⏳ || Chapter 009

317 210 158
                                    

"Ada hati yang terluka meski terlihat baik-baik saja,

Ada jiwa yang rapuh meski terlihat begitu tangguh,

Dan ada tetesan air mata meski dibalut dengan tawa."

🥀

🎶Now Playing: Taeyeon - Fine🎶

🥀

"Lo gimana sih? Dari semua soal di halaman dua sampai dua puluh sembilan lo baru ngerjain seperempatnya? Dan lo Cuma bener lima soal? Astaga Bella, waktu tiga jam habis cuma buat ngerjain segini?" Faras menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

Tatapan matanya tak lepas dari kumpulan soal latihan olimpiade milik Bella. Banyak soal mudah yang tak dapat Bella kerjakan membuat Faras mengepalkan sebelah tangannya.

Anomali ruang perpustakaan berubah menjadi pengap, gadis itu hanya diam tanpa memberikan kalimat penyangkalan ataupun pembelaan. Di balik meja administrasi Bu Dewi tampak menoleh ke arah Faras yang tengah tersulut emosi kemudian mendesah pelan dan kembali pada aktivitasnya.

Faras berdecak kesal dengan mata yang sengaja dipelototkan pada hasil pekerjaan Bella. Baru satu kali latihan soal saja Faras sudah naik darah, apa lagi selama beberapa bulan ke depan? Faras tak bisa menjamin dirinya bisa terus bersabar. "Lo lihat sejak kapan tujuh ditambah tiga sama dengan lima? Tambah, Bell, ditambah bukan dikurang."

"Kalau lo emang nggak bisa fokus, mendingan lo mundur aja. Gue bisa cari penggati. Dari awal gue udah ogah satu tim sama lo," sarkas Faras tanpa mengalihkan atensi dari kertas.

"Bisa nggak sih, nggak usah marah-marah terus?! Semua butuh proses kan? Kalau aku salah kamu kasih contoh dong gimana yang bener, jangan marah-marah gini. Kalau gini siapa coba yang buang-buang waktu?" cetus Bella tak ingin terus disalahkan, dia tau dirinya bodoh. Namun, kelakuan Faras sangat keterlaluan.

Rahang Faras mengetat. Tatapannya menajam, cowok itu lantas mencekal lengan Bella yang tengah membereskan bukunya. "Lo nggak usah sok tau soal gue. Lo nggak ngerti apa-apa. Jadi mendingan lo diem karena gue nggak segan-segan bikin perhitungan sama lo," ucap Faras dengan ketus.

Bella mendesis sebal. "Faras, apa orang tua kamu nggak pernah ngajarin kamu sopan santun? Apa mereka yang ngajarin kamu buat nggak kasar sama orang lain? Apa---"

"Tutup mulut lo bangsat!" Faras mengeratkan cekalannya pada pergelangan tangan Bella, membuat gadis itu meringis kesakitan. Kedua matanya telah mengabur bersamaan dengan hatinya yang tertusuk belati. Ucapan Faras barusan sangat tidak bermoral. "Lo jangan pernah bawa-bawa nama orang tua gue dalam hal ini. Lo itu cuma cewek lemah nggak usah ngusik ketenangan gue."

Bu Dewi yang sedari tadi hanya diam, kini mulai bertindak ketika Bella mulai terisak. "Faras! Jaga ucapan kamu. Ini sekolahan bukan hutan," cetus Bu Dewi yang sudah terusik dengan kegaduhan yang Faras buat.

Faras menoleh, menatap Bu Dewi dengan tajam. Faras tak suka ada yang ikut campur urusannya, sangat tidak suka. "Ibu diem. Jangan ikut campur urusan saya, mending itu selesaikan tugas ibu. Tugas ibu adalah mencatat pengunjung dan peminjam buku perpustakaan, bukan mengurusi urusan saya dan Bella."

Decakan kesal keluar dari bibir wanita paruh baya itu saat mendengar ucapan Faras. Tak ada sedikitpun nada sopan dari kalimatnya. "Kamu sedang bicara sama guru Faras, bukan sama teman kamu. Itu nggak sopan Faras." Bu Dewi merendahkan nada bicaranya, berharap Faras bisa menyadari. Alih-alih sadar, cowok itu malah membuang muka.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang