#22 Suprise(?) [2]

755 171 22
                                    

"Lucas udah pulang?" Aku menanyai Jaehyun yang baru saja menelpon adiknya itu.

Terlihat Sosok Jaehyun menggelengkan kepalanya untuk menganggapi pertanyaanku, "Belum, dia masih asik ngobrol sama anak-anak band."

Raut wajah sahabatku itu berubah, terlihat bibirnya bergerak-gerak seolah ingin mengatakan sesuatu. Dia menatapku, lalu sesekali mengalihkan pandangannya ke penjual martabak telur yang sedang sibuk menyiapkan pesanan kami.

Penasaran, aku berinisiatif untuk menanyai Jaehyun duluan. "Kenapa?"

"Gue mau nanya sesuatu." ucapnya masih setengah ragu.

dia melanjutkan, "Ini soal Tasya, gue rasa dia nggak terlalu akur sama temen-temen kelasnya. Menurut lo ini ada hubungannya sama gue nggak sih?"

Jaehyun yang menantikan jawaban dariku terlihat tidak sabar, "Mungkin,"

Jawaban singkat itu membuat napas Jaehyun yang tertahan terlepas begitu saja. "Serius, Dit." katanya.

Aku tidak berniat menjawab lebih lanjut, aku rasa tanpa pendapatku Jaehyun bisa memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaannya.

Martabak telur yang kami pesan untuk teman-teman sekelas selesai tepat ketika kami menyelesaikan percakapan ini. Jaehyun yang terlihat tidak puas dengan jawabanku tidak bisa berbuat banyak, dia menutup mulutnya begitu menerima pesanan kami.

"Btw, hubungan lo sama si Doyoung-Doyoung itu gimana?" Jaehyun mencoba untuk menganti topik, ketika kami berjalan keluar kedai martabak telur itu.

"cuma temen biasa," jawabku yang entah mengapa kalimatnya terdengar tidak asing.

Jaehyun menarik salahsatu tanganku untuk dimasukkan kedalam kantung jaket yang dipakainya, "Gue sama Tasya juga dulu cuma temen biasa, tapi akhirnya pacaran." ucapnya yang terdengar seperti gumaman.

Sambil berjalan ke tempat motor milik sahabatku itu diparkirkan aku tanpa sadar menatap sosoknya. Entah sebenarnya dia menyadari tatapanku atau tidak, tapi jujur saja aku merasa diacuhkan.

"Nggak semua pertemanan diantara cewek sama cowok berakhir pacaran kali," aku mencoba menggantungkan kalimatku. Membiarkan ia merasa tidak nyaman dengan kalimat yang tidak terselesaikan itu untuk beberapa saat.

"Lo sama gue temenan, tapi nggak berakhir pacaran, kan?" Lanjutku yang lantas membuat Jaehyun akhirnya menoleh untuk membalas tatapanku.

Aku memutus kontak mata kami lebih dahulu, lalu melihat lurus kedepan. Namun sosok lain yang ada beberapa meter di hadapanku itu membuat senyum yang semula aku sunggingkan untuk mengejek Jaehyun luntur.

"Dit?" panggilan dari Jaehyun yang masih sibuk mencerna kata-kataku itu membuat aku tersadar dari keterkejutan.

Aku menarik sebelah tanganku yang ada di dalam kantung jaket Jaehyun. Membuat sang pemilik kantung ikut menaruh perhatian pada subjek yang tengah sibuk aku tatap.

Itu sosok Mama ku.

Ia berdiri tegap memandangi aku, seolah telah mengenali rupa anaknya yang telah ditinggalkan sepuluh tahun yang lalu.

"Lo kenal dia, Dit?" Jaehyun berbisik.

Aku menutupi wajahku yang masih menyisakan beberapa bekas amukan Papa, Malu jika harus dilihat sosok Mama dalam kondisi seperti ini. "Dia, Mama gue." aku balas berbisik untuk menjawab Jaehyun.

"Dita?" suara Mama ku bergetar, sosoknya telah banyak berubah. Bahkan dia terlihat lebih sehat dibandingkan sepuluh tahun yang lalu.

Aku menurunkan telapak tanganku, berniat untuk mendekatinya. Namun, Jaehyun menahan, lalu mengingatkan aku jika Mama telah meninggalkan aku.

"Dit, dengerin gue. Dia udah ninggalin lo, bukannya lo pernah bilang kalo lo benci sama dia?" Jaehyun berbisik,

Menggeleng, aku mencoba memperlihatkan pada Jaehyun dengan gerakan tubuhku jika rasa rinduku pada Mama lebih besar daripada rasa benci yang aku simpan selama ini.

Kaki-kakiku bergerak maju, tapi Jaehyun dengan kasar menarik bahu sebelah kananku dengan keras, masih belum menyerah untuk menghentikanku mendekati sosok Mama.

Bahuku yang sejak kemarin nyeri kini terasa lebih menyakitkan, pekikanku tertahan, hingga membuat aku tidak sanggup untuk berdiri tegap.

Jaehyun terlihat khawatir, begitu juga sosok Mama yang kini telah berlari untuk mendekatiku. Aku menatap mata Mama yang berair, lalu beralih ke wajah Jaehyun yang tegang.

Mama dengan lembut menarikku masuk kedalam mobilnya, berniat mengantarkan aku ke rumah sakit untuk memastikan apakah bahuku baik-baik saja. Sementara Jaehyun yang terlihat menyesal hanya bergeming di tempatnya, mematung menatap kepergian sosokku dan Mama.

.

.

.

Tbc

[✔] BF ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang