#49 Jaehyun [3]

783 110 4
                                    

Jaehyun frustasi ketika melihat rumah Dita yang kosong, papa gadis itu sudah pergi lagi dari rumah miliknya membuat kebingungan menyerang Jaehyun ketika merasa kesempatannya sudah hilang. Jika begini kepada siapa lagi dia harus bertanya kemana kepergian Dita?

Apalagi handphone miliknya yang setelah terbanting beberapa kali berkedip-kedip tanpa dikehendaki, layarnya yang semula hanya retak kini sedikit mengitam. Touch screen nya mulai bermasalah, membuat keringat dingin tanpa bisa dicegah mengalir di punggung Jaehyun.

Siapa, Jaehyun kembali berpikir, siapa orang yang bisa ditanyainya?

Kemudian sosok lain muncul diingatannya, laki-laki itu, orang yang sering menggantikan Jaehyun menjemput Dita pulang beberapa kali.

Siapa namanya?




Ah! Doyoung!

Motor miliknya itu segera tancap gas, dengan buru-buru Jaehyun pergi ke rumah laki-laki itu, yang berada dekat warung mie ayam yang sering diceritakan Dita. Jaehyun pikir dia harus cepat-cepat, tapi nampaknya itu bukan benar-benar pilihan yang tepat.

Emosi laki-laki itu tidak stabil, fokusnya terpecah antara jalanan yang dilaluinya dengan pencarian nomor Dita di handphone miliknya yang sudah benar-benar bobrok. Hal itu membuat motornya limbung dan berakhir menciderai dirinya sendiri. Jaehyun terjatuh, sebuah lubang di jalanan yang tidak bisa ia hindari kembali membuat emosinya memuncak. Umpatan keluar dari bibirnya, menggema di jalanan sepi yang ia lalui.

Jaehyun buru-buru bangkit, beberapa luka muncul di lengan dan lututnya. Bau karat yang samar tercium, tapi hal pertama yang dilihatnya bukan asal bau karat dari lukanya itu. Tapi layar handphone miliknya yang hampir hancur. Suara nada tunggu terdengar, berdering lemah namun mengambil seluruh perhatian Jaehyun.

Hingga tak lama setelahnya panggilan itu diangkat, jatung Jaehyun kembali berdebar keras.

"Ta, elo sekarang dimana?" suaranya diucapkan dengan nada mengerikan. Campuran dari emosi yang berantakan.

Jaehyun sedikit merasa kecewa, Ditanya tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Kabut kembali muncul di matanya, tatapan Jaehyun memburam sambil dengan tak sabar menunggu jawaban dari seberang sana.

"Gue udah di Semarang, hampir sampai ke rumah Mama." Tapi setelah mendengar jawaban itu, kekecewaan yang tidak benar-benar berusaha disembunyikan Jaehyun meluap.

"Ta, jangan pergi kaya gini—" Jaehyun berhenti sebentar,

"Gue suka juga suka sama elo. Jadi please balik ke sini."

Suara di seberang sana memanggil namanya lembut, namun Jaehyun masih sibuk merancau. Mengatakan banyak hal untuk membuat Dita kembali dan tidak meninggalkan dirinya.

"Gue minta maaf, maaf karena gue udah jadi orang tolol waktu ngedenger orang lain ngejelek-jelekin elo, ngejelek-jelekin orang tua lo. Sama sekali nggak pernah gue bayangin kalo itu bener-bener bikin sakit, sekarang gue baru tau."

Yang di seberang sana akhirnya memilih untuk diam, dengan cermat mendengarkan kata-kata Jaehyun. Merasa jika tidak akan gunanya untuk menghentikan Jaehyun, karena Dita tahu Jaehyun bukan hanya frustasi karena kepergian dirinya. Laki-laki itu tengah kecewa pada hidupnya sendiri.

Sama sepertinya, Jaehyun juga punya keluarga yang membuat hari-harinya terasa mencekik.

