⏳ || Chapter 034

213 128 8
                                    

“Sudah jelas bahwa aku tidak pernah menaruh rasa benci. Tetapi logika menuntutku untuk berpegang pada prinsip yang ada. Bahwa luka yang kita punya harus sembuh sebelum kita berani untuk menebar cinta.”

🥀

🎶Now Playing: Ada Band - Manusia Bodoh🎶

🥀

“Jelasin ke Bella apa maksudnya ini semua? Apa yang kalian sembunyikan dari Bella selama ini?!” Bella memekik keras, tak peduli lagi dengan pening di kepalanya. Sesegera mungkin Bella harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Foto yang Bella lihat di kamar mamanya juga foto di dalam jas papanya begitu membuatnya bingung saat ini. Pasti ada rahasia besar yang disimpan dibaliknya.

Hanya ada satu hal yang membuat Bella ketakutan, jika benar laki-laki yang kini berada di hadapannya ini adalah orang yang selama ini Faras benci. Bella hanya takut jika papanya adalah orang yang sama dengan papa Faras. Jika itu memang benar, Bella kini tau alasan Faras menjauhi dirinya.

Pantas saja waktu itu Faras tegak menegang saat pertama kali papanya menjemputnya pulang, pantas saja Faras memacu kendaraan di atas rata-rata begitu Bella menyebut nama papanya.

Bella pandangi kedua orang tuanya secara bergantian dengan wajah sendu. Sementara Larasati menggigit bibirnya menahan air matanya agar tidak meluruh, di sampingnya Mulawarman memasang wajah tenang meski hatinya bergemuruh hebat.

“Kenapa kalian diem aja, apa yang kalian sembunyikan dari Bella!” desak gadis itu dengan suara serak, rasanya sakit sekali jika fakta itu memang benar.

Dalam hati Larasati menjerit kuat-kuat, dia tau hari ini akan tiba. Cepat maupun lambat bangkai yang dia simpan rapat akan tercium baunya, dan kini Bella akan menuntut penjelasan semuanya. Dan kini Larasati sadar mengapa waktu menatap mata Faras dirinya merasa tak asing, itu karena Faras adalah anak dari Mulawarman. Larasti memang belum pernah bertemu langsung dengan istri Mulawarman maupun anaknya, takut akan menimbulkan masalah yang besar.

“Papa akan jelaskan semuanya,” lirih Mulawarman dengan mengembuskan napas berat. Biar bagaimanapun juga, Bella berhak tau kebenarannya. Bella berhak tau yang sesungguhnya. Dan yang paling penting kesalahpahaman ini harus segera di sudahi.

Bella menahan napasnya. Mencegah kemungkinan terburuk yang akan keluar dari mulut papanya Bella sengaja menutup telinganya dengan kedua tangan. Entah rasanya gadis itu tak siap jika dugaannya benar.

“Bella, buka telinga kamu. Papa akan jelaskan semuanya sekarang juga.” Mulawarman memberikan instruksi, lelaki itu kembali meraup udara sebanyak mungkin demi menghalau debaran dalam dadanya.

Mulawarman mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah foto, ukurannya aama dengan foto yang Bella temukan di jas ayahnya. Hanya saja sosok dalam foto itulah yang membedakan. Kemudian foto itu Mulawarman letakkan di atas meja, membiarkan Bella melihatnya dengan jelas.

“Foto ini diambil delapan belas tahun yang lalu, Ini papa dan ini adalah Wijaya, papa kamu yang sebenarnya. Kami bersahabat dengan baik sejak masih SMP hingga masuk ke dunia pekerjaan. Kami bekerja di tempat yang sama juga di bidang yang sama. Kedekatan kami sudah layaknya kakak beradik. Kami dekat sekali,” Mulawarman memulai ceritanya, pikirannya menerawang jauh ke masa lalu yang kelam itu.

Sementara Bella membekap mulutnya, tak percaya dengan apa yang papanya sampaikan. Sedangkan Larasati hanya tersenyum samar dengan air mata yang tak hentinya menetes, lukanya kembali terbuka.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now