#38 Ulang tahun [3]

605 124 6
                                    

Dihadiri teman-temanku, ulang tahun Mama yang ke empat puluh berjalan begitu menyenangkan. Gina dan Airin terlihat begitu menyukai Mama, terdengar amat tertarik ketika Mamaku menceritakan soal toko bunga miliknya yang ada di Semarang. Sementara Kak Doyoung, kak Yuta dan kak Ten pun juga kelihatannya senang karena Mama menyuguhkan berbagai kue basah ataupun kering buatannya.

"Mama seneng ngelihat kamu punya temen yang baik-baik gini," Mama berbisik padaku yang duduk di sebelahnya ketika kami sedang menonton film bersama-sama. Menoleh, aku bisa melihat senyuman Mama yang tertarik ke atas, membuat aku tertular karenanya.

"Kamu nggak ngajak sahabat kamu itu, siapa namanya? Jae—"

Gina yang duduk di dekat kami menimpali pertanyaan Mama, "Jaehyun, Tante." Katanya sebelum bangkit pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Mamaku mengangguk, "Nah iya, kamu nggak ngajak Jaehyun?"

Aku yang mencoba mempertahankan senyumku menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Mama, "Kenapa tiba-tiba nanyain Jaehyun?" Tanyaku sambil menyesap gelasku yang berisi jus jeruk. Lantas melanjutkan, "Bukannya Mama nggak suka sama Jaehyun?"

"Eii, kamu ngomong gitu seolah-olah Mama ngelarang kamu bergaul sama dia."

Salah satu alis mata milikku aku angkat naik, "Terus yang kemaren itu?"

Selanjutnya Mama menghindari kontak mata denganku, melirik kesana-kemari seolah sedang mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaanku. "Yah, cuma mau bikin kamu berpikir dua kali sebelum suka sama sahabatmu?" ucapannya terdengar ragu, membuat aku terkekeh karenanya.

"Suka doang padahal, masa nggak boleh." Kataku sambil bergerak menaruh gelas berisi jus jeruk yang aku pegang ke atas meja yang ada di dekat kami berdua duduk. Lantas melanjutkan kata-kataku, "Dita sejelek itu ya, Ma. Sampai suka sama yang modelan kaya Jaehyun aja nggak boleh?" Aku bertanya sambil menyender pada senderan sofa dengan tatapan yang masih fokus pada Mama.

Mata Mamaku melotot, "Mana ada anak Mama jelek," katanya. Kami berdua terdiam setelah itu, hingga Mama akhirnya bergerak mendekat kepadaku dan merentangkan tangannya. Meminta aku masuk kedalam pelukannya. "Sini, peluk" pinta Mama dan aku menurut.

"Ngeliat kamu sama Jaehyun malam itu bikin mama inget masa lalu."

"Dulu Mama juga pernah suka sama orang kaya Jaehyun, yang kelihatannya menjaga tapi caranya salah. Dia kasar, tapi entah gimana Mama menganggap itu bentuk perlindungannya buat Mama. Mama percaya diri bakalan bisa ngerubah dia jadi laki-laki yang lebih baik," tangan Mama bergerak mengusak rambutku lembut, aku menggerakan kepalaku untuk melihat wajahnya, menunggu Mama melanjutkan kalimatnya. "Tapi nyatanya, kepribadian seseorang itu bukan sesuatu yang bisa dirubah oleh orang lain, Dita." Tutupnya sambil menatapku lembut.

Tubuhku bergerak untuk merubah posisiku menjadi duduk lebih tegak, "Itu Papa, ya?" tanyaku dengan nada berbisik. Tidak ingin yang lain mendengar selain Mama.

Mama ku tidak menjawab apa-apa, hanya memilih untuk mengeratkan pelukannya padaku. Mempererat pelukan pertama kami setelah sepuluh tahun lamanya.

Selanjutnya Gina dan Airin bergabung di ruang tengah bersama Mama dan aku, disusul juga Kak Doyoung dan dua lainnya yang baru saja kembali dari membeli martabak telur. Aku dan Mama dengan berat mengendurkan pelukan kami lantas ikut menikmati martabak yang masih panas bersama yang lain.

"Ten sama Yuta udah kelas dua belas, kan? Rencana mau lanjut kuliah dimana?" Mama bertanya sambil menuangkan jus jeruk pada gelas kami berenam.

Kak Ten yang menjadi satu-satunya orang yang mulutnya tidak penuh dengan martabak menjawab, mewakili temannya. "Saya, Yuta, sama Doyoung ada rencana kuliah bareng di Semarang Tante, mau nyari kampus yang deket-deket sama rumah kakeknya Doyoung biar nggak perlu ribet cari kos."

Kepala Mama mengangguk-angguk, "Bagus kalo gitu, jangan lupa buat sering-sering mampir ke rumah Tante di sana. Biar nanti Dita nggak perlu ngerasa nggak bakalan punya temen waktu di Semarang." Katanya dengan nada senang.

Wajah teman-temanku terlihat terkejut mendengar kalimat terakhir Mama, begitupun dengan aku. Aku menoleh padanya, mencoba mencari penjelasan dari kata-katanya tadi. Mama memang pernah mengajakku ikut bersamanya, tapi belum pernah membahas hal itu dengan serius satu kalipun. Hal itu tentu membuat aku terkejut.

"Dita bakalan pindah ke Semarang, Tante?" Gina bertanya, seolah tengah memastikan pendengarannya.

Mamaku kembali duduk di tempatnya setelah selesai menuangkan minum, "Tante sih pengennya gitu." Jawab Mama sambil menatapku dengan senyumannya. Menggantungkan kami semua dengan rasa penasaran.

.

.

.

Tbc
_
Pas banget nih gua bisa update di hari ultahnya Mas-mas kesayangan kita samuaa 😁

[✔] BF ▪Jaehyun▪Where stories live. Discover now