⏳ || Chapter 010

305 204 176
                                    

“Biarlah aku menjadi seperti ini. Jangan pernah menghalangi lagi. Meski katamu kita sama-sama terluka, tapi luka yang kita terima jelas berbeda.”

🥀

Now Playing: Zhang Hui Mei - Ting Hai🎶

🥀

Bella meremas kuat rok seragamnya begitu Faras mempercepat laju motornya. Jalan raya memang sudah melenggang hingga cowok itu bisa leluasa menguasai jalanan. Di jok belakang Bella menggigit bibir menahan dinginnya angin malam. Meski dirinya telah mengenakan blazer, tetapi tatap saja hawa dingin itu merasuk ke tulangnya. Berbeda dengan si pengemudi motor yang mengenakan jaket tebal dan sarung tangan.

“Faras, aku mau ngomong,” ucap Bella memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti keduanya.

Dari kaca spion, Bella dapat melihat Faras melirik sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. “Barusan lo itu ngomong.”

Dalam hati Bella merutuki kebodohannya bertanya demikian, jelas saja Faras langsung mematikan ucapannya. “Bukan gitu, takutnya kamu nggak mau dengerin perkataanku,” ucap Bella lirih. Tubuhnya tersentak ke depan ketika lampu lalu lintas tiba-tiba berubah menjadi merah.

“Nah, itu lo tau.” Bella memajukan bibirnya mendengar jawaban Faras yang nampak tak perduli. “Yaudah buruan ngomong, gitu aja manyun,” cibir Faras, cowok itu kembali memacu motornya ketika lampu sudah berganti hijau dengan kecepatan yang standar.

“Maaf, maaf untuk yang tadi. Maaf kalau aku bikin kamu marah, maaf kalau gara-gara aku kamu jadi dapat partner kaya aku. Maaf untuk semuanya.”

Hening.

Faras diam. Bella juga diam.

Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, hanya desau angin malam yang hadir dan mengibarkan rambut panjang Bella tanpa helm sebagai pelindungnya. Batin Bella berkecamuk hebat. Ada rasa takut yang tiba-tiba hinggap, jika Faras diam apakah itu artinya dia tidak mau memaafkan. Apa jika Faras tak memberikan jawaban itu artinya dia sudah muak dengan semuanya, dengan permintaan aneh Bu Gladys, dengan rekan satu timnya yang tak dapat diandalkan, dan dengan semua kesalahan yang Bella lakukan.

Namun, yang Bella tak tahu Faras diam bukan karena tak memaafkan, tapi bibirnya terlalu kelu untuk sekedar berkata ‘iya’ atau ‘tidak apa-apa'. Yang Bella tak tahu Faras diam karena merasa tertampar, permintaan maaf Bella menyadarkannya bahwa dia tak pernah meminta maaf atas segala perbuatannya kepada orang-orang di sekitarnya. Dan Faras sadar, ini sakit rasanya.

“ng—nggak papa, lo nggak usah minta maaf. Gue yang keterlaluan,” balas Faras setelah sekian menit hanya ada keheningan.

Bella membulatkan matanya, ternyata Faras bisa merendahkan nada bicaranya. Apakah sebenarnya seperti inilah Faras yang asli? Apa inilah yang disebut sifat tersembunyi dari seorang Faras Adyatama yang suka seenaknya?

Gadis itu sedikit terkejut ketika tiba-tiba Faras menepikan motornya, tatapan Bella berkilat waspada. Takut-takut Faras akan menelantarkannya di pinggiran jalan yang sepi. Namun, dugaannya patah saat Bella melihat Faras merogoh ponselnya yang mungkin saja sudah berdering sedari tadi.

“Apa?!”

“...”

Faras berdecak setelah menerima jawaban dari penelepon di seberang. “Jangan bercanda.”

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATDove le storie prendono vita. Scoprilo ora