"Ta, inget janji lo. Senyum lo cuma buat gue, nggak buat yang lain. Kalo lo nggak selalu ada di sisi gue, gimana gue bisa liat senyum lo. Apa jaminannya kalo elo nggak ngasih senyum lo ke orang lain?"

Jaehyun akhirnya terisak, suaranya putus-putus dan itu membuat Dita tidak lagi bisa menahan diri untuk diam saja. Bukan hanya lengan dan lututnya yang berdenyut nyeri, sesuatu di dada Jaehyun juga bergitu. Dia merasa sesak, apalagi ketika sadar sosok yang biasa dipeluknya itu tidak ada di dekatnya.

Lelaki itu merasa benar-benar sendirian sekarang.

"Hei Jaehyun, kita masih bisa ketemu kapan-kapan. Gue bisa ke Jakarta, elo bisa ke Semarang, kita masih satu pulau, kita nggak pisah sejauh itu. Kita ngeliat langit yang sama, biru di elo juga biru di gue, hitam di elo juga hitam di gue."

"Jangan buru-buru sedih, Jaehyun. Kita pisah bukan berarti dunia kiamat, yang elo dan gue butuhin cuma terbiasa."

Jaehyun bisa mendengar suara Dita yang serak, hatinya sedikit lega karena merasa jika dirinya tidak sakit seorang diri. Itu masih Ditanya, masih sandarannya yang menelan pahit manis bersamanya.

"Btw, makasih udah bilang kalo elo juga suka sama gue. Walaupun gue nggak tau lo serius atau enggak, rasanya enak bisa punya sesuatu yang bikin gue percaya kalo perasaan gue bukan cuma sekedar perasaan sepihak."

Buru-buru Jaehyun menjawab, "Gue serius." tawa milik Dita yang kaku terdengar.

Ketika tawa itu mereda, Jaehyun kembali merasa kehilangan. Ada sunyi yang kembali membuat lelaki itu merasa sepi, ketakutannya kembali hadir ketika mendengar Dita melanjutkan kalimatnya.

"Jaga diri lo baik-baik, kapan-kapan gue bakalan main ke tempat lo."

Sejujurnya Jaehyun sudah trauma dengan kata-kata perpisahan macam itu,

Jaga diri lo baik-baik, kapan-kapan gue bakalan main ke tempat lo

Jaga diri kamu, kapan-kapan mama, papa bakalan pulang ke Jakarta kalo senggang

Tidak jauh berbeda,

Kapan-kapan

Jaehyun benci kata itu, penuh dengan ketidakpastian, dan mendengarnya diucapkan oleh orang yang dia percaya menjadi sandarannya Jaehyun merasa semuanya akan terulang kembali. Seperti mamanya, Dita juga akhirnya pergi meninggalkan Jaehyun.

Lelaki itu tidak ingin menapaki tangga semu sekali lagi, yang dikiranya bisa membawanya naik menuju kebahagiaan tapi malah membuatnya terjun ke lubang kekecewaan. Perut Jaehyun tanpa bisa dicegah bergejolak, ia ingin muntah.

"O-oke,"

Jika dulu, ketika sang mama mengatakan hal yang mirip dia menambahkan kalimat Jaehyun tunggu, dengan suara manis yang amat berharap. Dia yang kini berumur tujuh belas tidak ingin mengulang yang sama.

Maka dia melanjutkan, "—jangan sampai lupa."

Ya, jangan sampai Ditanya lupa jika ia benar-benar menunggu kedatangannya. Karena jika ia kembali menjawab akan menunggu, dia harus rela menahan rindu yang tak pasti kapan terobatinya.

Setelahnya Dita memutus panggilan itu, merasa tenang tanpa tahu sosok lain sudah berjongkok sambil memegangi hatinya yang sesak.

"Ya, jangan sampai lo lupa."

.

.

.

Fin

[✔] BF ▪Jaehyun▪Where stories live. Discover now