian bikin SIM."

"SIM mobil?" tanya El.

"Dua-duanya. Mobil sama motor."

"Aku gak bisa ngendarain motor."

"Eh, masa?" Hasan kaget mendengar suara Al.

"Iya. Belum pernah coba."

"EL BISA," El memekik lagi, membuat Arsyan yang sedang dipeluknya sampai berjengit kegat. Setelahnya El langsung minta maaf pada bocah kecil yang sekarang malah tertawa lucu itu.

"Hehe, aget," ujarnya sambil mengelus dada dengan ekspresi lugu. Jadilah dia diberikan kecupan singkat di pipinya oleh El. Lucu sekali sih adiknya. Setelahnya El lanjut bicara pada ayahnya.

Different (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang