#30 Pelukan

660 136 15
                                    

"Cowok kemarin yang mama lihat bareng kamu malem itu pacar kamu?" Mamaku yang tengah sibuk menyetir, membelah jalanan kota pada malam hari untuk mengantarku pulang itu tiba-tiba bertanya. Membuat aku yang tengah mengamati lampu jalanan dengan acuh lantas menoleh kearahnya.

"Jaehyun? Bukan, Ma. Dia sahabat aku, rumah aku sama dia sebelahan juga makanya jadi temen deket." Jawabku.

Mama terlihat tidak puas dengan jawabanku, dia mengecilkan volume musik yang tengah kami putar di dalam mobil kemudian mulai berbicara serius. "Tapi, kamu suka dia?" kembali Mama bertanya. Aku tidak menjawab pertanyaan itu dan malah kembali sibuk untuk menatap lampu-lampu jalanan. Tiba-tiba merasa aneh karena kebanyakan orang seolah bisa melihat jika aku diam-diam memang menyukai Jaehyun, sementara Jaehyun sendiri malah seolah tidak menyadarinya.

Selain itu, sama seperti kebanyakan orang mama juga melarangku untuk jatuh cinta kepada Jaehyun seolah-olah aku memang tidak cukup baik untuknya. "Mama lihat dari cara dia memperlakukan kamu malam itu dia kelihatannya kasar. Kalau kamu suka dia, coba dipikir-pikir lagi ya sayang?"

"Jaehyun kaya gitu karena yang mau aku samperin itu Mama," gumamku dengan suara rendah yang ternyata bisa di dengar olehnya.

Semula aku hanya akan mengatakan hal itu, tapi merasa Mama sepertinya juga sudah mendengarnya dan paham akan menyinggung soal apa aku memilih melanjutkan. "Dia tahu prihal keluarga kita, tentang mama yang ninggalin aku sama papa yang punya tempramen buruk."

"Jaehyun takut aku pergi, dan aku tahu itu karena dia sayang sama aku. Mungkin emang bukan perasaan sayang dari cowok ke cewek, tapi dia sayang ke aku karena aku ini sahabatnya." tutupku

Mobil yang Mama kendarai perlahan berhenti di depan rumahku, aku pamit padanya tanpa lupa memberikan seutas senyum. Aku masuk kedalam rumah tanpa menoleh, lantas menutup pintu segera setelah mendengar mesih mobilnya perlahan bergerak pergi.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran papa, sepertinya papaku memang masih lembur seperti yang aku perkirakan hari ini. Kaki-kakiku bergerak untuk pergi ke kamarku, jendela kamar yang semula tertutup aku buka. Sengaja membiarkan angin malam untuk masuk, aku tidak segera membersihkan diri masih sibuk bergelut dengan pikiranku yang entah kenapa hari ini menjadi sedikit lebih sensitif ketika memikirkan Jaehyun.

Aku bersandar di jendela kamarku, mengamati rumah Jaehyun yang tampak jelas dari sini. Kemudian beberapa detik kemudian menyadari sesuatu, rumah sahabatku itu terdengar ramai. Suara seorang wanita yang tengah sibuk mengomel samar-samar terdengar hingga kamarku.

Handphone ku yang berada di kantung kemudian bergetar, menampilkan nama Jaehyun disana. Panggilan telpon itu aku angkat, sembari bergerak ke arah jendela kamar.

"Mama gue lagi ngomel, kedengeran sampe rumah lo nggak?" pertanyaan dari Jaehyun itu menjadi awal percakapan kami.

Aku kemudian menjawab, "Kedengeran, tapi samar-samar aja."

"Sekarang Lucas yang lagi diomelin, tadi gue udah makanya sekarang bisa telpon elo."

"Btw lo baru balik? Muka lo keliatan kusut banget."

Mendengar kalimat terakhirnya aku kemudian menggerakkan mataku untuk melihat kearah kamar Jaehyun yang berada di lantai dua rumah itu. Sosok sahabatku itu melambai dari jendela kamarnya, kondisi kamarnya gelap, mungkin Jaehyun memang sengaja memadamkan lampunya.

Terlihat kondisi Jaehyun tidak terlalu baik membuat aku sedikit khawatir tentang hal itu, "Lo nggak apa-apa Jae?" tanyaku. Sosok Jaehyun tersenyum ketika suara ku sampai di seberang telepon.

"Kalo gue bilang keadaan gue saat ini nggak baik-baik aja, gue bakalan kelihatan terlalu nggak bersykuur, Dit."

"Tapi jujur, ngedenger elo nanya kaya gitu bikin gue pengen lari terus meluk lo. Omelan mama pedes banget sumpah." Katanya.

Jaehyun melanjutkan "But, nggak jadi ah. Elo masih bau kayaknya." Ucapnya lalu terkekeh.

Dari tempatku aku melihat Jaehyun menoleh kedalam kamarnya untuk sejenak setelah mengatakan hal itu. Bersamaan dengannya dari telpon aku mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Sambungan telpon kemudian terputus secara sepihak oleh Jaehyun, melihat dari reaksinya sepertinya dia sedang dipanggil untuk keluar dari kamar.

Sosok Jaehyun melambai kemudian menunjuk kearah kamarnya padaku untuk memberi isyarat. Aku mengangguk saja ketika sadar dia tengah berpamitan untuk pergi dari percakapan kami. Untuk beberapa detik aku masih menatap kearah jendela kamarnya, menunggu Jaehyun yang mungkin saja ingin melanjutkan percakapan kami lagi.

Tapi itu tidak terjadi, bahkan ketika tigapuluh menit telah berlalu. Aku memutuskan untuk menutup jendela, lalu membersihkan diri. Bersiap untuk beristirahat dan mencoba tidak terlalu mengkhawatirkan Jaehyun yang mungkin saat ini tengah kembali sibuk mendengarkan omelan dari Mamanya tentang Lucas yang pulang kemari tiba-tiba. Yang sebenarnya menurutku pribadi, Jaehyun sama sekali tidak ikut andil dalam hal itu.

.

.

.

Tbc

Aii.. udah lama banget kayaknya :v

[✔] BF ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang