⏳ || Chapter 016

256 175 26
                                    

"Teruntuk semesta, terlalu lelah untuk menghadapi luka yang kian tak terhitung banyaknya. Jika saja aku boleh meminta, bolehkah aku pergi sekarang juga?"

🥀

🎶Now Playing: Lee Hi - Breathe🎶

🥀

"Apa kamu yakin dengan keputusan itu?" tanya Bu Gladys sekali lagi, menatap murid kesayangan yang kini duduk di hadapannya dengan wajah murung. Dia masih belum rela jika Bella benar-benar akan mengundurkan diri. Berulang kali wanita itu menghela napas gusar, merasa tidak berhasil membuat Bella kembali menjadi Bella yang dahulu.

Jam pelajaran pertama bahkan belum dimulai, masih terlalu pagi untuk membahas semua ini. Tadi Bu Gladys amat terkejut dengan kedatangan Bella yang tiba-tiba, dengan sorot sendu yang melekat kuat di kedua netranya. Dirinya berpikir Bella akan menanyakan olimpiade atau Faras, tetapi dugaannya itu pupus lantaran Bella mengajukan permohonan pengunduran diri.

Bahkan Bella tak hanya mengungkapkan niatnya hanya dengan sekedar kata-kata, tetapi dengan disertai surat pengunduran diri yang telah diketahui dan ditandatangani oleh orang tuanya. Lembaran surat itu menyisakan dua kolom tanda tangan untuk Bu Gladys dan juga kepala sekolah. Bella terus merapal doa agar Bu Gladys benar-benar menerima keputusannya dan memberikan acc pada surat itu.

Gadis berambut cokelat itu mengangguk pelan. "Nggak ada gunanya lagi saya bertahan. Benar kata Faras, saya nggak pernah bisa konsisten mempersiapkan olimpiade itu."

Bu Gladys menggeleng. "Tidak Bella, tidak. Kamu harus tetap bertahan. Di awal kamu udah janji kan? Nggak mau bikin mama kamu kecewa lagi?" Bu Gladys masih mencoba membujuk Bella dengan berbagai cara, tetapi hanya gelengan kepala yang menjadi jawaban kokoh.

"Tidak Bu, saya sudah cukup berterima kasih kalau Bu Gladys pernah mempercayai saya untuk ada diposisi ini. Padahal ibu tau, saya jauh dari kata pantas untuk menempatinya." Bella tersenyum samar, jika Faras benar-benar menginginkannya mengundurkan diri maka Bella akan mengabulkan semuanya. Jika Faras mengatakan Bella hanya menghambat kemenangan, maka Bella benar-benar akan beranjak dan membiarkan cowok itu bergerak menggapai kemenangannya.

Anomali ruang guru terasa berbeda. Begitu dingin, suara kipas angin yang terus bergerak seperti ingin berbicara bahwa Bella telah lelah. Tatapan mata Bella terlihat sayu, jika iris itu bisa berbicara, sudah pasti dia akan menceritakan segalanya.

"Ibu mohon sekali sama kamu. Bertahan. Masih bany---"

"Keputusan saya sudah bulat Bu, saya tidak ingin nama sekolah ini hancur karena saya." Bella memotong ucapan Bu Gladys, bukan hendak berlaku tidak sopan. Bella hanya ingin perbincangan ini segera usai.

Bu Gladys mendesah pelan. "Dengarkan saya Bella, kamu pernah melambungkan nama sekolah ini, piala yang ada di ruang lobi dan di ruang koleksi hampir sebagian adalah hasil dari keringat kamu. Ibu yakin kamu bisa, saya akan memaksa Faras jika dia tidak mau lagi satu tim sama kamu. Atau saya bisa menggeser posisi Faras dengan orang lain Bella." Wanita itu menggenggam erat tangan Bella, lantas menatapnya dengan penuh harap.

"Sekali lagi tidak, Bu. Saya yakin Faras akan lebih kecewa jika ibu mengganti posisi Faras dengan orang lain. Tidak apa-apa Bu, saya yakin Faras bisa memenangkannya dengan mudah, bahkan tanpa saya."

Bu Gladys bungkam. Bella sama sekali tak dapat di rengkuh lagi. Menghela napas berat, Bu Gladys meraih lembaran surat dari Bella dan mengambil penanya. Dengan gerakan tangan yang dipaksakan pada akhirnya kolom tanda tangan itu terisi.

Benar. Bella mendapatkan acc untuk mengundurkan diri. Seharusnya dia merasa senang bukan? Namun, mengapa tiba-tiba hatinya merasa tak tenang?

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now