23. Alasan

3.9K 1K 268
                                    

"LO!"

Arsyan terkejut bukan main saat seorang lelaki di meja itu berdiri tiba-tiba, berteriak keras dan menarik kerah baju kakaknya yang tampan. Sebagai anak kecil, efek terkejut yang ia rasakan lebih besar dari abangnya yang sepertinya sedang diancam. Jadi, dia menangis. Tapi cuma sebentar.

"Hwaaa Abang Al, Alcan kageeet."

Al mengeratkan lengan kirinya yang sedang menggendong Arsyan, seakan menegaskan kalau Arsyan akan baik-baik saja dan abangnya ini akan selalu melindunginya. Rahang Al mengeras, namun di hadapan Arsyan dia tidak bisa melakukan apapun pada Gino.

"Gino lo apa-apaan, sih?!"

Gladys turut berdiri, berusaha menarik tangan Gino namun tak membuahkan hasil.

"Gara-gara dia gue diasingin dari keluarga gue sendiri."

Kemarahan Al reda, sekarang dia sangat bingung. Apa maksud ucapan Gino barusan? Memang dirinya melakukan apa sampai Gino diasingkan oleh keluarganya sendiri? Aneh.

"Gue gak ngerti maksud lo."

Al menepis tangan lelaki itu, kali ini cengkramannya terlepas dan tangannya terlihat mengepal kuat. Al rasa, apa yang terjadi pada wajah lelaki itu pun berhubungan dengan diasingkannya ia dari keluarga.

"Gak usah pura-pura bego! Lo ngadu kan ke bokap lo?! Siapa sekarang yang pengecut, hah?!"

Wait!

Otak cerdas Al akan mencernanya sebentar.

Jadi apakah, ayahnya tahu masalahnya dengan Gino, kemudian ayahnya mendatangi ayah Gino, dan ternyata ayahnya memiliki derajat sosial yang lebih tinggi dari keluarga Gino yang merupakan pengacara. Oleh karena itu, ayah Gino memarahi putra tidak bergunanya ini, kemungkinan ayah Gino sendiri juga yang memukuli putra pembawa masalah ini. Lalu belum cukup dengan itu, sepertinya Gino pun diusir dari rumah atau semacamnya.

Oke, sepertinya ini sudah cukup jelas untuk Al. Tapi demi apapun dia tidak bicara apa-apa pada ayahnya soal Gino. Tapi sepertinya Al tahu siapa yang bercerita pada ayahnya.

Smirk Al muncul, ia bahkan mendengus geli karena persoalan ini.

"Seenggaknya sekarang lo sadar, kalau di atas langit masih ada langit."

"SIAL."

Sekali lagi sepertinya Gino benar-benar akan melampiaskan amarahnya. Tangannya sudah mengayun dengan kepalan yang begitu kuat. Sebelum semuanya terjadi, Al berbisik pada Arsyan.

"Arsyan, tutup mata!" Bocah pintar itu menurut, ia langsung memeluk leher abangnya dan memejamkan mata seerat-eratnya. Sampai akhirnya suara pukulan terdengar. Namun Abangnya tidak jatuh, tidak seperti orang yang terkena pukulan. Padahal Arsyan dengar ada yang jatuh.

"Udah belum?" tanyanya.

"Udah."

Arsyan membuka mata lagi, melepas pelukannya kemudian melihat laki-laki yang tadi hendak memukul kakaknya sudah jatuh ke lantai. Situasi menjadi tegang seketika. Orang-orang di kafe seakan menjadi patung melihat kejadian itu. Tapi kemudian semuanya berubah saat sorakan seorang anak-anak begitu keras terdengar.

"YEEYY ABANGNYA ALCAN MENAANG."

Al memeluk sang adik dengan kedua tangannya. Tiga gadis di meja itu masih memandanginya dalam diam. Kemudian Gladys bergerak untuk membantu Gino berdiri.

"Lo sih makanya gak usah sok jagoan!" omelnya kesal.

Al tidak mempedulikan mereka, ia masih ada urusan yang harus diselesaikan.

Different (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang