33. Siapa cepat siapa banyak

3.3K 954 179
                                    

Getaran ponsel di tengah kebisingan mengejutkan Al. Dialihkan fokusnya pada benda yang ada di saku jasnya. Nama Alan bisa Al lihat di layar. Lelaki itu memang belum terlihat memasuki kelas sejak pagi.

Menggeser layar guna mengangkat panggilan, Al berdiri seraya berkata, "Sebentar." Ia berjalan keluar sambil memberi kode menggerakkan ponsel ke arah El yang memperhatikannya. Lelaki yang sedang bermain gitar itu mengangguk seakan mengerti dengan kode telpon yang Al berikan.

Suara dari dalam kelas tidak begitu berisik saat di luar. Mendekati pilar teras kelasnya, Al berdiri sambil memegangi ponsel di samping telinga kanan.

"Ada apa?"

"Di depan gerbang sekolah ada anak-anak sekolah lain yang nyariin lo."

Ah, rupanya utusan lain sudah datang.

"Biar aja, mereka gak bisa masuk."

"Lo bener. Tapi masalahnya, mereka nyegatin anak-anak yang mau keluar masuk gerbang dan minta mereka buat nyuruh lo keluar. Mereka juga malakin mereka."

"Honestly, gue gak bisa urus ini sendirian. Ada empat orang pakai seragam SMA Bright Sky, tiga dari SMA Nusa. Leher gue masih sering cekat-cekit. Pala gue masih suka nyut-nyutan."

Al menghela napas. Ia tahu Alan memang belum sembuh total, tapi karena pekerjaannya, lelaki itu memaksakan diri untuk sekolah.

Hm, ternyata lebih banyak utusan kali ini. Apa sebenarnya yang mereka inginkan?

"Oke, gue ke sana."

"Iya, buru. Mereka gak sopan banget. Pak Kamal penjaga gerbang udah kena mental, cuma nutup gerbang doang dan nyuruh anak-anak buat gak keluar, terus dia masuk ke pos makan uduk."

Sekali lagi Al menghela napasnya. Kali ini terdengar lebih berat.

Sambungan telfon itu terputus. Al memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas biru dongker sekolahnya. Ketika sibuk memikirkan jalan keluar untuk persoalan ini, ia dikejutkan dengan kehadiran El yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya. Dari tangannya yang menyilang dan ekspresi ramahnya yang menghilang, Al tahu tidak akan mungkin untuk berbohong padanya.

"Gue mau ke depan."

"Gue ikut."

"Terserah, asal jangan minta gendong."

El tertawa melihat saudaranya itu jalan lebih dulu. Kemudian ia melompat hinggap ke punggung Al. Membuat Al terhuyung sampai keduanya hampir nyungsep ke lantai.

"ASTAGHFIRULLAH." Al sampai nyebut.

"Lo denger kan tadi gue nyanyi apa?!" ujar El sambil berpindah posisi di sebelah Al dan mengalungkan lengannya di leher abangnya itu.

Al hanya bergumam sambil mendorong El menjauh. Lengan El terlepas darinya tapi kini lelaki itu berjalan mundur di depannya.

"Ada apa di depan?"

"Anak-anak sekolah lain nyari gue."

"Lo terlibat masalah apa lagi kali ini?"

"Masih soal Gino."

"Woah, itu bocah, udah gak keliatan batang idungnya tapi masih aja bikin masalah."

"Nyusahin emang."

"Terus orang-orang yang dateng ini mau ngapain?"

"Silaturahmi kali."

"Heeh, ngadi-ngadi."

Al tertawa pelan, lalu melihat El berputar dan berlari sambil berteriak, "GUE DULUAN."

Different (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now