⏳ || Chapter 011

297 193 75
                                    

"Ibarat uang koin yang memiliki dua sisi, kita tak akan pernah tau sisi yang lainnya jika tak membaliknya, begitu pula perihal sifat manusia."

🥀

🎶Now Playing: Imagine Dragons - Bad Liar🎶

🥀

Devan memasuki kelas dengan penanda XI MIPA 5 saat matahari mulai meninggi, sapaan hangat dari teman sekelasnya satu per satu menyambangi telinganya. Cowok itu membalasnya dengan senyuman manis dan lambaian tangan. Dibandingkan Faras, Devan jauh lebih banyak berinteraksi dengan teman sekelasnya. Faras hanya akan berinteraksi dengan yang lain bila ada tugas kelompok, jika tidak maka tak ada yang berani mengusik.

Sampai di mejanya, Devan heran. Faras tak ada di tempat duduknya. Dahinya mengernyit, mencoba berpikir keras, tak biasanya Faras akan datang siang. Cowok itu selalu datang pagi-pagi sekali untuk belajar ataupun menghafal.

Mengetahui ada yang ganjil, Devan mengambil gawainya dan mengirimkan pesan kepada Faras. Sebagai sahabat yang baik Devan ingin menunjukkan rasa perhatiannya, meski sering kali Faras tak mau menerimanya. Cowok itu terlalu keras kepala untuk sekedar berkata 'tolong' jika memang memerlukan bantuan. Devan tak yakin jika Faras dapat menyelesaikan semuanya sendirian secara sempurna karena cowok itu tau Faras hanya manusia biasa.

To: Faras

Lo nggak masuk sekolah? Lo sakit

Tiga puluh menit tak ada jawaban dari Faras, tetapi info pesan itu telah berubah warna menjadi centang biru, Devan berdecak kesal di saat seperti ini Faras malah mengajaknya bercanda. Yang benar saja!

Menyimpan ponselnya ke dalam laci, Devan lalu memindahkan tasnya ke bangku kosong di sebelah kanannya. Harusnya bangku itu ditempati Faras yang akan sibuk dengan buku-buku tebalnya, tapi kini menjelang sepuluh menit bel berbunyi Faras tak jua memunculkan wajahnya.

Tepat saat bel panjang berdering, satu notifikasi muncul di ponsel Devan. Hanya ada satu kalimat singkat yang mampu membuat dahi Devan kembali berkerut. Pasti ada sesuatu yang salah hari ini.

From Faras:

Gue telat.

Ini tak seperti biasanya, cowok itu tidak akan pernah berniat mencalonkan namanya di buku pelanggaran sekolah. Catatan pelanggaran milik Faras selalu nihil, Devan sangat tahu betul bahwa teman sebangkunya itu sangat disiplin. Jika hari ini Faras bisa terlambat tentunya ada suatu hal yang serius. Apa pun itu pada akhirnya Devan tak mampu menebaknya.

Cowok itu hendak mengetikan pesan belasan, sekedar bertanya apa yang membuatnya terlambat. Namun, urung lantaran guru biologi lebih dulu mengucapkan selamat pagi. Mau tak mau Devan menyimpan ponselnya ke tempat semula. Sepanjang pelajaran jam pertama sungguh pikiran Devan dihantui tanda tanya.

🥀

Bel istirahat menjadi alarm kebebasan bagi semua siswa XI MIPA 5. Setelah jam pertama hingga ke dua diisi dengan kuis biologi kemudian dilanjut dua jam pelajaran metematika peminatan, membuat kepala seperti direbus dalam air mendidih dan penawarnya hanyalah es campur di kantin sekolah.

Devan hendak melesat ke kantin saat Faras memasuki kelas dengan sempoyongan, butiran keringat memenuhi dahi dan pelipisnya. Blazer yang biasanya menempel rapi di tubuhnya kini hanya tersampir di bahu. Kancing teratasnya pun terbuka dengan kemeja yang terburai keluar.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now