#31 Ajakan

631 134 6
                                    

Dua hari setelah kedatangan Orang tua Jaehyun, sosok sahabatku itu entah mengapa menjadi terus menempel padaku di sekolah. Tidak seperti beberapa bulan belakangan, yang mana dia lebih sering menghabiskan waktunya bersama Tasya atau teman-teman seband nya.

Aku pikir ini mungkin karna di rumah dia sama sekali tidak bisa dekat-dekat atau bahkan sekedar menyapaku karena yah sudah menjadi rahasia umum kalau Mama nya Jaehyun memang tidak menyukai aku.

Seperti yang dikatakan Jaehyun malam itu, Omelan Mamanya memang sangat pedas. Bukan tanpa alasan aku menyetujui kata-katanya, karena aku sendiri sudah pernah merasakan bagaimana omelan wanita itu.

Sepuluh tahun aku berteman dekat dengan Jaehyun, jadi sepertinya mustahil kalau aku tidak pernah mendengar kata-kata menyakitkan dari Mama sahabatku itu. Yang tentunya ditujukan untukku.

Untunglah dua tahun terakhir Jaehyun hidup disini hanya bersama bibinya, sementara Mama dan Papanya beserta Lucas tinggal di luar negeri karena pekerjaan Papa mereka. Bukannya berniat kurang ajar, tapi kehadiran Mama Jaehyun memang tidak pernah membuatku nyaman bahkan Jaehyun sendiri sepertinya juga merasa begitu.

Ketidaksukaannya padaku mungkin sudah mucul sejak sepuluh tahun yang lalu dimana Jaehyun dan aku pertama kali bertemu, tapi aku baru saja menyadarinya ketika aku berada di kelas tiga SMP. Waktu dimana aku mulai memikirkan banyak hal, dan kata-kata pedas yang selama ini dia tujukan padaku mulai terdengar menyakitkan.

"Walaupun dia pinter tapi Mama nggak suka kamu main sama anak dari keluarga yang berantakan kaya gitu. Yang Mamanya kabur nggak tau kemana, dan lagi Papanya tukang mabuk-mabukan. Lihat coba rumahnya, emang yang kaya gitu bisa disebut rumah? Itu bukan rumah, lebih cocok di sebut kandang manusia."

Ucapannya tiga tahun yang lalu yang tanpa sengaja aku dengar ketika dia mengomeli Jaehyun karena mengundangku ke pesta ulangtahunnya masih terekam jelas sampai saat ini.

Jika saja bukan karena Jaehyun dan Lucas yang bertemen baik padaku, mungkin saat itu aku akan pulang ke rumah sambil menangis. Tapi ketika itu hebatnya aku masih bisa menyanyikan lagu ulangtahun untuk Jaehyun bersama beberapa sekelasnya bahkan tanpa meninggalkan jejak satu isakan pun.

"Dit, Dita"

Panggilan dari Jaehyun membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kepadanya sambil bergumam sebagai respon. Handphone baru milik laki-laki itu ia sodorkan padaku, "Ada food festival nanti malem, mau kesana?" tawarnya yang membuatku mengerenyit.

"Udah lama kita nggak jalan bareng, Dit." Katanya.

Belum sempat aku mengiyakan, sebuah pesan masuk kedalam handphone milikku. Itu pesan dari Gina, yang sekedar informasi saja saat ini duduk di depanku.

_
Gina
| Jangan mau, ta!
| Gila banget si Jaehyun, punya pacar tapi malah ngajak cewe lain ke food festival.
| Sengaja mau bikin lu dirumorin aneh-aneh apa gimana sih, nggak paham sama jalan pikirannya.

09.44

Gina
| Inget, ta. Jaehyun punya pacar apalagi gue liat hubungan dia ama Tasya lagi kurang baik. Entar kalo ada apa-apanya elo yang digosipin.

09.48
_

Sejenak aku mengerenyit membaca pesan dari Gina, dulu temanku yang satu ini selalu menjodoh-jodohkan aku dengan Jaehyun. Bahkan ketika Jaehyun sudah bersama Tasya, tapi anehnya sekarang dia malah menjadi sosok yang memperingati aku seperti ini.

_

You
Elo chattingan apa aja sama Kak Doy?|

09.49
read
_

Mungkin pesan dariku terlihat random karena membawa kak Doyoung dalam percakapan kami, tapi sejujurnya sosok yang aku pikirkan setelah membaca pesan dari Gina hanyalah laki-laki itu. Aku yakin betul Kak Doyoung pasti menyuruh Gina melakukan hal ini.

Tidak ada pesan balasan dari Gina, sosok yang duduk di depanku itu hanya menoleh sambil memberi gestur tubuh agar aku menolak ajakan Jaehyun tanpa menanggapi lebih lanjut pertanyaanku di pesan teks yang aku kirim padanya.

Aku merotasikan mataku, tapi pada akhirnya berniat menurut pada permintaannya untuk menolak ajakan Jaehyun.

"Jadi gimana? Malah sibuk hape-an" Jaehyun yang duduk di sebelahku pura-pura ngambek walaupun masih setia menunggu jawabanku.

Baru berniat buka mulut untuk menolak ajakannya, sosok Mark dengan tangannya yang digips muncul di ambang pintu kelasku sambil meneriaki nama Jaehyun. Perhatian Jaehyun beralih pada sohibnya itu, dia menepuk pundakku kemudian bergegas menghampiri Mark tanpa berniat mendengar jawabanku atas ajakannya.

"kalo gitu gue jemput jam delapan, oke?" ujar Jaehyun seenaknya sambil bergegas pergi.

Gina yang mendengar itu melongo sambil menatapku, dia menunjuk-nunjuk punggung Jaehyun seolah tidak habis pikir dengan laki-laki itu. Tapi aku menenangkan Gina, toh walaupun Jaehyun bersikeras Mama nya tidak akan pernah mengijinkan laki-laki itu keluar dari rumah untuk ke food festival jika tau aku pergi bersamanya.

Karena, biar aku tegaskan sekali lagi, Mama nya Jaehyun itu membenciku. Karena anak dari keluarga berantakan seperti aku akan selalu mengingatkan ia pada sosoknya di masa lalu.

.

.

.

Tbc

[✔] BF ▪Jaehyun▪Where stories live. Discover now