#20 Kabar

793 177 26
                                    

Aku berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali, lebih pagi dari biasanya agar tidak bertemu banyak orang yang akan menatap luka-luka pada wajahku dengan raut penasaran. Juga agar bisa menghindari sosok Papa, dan Jaehyun yang membuatku merasa kecewa karena dia mengabaikan aku semalam. Egois memang, tapi begitulah yang aku rasakan.

Sosok tak asing berdiri di depan pintu kelasku, Kak Ten dengan sebuah kantong plastik putih digengamannya berada di sana. Terlihat ragu untuk masuk, ataupun pergi.

"Kak Ten," Aku memanggil. Dia menoleh dengan cepat setelah mendengar panggilan dariku.

Kaki-kakiku melangkah mendekat, kemudian mengintip ke dalam kelasku untuk mencari siapa, atau mungkin apa yang dicarinya.

Dua orang ada di dalam kelasku, sedang sibuk piket hingga tidak menyadari kedatangan sosok kak Ten, "Nyari siapa?" aku menanyainya.

Tapi bukannya lekas menjawab, kak Ten mengulurkan kantong plastik putih yang dibawanya. "Ini titipan dari Doyoung, dia lupa ngasih kemarin." katanya.

Aku menerimanya dengan senang hati, mengintip isinya aku mendapati Wingko Babat disana. "Oleh-olehnya dari Semarang, ya?" kataku memastikan dan Kak Ten mengangguk.

"Makasih kak, maaf udah ngerepotin"

Kak Ten tidak menjawab, sibuk menelisik wajahku yang masih dipenuhi luka dan lebam. "Pagi ini udah dikasih salep?" dia bertanya. Aku mengangguk, lalu ketika mendengar namaku dipanggil dari arah belakang. Kak Ten segera undur diri, pergi untuk kembali ke kelasnya setelah berpamitan.

Jaehyun datang dengan heboh, marah karena aku berangkat lebih dulu. Dia belum menyadari luka pada wajahku, masih sibuk melihat arloji yang dipakai di lengannya.

"Lo tau nggak, Dit? semalem Lucas tiba-tiba pulang, gue panik banget karena dia nggak ngabarin dulu sebelumnya. Tiba-tiba nyuruh jemput di rumah temennya." Jaehyun bercerita, refleks saja aku menoleh untuk melihat sosok sahabatku itu dan hal itu lantas membuat Jaehyun bisa melihat luka pada wajahku dengan jelas.

"Dit, Muka lo?" Telapak tangan Jaehyun menangkup wajahku untuk menariknya mendekat. Namun sebelum itu, aku memukul punggung tangannya, tidak nyaman karena jarak wajah kami terlalu dekat.

Jaehyun sempat mengeluh, aku berusaha cuek kemudian masuk ke dalam kelas. "Kali ini gara-gara apa?" Sahabatku itu bertanya sambil mengekor di belakang.

Aku meletakkan tas punggung miliku lalu duduk di kursi sebelum menjawabnya, "Cuma masalah kecil sih, tapi yah kaya yang lo tau, Papa gue temperamen dan berakhirlah gue jadi samsaknya."

Ikut duduk di sampingku, Jaehyun masih mendengarkan apa yang aku katakan dengan seksama. Aku berhati-hati, tidak ingin menceritakan soal telpon dari Mama yang aku terima. Karena seperti Papa, Jaehyun sangat membenci Mama ku. Fakta bahwa wanita itu telah meninggalkan aku bersama laki-laki pemabuk dan kasar membuat Jaehyun lebih tidak menyukai Mama ku dibanding ketidaksukaannya terhadap Papa.

"Berangkat pagi gini lo udah sarapan belum?" Kembali Jaehyun melontarkan pertanyaan padaku.

Aku mengangguk, "Tadi gue udah makan Bakpao. Btw soal Lucas gimana? Lo udah ngabarin orang tua lo?"

Terlihat Jaehyun mengibaskan tangannya, "Bocah itu ngancem gue buat nggak bilang ke Mama, soalnya dia udah tau soal gue yang pacaran sama Tasya."

"Terus lo nurutin ancamannya?" tanyaku lagi.

"Terpaksa, buat satu minggu ini. Abis itu dia janji bakalan ngabarin Mama."

Dan setelahnya aku melihat jika Jaehyun kembali melirik arlojinya untuk yang kedua kali. "Ah, gue ke ruang musik dulu ya, Dit. Anak-anak pagi ini ngajakin latihan lagu yang bakalan ditampil di ultah sekolah tiga hari lagi." Katanya sambil menepuk bahuku.

Aku meringis ngilu merasakan tepukan itu, bahu yang semalam menabrak sisi meja makan itu punya lebam yang cukup besar sehingga lukanya masih terasa sakit hingga pagi ini.

.

.

.

Tbc

Siap-siap buat kemunculan kang kopi ciaa~
(^▪/□\▪^)

[✔] BF ▪Jaehyun▪Where stories live. Discover now