6. Pesona

5.2K 1.3K 348
                                    

Untuk yang udah pernah baca Different 2021, pasti merasa ada yang janggal. Yap, ada satu part yang dihapus. Ini harusnya jadi part 7. Tau lah yah part apa yang aku hilangin hehe

Selamat membaca ✨

✨✨✨



"Woy, Lan. New student, come here come here!"

"Bule macem apa sih lo Samuel? Bahasa inggris lo freak banget," gerutu El ketika mendengar logat bicara Samuel yang sangat tidak cocok dengan wajah bulenya.

"Maklumin aje, aye udah kelamaan idup same orang betawi," balas Samuel, membuat Alex yang juga bule asli cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar elakan itu. Tapi setidaknya Al tersenyum mendengar jawaban Samuel yang masuk akal.

Alan mendatangi meja kantin berisi empat orang teman kelasnya itu dan duduk pada kursi di sebelah Samuel. Meski baru kenal padahal belum kenalan resmi, dia kini sudah merangkul bahu Samuel sok akrab. Tapi karena Samuel pun orangnya sangat humble, dia jadi gak keberatan.

"Ada apa, old student?" tanya Alan. Panggilan barusan terdengar aneh namun benar juga. "Lo artis itu, yah?" tanyanya kemudian setelah menelisik paras Samuel lebih dekat, takut salah orang sepertinya. Sebenarnya sejak tadi di kelas pun dia sudah curiga, namun belum yakin.

"Ah enggak, gue rakyat biasa," kata Samuel, membuat El mendengus mendengarnya.

"Masa sih? Sejak tadi gue liat-liat lo kaya mirip sama Samuel Matthew yang fotonya dijadiin wallpaper hp adek gue."

"Ganteng gak fotonya?" tanya Samuel.

"Biasa aja."

"Oh, berarti bukan gue."

"Lan, makin lama lo ngobrol sama dia, makin lo sadar kalo waktu lo terbuang percuma," ujar Alex, yang sudah lelah mendengar elakan Samuel.

"El," panggil Samuel dengan mata berbinar terluka menatap El. "Hati gue dilukain sama Alex," adunya. Membuat El langsung melotot ke arah Alex.

"ALEX..." Bentaknya. Tapi kemudian dia bilang, "Lanjutin hujatan lo! Jangan nanggung-nanggung."

Alex tertawa mendengar itu.

Sementara Samuel melontarkan makiannya pada El, "Biyangke lo."

"Pindahan dari mana?" kali ini yang menanyakan pertanyaan normal itu adalah Al.

Alan melepas rangkulannya dari Samuel dan menjawab, "Masih dari Jakarta. Cuma karena move on dari rumah lama dan bokap punya kerjaan baru, jadi cari sekolah yang lebih deket," jelasnya, Kemudian beralih menatap Alex. "Lo ketua osis, yah?"

"Begitu lah," jawab Alex. "Mau apa nanya? Nyalon jadi osis? Udah telat."

"Ye, husnudzon aja, lo. Sapa juga yang mau jadi pembantu."

"Itu namanya aktifis."

"Iya, intinya pembantu, tukang disuruh-suruh."

"Serah."

"Wah, Alex punya temen rusuh." Samuel bersemangat. "Lo masuk geng ini aja, Lan. Biar rame. Udah garing nih ribut sama El doang."

"Geng?" tanya Alan dengan sebelah alis terangkat. Sepertinya lupa dikatakan kalau lelaki itu sudah melepas kaca matanya. Ternyata dia hanya memakai kaca mata di saat jam belajar saja. Saat istirahat, dia melepasnya.

"Geng gang geng gong," cibir El. "Gak ada yang begitu. Kalo mau temenan, ya temenan aja. Emang dasar anak-anak yang lain aja minder mau kumpul sama kita. Jadi kita sering kumpul berempat doang."

"Minder kenapa?" tanya Alan yang kali ini dengan kedua alis terangkat.

Sekarang gantian Samuel yang merangkul pundak Alan. Baru saja mulutnya terbuka untuk bicara, suara dari speaker sekolah membuatnya terdiam.

Different (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now