⏳ || Chapter 018

246 153 7
                                    

"Perihal kedewasaan bukan tentang seberapa benyak usiamu. Namun, tentang bagaimana kamu menyikapi suatu masalah."

🥀

Bella terkejut saat sebuah tangan tiba-tiba menariknya saat bel pulang berdering. Tak bisa lepas lantaran cekalannya terlalu kuat, Bella biarkan kakinya terus melangkah mengikuti cowok yang kini menjadikannya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Menurut dan tak berkutik.

Langkah keduanya berhenti tepat di depan pintu green house yang terbuka separuhnya, aroma bunga mawar kuning menguar begitu Bella menarik napasnya. Gadis itu tersenyum tipis saat hatinya menyesak. Sial. Dirinya kembali teringat akan Nadav. Segala perkataan Nadav tentang filosofi bunga mendadak memeluknya dalam perihnya duka.

"Coba lihat deh, orang yang di sebelah sana itu," kata Nadav sambil menyenggol lengan Bella ketika yang diajak bicara justru asik dengan permen kapasnya.

Bella menoleh, menatap Nadav yang hanya menunjuk pemandangan di depannya dengan gerakan dagu.

Seketika Bella membelalak. "Wah, cowok itu mau nembak ceweknya. Pakai mawar kuning, ah unik banget, dan aku suka. Waktu itu aku minta kamu ngasih bunga mawar kuning malah di cuekin," kata Bella dengan senyuman kecut saat mengatakan kalimat terakhir.

"Kamu salah. Kamu mikir gitu, itu salah Bell," sanggah Nadav sambil menatap Bella. Gadis itu mengernyit tak paham.

"Salah? Maksudnya mereka cuma temen?" Bella kembali menatap pasangan muda yang kini tengah saling bertukar senyum.

"Cinta bertepuk sebelah tangan."

"Maksudnya?" Bella semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan Nadav.

Nadav tersenyum, matanya terpejam sesaat, dan terbuka lagi. "Tiap bunga memiliki arti masing-masing sesuai warnanya. Mungkin bagi kamu mawar kuning itu unik, tapi bagi mereka yang memahami artinya dan mendapatkan bunga itu pasti sakit rasanya." Bella dengan sigap mendengarkan apa yang disampaikan Nadav. Tak berniat sedikit pun menyela.

"Dalam sejarah Victorian, Bunga mawar kuning memiliki arti kecemburuan, persahabatan, juga cinta platonis atau orang menyebutnya cinta satu sisi."

Bella diam sesaat sebelum suara Nadav menginterupsi. "Makanya aku nggak bakalan mau kalau kamu minta aku ngasih bunga mawar kuning sekalipun kamu suka."

"Tapi itukan cuma---"

"Aku nggak mau itu jadi doa buat hubungan kita, aku tau itu cuma pemikiran orang zaman dulu. Namun, filosofi tetap filosofi Bell. Filosofi bakalan terus melekat pada ingatan manusia," ucap Nadav dengan tatapan mata tertuju pada Bella.

"Te amo in aeternum, Bella," ucap Nadav sambil menggenggam erat tangan Bella.

Gadis itu tersenyum, "Te amo, Nadav. Aku cinta kamu selamanya."

"Bella!" gadis itu terkejut ketika seseorang berteriak tepat di samping telinganya.

Gadis itu berdecak kesal saat Faras menatapnya tanpa rasa bersalah. Seolah tak melakukan kesalahan, cowok itu masuk ke green house, dan duduk di bangku kecil yang ada di sana. Dengan menepuk bangku kosong di sebelahnya, Faras memberikan isyarat agar Bella ikut duduk.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now