#17 Panggilan telpon

788 178 14
                                    

Motor milik Papa ku ada di depan halaman ketika aku dan Jaehyun sampai di rumah. Sudah pukul setengah lima sore, dan sepertinya Papa juga sudah lebih dahulu pulang dari kantor.

Aku turun dari motor Jaehyun, lalu menyerahkan helm yang aku pakai padanya. Tanganku menggantung beberapa saat ketika notifikasi pesan masuk kedalam handphone sahabatku itu, dia lebih memilih untuk membuka handphone nya terlebih dahulu dibandingkan menerima helm miliknya yang aku ulurkan.

"Dari Tasya?" aku bertanya padanya, tapi alisnya dahinya mengerenyit lalu setelahnya kepalanya menggeleng.

"Bukan," dia menjawab dengan singkat sebelum mengangkat wajahnya untuk menatapku.

"Ini dari Lucas"

Kalimat yang diucapkannya itu membuatku ikut mengerenyit. Lucas? Aku penasaran mengapa adik laki-laki Jaehyun itu mengiriminya pesan setelah hampir satu setengah tahun tidak pernah menghubunginya karena tinggal di Amerika.

Namun aku tidak punya kesempatan untuk mencari tahu lebih lanjut, karena dari dalam rumah Papa berteriak memanggil-manggil namaku seolah tahu jika aku sudah pulang dan berada di luar.

Helm milik Jaehyun yang tidak kunjung diambilnya dari tanganku dengan cepat aku letakkan di jok bagian belakang motornya. Kemudian dengan cepat aku berlari masuk ke dalam rumah, dan mendapati handphone milik Papa tengah berdering nyaring di meja ruang tamu.

"Ta! Angkatin telponnnya!" dia lagi-lagi berteriak. Sosoknya sedang berada di kamar mandi, dan sepertinya khawatir jika panggilan telpon itu mungkin penting dan berhubungan dengan pekerjaannya.

Sebuah nomor telpon asing muncul di sana, sepertinya ini bukan dari kantor Papa. Namun karena Papa ku lagi-lagi berteriak aku menjawab dengan cepat, agar dia bisa segera menghentikan teriakkannya."I-iya ini Dita angkat."

Aku mengangkatnya, dan segera mendengar suara familiar dari seorang perempuan di seberang sana.

"H-halo, Sam tolong pertemukan aku dengan Dita. Dia anakku juga!"

Suara di seberang telpon terus memanggil-manggil nama Papa ku, tidak berhenti karena aku tetap diam sampai setengah menit lamanya.

"Ma?" aku mencoba mengeluarkan suaraku, samar-samar memang. Takut jika Papa mendengar aku menyebutkan panggilan itu lalu membuatku terpaksa harus mendapatkan beberapa luka dan lebam lagi.

"Ini Mama?" Aku kembali bertanya karena suara di seberang sana malah diam dan tidak membalas panggilanku.

Suara tangis lalu terdengar, beberapa kali wanita di seberang sana terdengar mencoba untuk menjawab panggilanku meski beberapa kali beralih untuk terisak pelan.

"D-Dita? ini beneran Dita? "

Aku menjawabnya dengan gumaman, tidak terlalu berharap banyak dengan apa yang akan menjadi tanggapannya. Meski di awal percakapan dia terdengar tengah memohon pada Papa agar bisa bertemu denganku.

Lagipula Papa pernah mengatakan padaku jika aku tidak seharusnya terlalu berharap pada Mama yang sudah meninggalkan aku dan Papa. Tidak ada jaminan dia akan memperlakukan aku lebih baik daripada Papa, dan tidak ada jaminan juga dia menginginkan aku sebagai putrinya lagi.

Tapi mendengar bagaimana Mama terisak ketika mendengar suaraku, entah mengapa membuat aku meragukan kata-kata Papa yang selama ini ia katakan padaku soal sosok Mama.

"Dita sehat? Mama kangen banget sama Dita."

Mendengar hal itu aku tersenyum, "He'em, Dita Sehat, Dita ju-" Belum menyelesaikan kata-kataku, seseorang dari belakang mengambil alih handphone yang tengah aku gunakan itu.

Papa mendekatkan telpon itu ke telinganya, lalu ketika mendengar suara wanita dari seberang telpon yang memanggil namaku matanya melotot marah.

"Dasar perempuan brengs*k" dia mengumpat lalu mematikan panggilan telponnya itu secara sepihak.

Papa beralih padaku, lalu mencengkeram bahuku dengan kasar. "I-itu Mama, dia bilang dia kangen sama aku, Pa" aku mengatakan hal itu. Tapi bukannya terlihat lebih tenang, Papa ku malah mengencangkan cengkeramannya.

"Dia udah ninggalin kamu, dan kamu masih percaya sama kata-katanya?" dia bertanya dengan nada marah.

Aku tidak menjawab dan membuatnya berteriak menghardikku, "ANAK TOLOL"

Sore itu Papa marah untuk yang sekian kalinya dan aku tidak bisa terhindar dari amukannya,

lagi.

.

.

.

Tbc

[✔] BF ▪Jaehyun▪Where stories live. Discover now