20. Si Ramah

3.6K 1.1K 284
                                    

Rajin update biar cepet end 🙂
Jangan lupa vote + komen


"Jadi apa sebenernya yang terjadi hari itu?" tanya El setelah mendapat jawaban dimana Al dan gadis ini pertama kali bertemu. Ternyata mereka hanya bertemu sekali di tempat olimpiade. Pantas saja El tidak pernah melihat Anastasya.

An menarik napas panjang sebelum ia menjawabnya. Ia sudah siap jikapun laki-laki yang merupakan saudara kembar Al ini akan marah padanya ketika mendengar jawaban bahwa dirinya lah yang memukuli Al lebih dulu dan membuat Al tidak mau membalas pukulan Jo.

"Setelah ngalahin Jo, Gino nyuruh gue ngelawan Al."

"Hah, jadi Al udah ngalahin Jo? Tapi yang gue liat..." El mencoba mengingat hari itu. Jelas-jelas ia sangat ingat kalau Al dipukuli oleh Jo.

Sementara Gladys yang baru mendengar cerita ini, ia sangat terkejut sampai rasanya tubuhnya membeku.

"Itu permainan liciknya Gino. Setelah dia ngalahin Jo, Gino minta Al buat ngelawan gue. Tapi Al gak kasih perlawanan ke gue sama sekali. Dia diem aja meski gue pukulin sampe akhirnya dia jatoh, gue gak tahan lagi, Gino pun nyuruh Jo, dan terjadilah seperti yang lo lihat waktu itu," jelasnya dengan menundukkan kepala begitu dalam. Mungkin selanjutnya ia akan dengar lelaki ini menggebrakkan meja lalu marah-marah.

Setidaknya itulah yang An pikirkan. Dan mungkin, Al pun akan melakukan itu jika dalam posisi El. Ya siapa juga yang tidak akan marah jika mendengar saudaranya dipukuli meski tidak melawan. Siapapun pasti marah.

Namun, seperti yang El bilang, dia berbeda dengan Al. Dia tidak akan menggebrak meja atau mengeluarkan kata sadis seperti kebiasaan Al ketika marah atau kesal.

Lelaki itu malah tertawa. Yang mana itu adalah hal yang sangat sulit dilihat dari wajah Al.

Kedua gadis yang bersamanya mengerjap terkejut, lalu sama-sama mengalihkan fokusnya pada El. Selain suara tawanya yang sangat sopan masuk ke telinga, ekspresi tawa bersahabat itu membuat suasana tegang tadi menjadi cair.

"Sorry sorry," ujar El sambil mengibaskan tangannya. "Gue ngerasa lucu aja karena untuk pertama kali dalam hidupnya Al bisa ditakulikin sampe dia rela gak ngelakuin apapun."

"Maksud lo?" tanya Anastasya yang merasa ucapan itu terlalu ambigu. Mau bagaimana pun faktanya dia belum mengenal Al dengan baik.

Namun sepertinya El tidak mau menjelaskan lebih jauh. "Nothing." Dia beralih ke topik lain. "Jadi kenapa lo kerja sama Gino?"

"Ekhm, gue butuh uang. Ekonomi keluarga gue sulit. Dan Gino nawarin pekerjaan yang gajinya lebih besar daripada gaji di tiga tempat magang gue. Gue cuma tinggal awasin pacarnya aja dan kasih laporan ke dia."

"Helooo, gue bukan pacarnya."

"Gue gak peduli mau lo siapanya pun. Yang pasti lo jadi sumber penghasilan gue sekarang."

"Enak aja lo. Kalo bukan karena El, gue gak bakal izinin lo masuk ke kafe gue. Orang kiriman Gino pasti sama gilanya kaya dia."

El melerai keributan diantara dua gadis itu dengan dehemannya. "Gladys, gue masih mau ngomong."

Gladys cemberut, membuang muka ke arah tembok dan menyilangkan tangannya di bawah dada. "Cepet! Gue males liat dia di sini."

"Dia childish banget."

"HAH, SIAPA YANG CHILDISH?!"

Gladys malah makin berapi-api. Tapi dari yang El lihat, sepertinya Anastasya adalah tipikal wanita dengan karakter yang tidak jauh berbeda dengan Al. Dia terlihat begitu tenang, namun setiap kalimat dan pergerakannya bisa begitu menyebalkan dan menyeramkan.

Different (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang