#11 Patah

867 201 38
                                    

"Gue tau lo diem-diem naksir dia."

Kata-kata yang diucapkan kak Doyoung semalam berdengung di telingaku ketika kedua mataku tepat menangkap pemandangan yang menurutku sama sekali bukanlah hal yang nyaman untuk di lihat.

"Gue nggak naksir Jaehyun, sumpah deh."

Kalimat elakkan yang aku ucapkan juga datang, seolah-olah ingin mengingatkan ku untuk tidak merasa sakit hati sesudah mengatakan hal semacam itu semalam.

"Sya, Jadi pacar gue ya?" Sahabatku, Jaehyun Ardena mengatakkan hal itu dengan lantang tepat di depan Tasya sambil membawa sebuket mawar merah segar. Membuat aku yang melihatnya sama sekali terkejut bukan main.

Jadi itulah mengapa dia memintaku mengajarinya cara membuat buket bunga.

Kak Yuta yang semula menghampiriku untuk mengajak bermain basket bersama ikut mematung, dia sesekali melirik sebelum mengatakkan apa yang dipikirkannya. "Sori, Dit. Gue selama ini salah sangka. Gue kira elo pacaran sama Jaehyun."

Aku diam saja tidak menanggapinya, masih sibuk dengan hatikku yang berdenyut nyeri ketika melihat kerumunan yang berada di sekitar Jaehyun dan Tasya. Merasa bingung dengan hatiku sendiri.

Ketika sibuk bertanya-tanya dengan perasaanku sendiri, aku mendengar suara merdu yang terdengar malu-malu dari sosok Tasya yang menyembunyikan sebagian wajahnya dengan telapak tangan mungil miliknya sendiri.

"Yes, I will Jae" dia mencicit dengan suara kecil yang meskipun begitu bisa didengar oleh orang-orang disana termasuk diriku.

Akhirnya aku melihatnya, Jaehyun menaikkan sudut-sudut bibirnya dan tersenyum amat lebar. Ekspresi yang beberapa minggu ini tidak ia tunjukkan padaku. "Kayanya lo beneran naksir berat ya, Jae. Sama cewek itu." tanpa sadar aku bergumama dengan suara rendah.

Siang itu cerah, seolah langit pun merestui keduannya. Membuatku seolah ingin mengutuk semua hal baik itu. Harus aku akui, aku telah terlambat, aku terlalu pengecut untuk mengakui jika aku memang tertarik pada Jaehyun seperti teman-teman perempuanku yang lain, dan inilah konsekuensinya. Aku akan kehilangan sosok Jaehyun, kehilangan dia yang menjadi satu-satunya orang yang aku percayai sepenuhnya hingga kini.

Setelahnya aku melihat mereka berpelukan, Jaehyun mendekap Tasya erat sekali. Membuatku mengingat jika ia juga pernah melakukan hal yang sama padaku, namun bedanya kami berpelukan ketika masa sulit. Sedangkan Ia dan Tasya berpelukan ketika masa yang membahagiakkan, seolah takdir memang mendatangkan Tasya untuk mengisi hari-hari Jaehyun yang suram sejak bertemu aku.

Setelahnya aku melihat jika Jaehyun melirik padakku seperti ingin berbagi kebahagiaan yang dirasakannya. Ia tersenyum sambil melambaikan buket bunga yang dipegangnya, masih sambil memeluk Tasya. Aku yang tidak bisa menolak senyum itu ikut menaikkan sudut bibirku.

Barulah ketika ia mengalihkan pandangannya aku kembali merubah ekspresiku, lalu segera beranjak dari sana. Meninggalkan kak Yuta yang sibuk memanggil-manggil namaku.

Aku merasa sedih, sedih sekali. Tapi itu tidak bisa membuatku menangis, sepertinya waktu sedang menyiapkan kejutan besar yang membutuhkan banyak air mata di puncak konfliknya. Siang itu aku hanya merasa mual, aku pergi ke toilet, dan hanya mengeluarkan makan siangku tanpa bisa mengeluarkan hal-hal yang mengganjal di hatikku.

Ini buruk, aku merasa egois karena telah jatuh cinta pada sahabatku sendiri.

.

.

.

Tbc

Bonus:


[✔] BF ▪Jaehyun▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang