⏳ || Chapter 033

199 125 7
                                    

“Tentang kamu, aku berusaha untuk terus percaya bahwa akan ada takdir yang baik setelah dilanda duka. Namun, masih bisakah aku percaya jika salah satu duka itu berasal dari orang yang aku suka.”

🥀

🎶Now Playing: Roulette - Aku Jatuh Cinta [Cover]🎶

🥀


Di dalam mobil hitam yang kini melaju dengan kecepatan standar, Bella duduk di samping papanya dengan wajah murung. Dia buang pandangannya ke arah jalanan, seharusnya hari ini adalah kabar baik karena ayahnya tiba-tiba saja akan singgah ke rumahnya. Biasanya Mulawarman hanya akan mengantar Bella sampai depan pagar, tetapi kini---entah mengapa---lelaki itu sudi menginjakkan kaki hingga ke dalam rumah.

Setelah orang tuanya bercerai, Mulawarman nyaris tak pernah lagi menghubungi Bella. Baru beberapa minggu ini keduanya kembali berkomunikasi setelah Larasati memberikan izin dengan alibi dia tak ingin Bella kehilangan sosok ayah.

Lelaki yang sedang memegang kendali mobil itu melirik sekilas, merasa ada sesuatu yang ganjil. “Kamu kenapa? Kok diem aja, biasanya girang banget kalau ketemu papa.”

Bella hanya menggeleng patah-patah. Harinya telah hancur lebih dulu sebelum mendengar kabar baik bahwa papanya akan bertandang ke rumah. Ucapan Faras sepenuhnya menyesakkan hati, selama ini ternyata Faras hanya berpura-pura menyukainya. Segala kebaikan Faras hanyalah cara agar Bella bisa fokus mempersiapkan olimpiade.

Di antara jutaan cara, mengapa Faras menggunakan cara paling mematikan seperti ini, dibuat jatuh cinta kemudian ditinggal pergi itu lebih menyakitkan dari pada saat Bella menyayat nadinya sendiri.

“Kalau nggak kenapa-kenapa kok murung gitu? Ayo cerita aja sama papa,” bujuk Mulawarman sembari tersenyum. Namun, sekali lagi Bella hanya menggeleng. Untuk saat ini Bella butuh kesendirian untuk meredam semua rasa kesalnya.

Perjalanan pulang itu hening, hanya ada deru kendaraan yang mengisi kesunyian. Bella kembali memejamkan matanya begitu kepalanya berdenyut hebat. Memijitnya perlahan, Bella merasakan ribuan jarum tengah menusuk kuat kepalanya.

Mulawarman yang sadar akan hal itu kemudian menepikan mobilnya. “Bella kamu kenapa sayang?”

“Bella pusing,” jawab Bella pelan.
Dengan sigap mata Mulawarman mengawasi sekeliling, mencari minimarket atau apotek.

Pandangannya tertuju pada salah satu minimarket tak jauh dari tempatnya memarkirkan mobil. Lelaki itu mengusap kepala Bella perlahan.

“Tunggu sebentar, papa belikan obat dulu,” katanya kemudian segera berlari demi mendapatkan barang yang dirinya perlukan.

Sementara itu Bella merasakan pening kepalanya semakin menjadi, kini rasanya seperti dipukul berkali-kali. Hingga gadis itu kini merasa ada cairan merah yang keluar dari hidungnya. Gadis itu kelabakan mencari tisu tetapi tak menemukannya. Pandangan gadis itu mulai mengabur, jas papanya yang tersampir di kursi kemudi membuatnya teringat bahwa papanya sering menyimpan sapu tangan di sana. Tangan gadis itu terjulur kemudian merogoh saku jas papanya. Benar. Ada sapu tangan putih di sana, Bella meraihnya dalam satu tarikan.

Mengusap cairan itu dari hidungnya, Bella tersenyum miris, betapa menderitanya dirinya setelah merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya. Tanpa Bella sadari, ada satu benda yang ikut terjatuh saat Bella menarik sapu tangan itu. Hanya selembar foto. Namun, itu menyita perhatiannya.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATМесто, где живут истории. Откройте их для себя