28. Tim cheerleader

3.3K 950 215
                                    

"Dari mana?"

"Abis ngeberesin siluman."

"HAH, uhuk uhuk."

El sampai tersedak minuman soda yang baru saja ia minum. "Siluman? Lo punya mantan?"

"Eh, apa hubungannya siluman sama mantan?"

"Katanya suka ngilang tiba-tiba terus muncul tiba-tiba."

"Itu mah setan."

"Hahaha, siluman, mantan sama setan. Mungkin satu spesies. Untung gue bukan mantan siapa-siapa."

Sekarang El bisa berbangga diri lantaran dia tidak punya mantan dan bukan pula mantan siapa-siapa. Waktu menunjukkan pukul sepuluh, dan keduanya kini sedang berada di dapur. Karena kedatangan Al, El tidak langsung pergi dari tempat itu dan memilih duduk sambil memakan camilan. Sementara Al sibuk menggeledah dapur seperti anak kucing kelaparan tapi bingung mau makan apa. Dia paling tidak bisa makan-makanan berat di malam hari seperti ini. Beda dengan El, dia mah apa aja dan jam berapa aja kalau pengen makan ya diembat.

"By the way," El membuka percakapan. "Bentar lagi tanding semi final. Lo ikut, kan? Gue rasa lo udah baik-baik aja." Lanjutnya, mengingat Al pernah dipukuli sampai babak belur.

"Hm. Lo dateng?"

"Iya lah. Gue punya bakat lain selain main basket."

Al menoleh, dengan tampang datar yang seakan bertanya, apaan?

El menyengir setelah menjawab, "Jadi cheerleader." Kilatan matanya begitu membara. Sampai rasanya Al bisa melihat api di sana. Apa kira-kira yang kembarannya ini rencanakan?.

"Nanti gue bawa tim," lanjut El lalu mengunyah keripik yang ia masukkan ke mulutnya. Senyuman penuh arti itu cukup mengganggu Al karena sepertinya tim yang El sebutkan barusan sudah dibuat.

***

"Apa nama timnya?"

"Dragon," jawab El.

"Dlagon... Ply?"

"Bukaaan." Sekarang El menghela napas. Jelas-jelas Dragon dan Dragon Fly punya arti yang berbeda. "Gak pake fly!" jelasnya pada sang adik yang bahkan masih cadel mengucapkannya.

Arsyan mengangguk. Di kedua tangan mungilnya ia membawa mainan kerincingan miliknya untuk menambah kehebohannya sebagai cheerleader. Ya, El menyewa Arsyan untuk jadi cheerleader. Bayarannya kue coklat sama es krim. Adiknya ini emang gak mau kerja tanpa bayaran.

Sementara Al yang baru memasuki lapangan itu kini melihat tim cheerleader yang El maksud beberapa hari yang lalu. Mulut Al sampai terbuka karena terkejut. Al pernah berpikir reaksi seperti ini hanya akan dilihat dari wajah El, tapi tak disangka dia pun sekarang menunjukannya.

Adiknya, bersama orang-orang yang tak ia sangka berbaris di pinggir lapangan. Semuanya —kecuali Arsyan— membawa pompom khas cheerleader. Bagaimana bisa El mengumpulkan orang-orang ini? Bahkan ada Jo di sana. Ini sungguh sulit di percaya.

El, Arsyan, Samuel, Alex, An, Gladys dan dua temannya, lalu ada Jo, Alan —yang duduk di kursi roda— berteriak heboh menyemangati tim mereka dari pinggir lapangan. Sejak kapan mereka semua jadi dekat seperti ini? Okelah dengan yang lain. Tapi bagaimana dengan Jo? Apa dia kalah bertaruh sesuatu dari El jadi dia rela menjadi cheerleader dengan tubuh besarnya itu? Oh ya ampun, ini membingungkan.

"KALIAN HARUS MENAAANG!"

"IYAA, DLAGON PLAY HALUS MENAAANG!"

"KALO MENANG GUE TRAKTIR PIZZA," teriak El lagi.

Different (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now