31. Bright

2.9K 943 165
                                    

Halooo aku update lagi niiihh 😍
Alhamdulillah lumayan rajin meski lapak lain kesendat wkwk

Jangan lupa vote dan komen yaaah ❤

Selamat membaca 😽

---






Astaghfirullah, pemandangan yang sangat mencekam.

Si kembar yang masih di dalam mobil saling pandang dengan ekspresi ketakutan. Ya, situasi ini sungguh sangat menakutkan. Beberapa saat yang lalu, di lapangan basket, Al dan El memilih menyudahi permainan mereka dengan kemenangan yang diraih oleh El.

Tepat saat itu ponsel El yang diletakkan di atas lipatan jasnya pada kursi taman menyala, ada panggilan masuk. Al pun turut mengambil ponselnya. Lalu ketika Al melihat panggilan tidak terjawab dan El melihat siapa yang menelfon, kedua mata lelaki itu melebar bersama dengan mulutnya. Mereka benar-benar menunjukkan ekspresi yang sama. Tanpa babibu lagi mereka langsung berbenah dan berlari tergopoh-gopoh menuju mobil.

"Bakal ada guntur nih," kata El saat itu.

Al bahkan mengacak-acak rambutnya beberapa kali saat sedang menyetir. Terlihat sangat stress.

Karena memang tidak ada yang seseram bundanya.

Sekarang mereka memutuskan untuk keluar dari mobil. Pemandangan bundanya menunggu di depan pintu tanpa ekspresi apa-apa sungguh membuat jantung mereka berdebar-debar. Apalagi saat bundanya tiba-tiba melambaikan tangan meminta mereka mendekat, Al dan El yakin jantungnya hampir melompat.

Sambil berjalan dengan langkah pelan, mereka berdua menutupi telinganya dengan kedua tangan. Ringisan di wajah tampan itu terlihat sangat persis. Sekarang Syila bahkan tidak bisa membedakan yang mana Al dan yang mana El.

"Hehe, Bunda. Mau maghrib, pamali loh berdiri di depan pintu, masuk yuk," bujuk rayu El tak membuat ekspresi Syila berubah.

"Sayaaang, udah maghrib. Mungkin bentar lagi- eh, ini udah pulang."

Ah, ayahnya muncul. Akankah ayahnya bisa menjadi penyelamat untuk mereka?

Ha ha, jangan harap! Lihatlah senyum penuh ledekan itu. Seakan ayahnya berkata rasain lo! Pada mereka. Bahkan sebelum masuk ke rumah lagi, sempat-sempatnya ayahnya itu menggorok lehernya sendiri dengan tangan seakan memperagakan tamatnya riwayat mereka. Ya, itulah ayahnya. Mana mungkin mau menjadi tameng saat bundanya terlihat menyeramkan seperti ini.

Tapi setidaknya sekarang mereka merasa aman karena telinganya sudah mereka tutupi rapat-rapat.

Namun tidak perlu khawatir, karena Syila punya tempat lain untuk dicubit.

"Aw aw aw aaawwww."

Teriakan mereka bahkan terdengar sama ketika Syila mencubit masing-masing pinggangnya.

"BAGUUUS. UDAH MAU MEGHRIB BARU PULANG, GAK HUBUNGIN ORANG RUMAH, GAK ANGKAT TELFON BUNDA. BAJU DEKIL KAYA GINI, BAU ASEM."

"Hwaaa, sakit bundaaa." El berhasil melarikan diri dari cubitan itu. Syila pun melepaskan cubitannya pada Al. Al langsung mengusap-usap pinggangnya. Uh, dia baru saja melawan lima orang tanpa luka, tapi sekali kena cubit bundanya, rasanya akan memar di sana.

"Cepet masuk, mandi! Pergi ke masjid!"

Tidak usah diperintah dua kali, dua lelaki itu langsung berlari masuk sambil memeluk tas mereka masing-masing. Bundanya benar-benar seraaam.

Sekarang saja dia masih berdiri berkacak pinggang sambil memandangi dua putranya itu. Al dan El sampai merasa ada yang menusuk punggung mereka. Horor sekali.

***

"Sakit banget, parah sih cubitan bunda."

Mereka sedang dalam perjalanan pulang dari masjid perkomplekan. El masih sesekali mengelus pinggangnya dari dalam baju. Kulit putihnya sudah menghijau.

Different (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now