⏳ || Chapter 030

192 111 13
                                    

“Tidak adakah kebahagiaan yang tersisa untuk diriku? Jika aku memang tak pantas untuk bahagia, mengapa Engkau biarkan aku bertahan lebih lama?”

🥀

🎶Now Playing: Anneth - Mungkin Hari Ini, Esok, atau Nanti🎶

🥀

“Bego! Bego! Bego!” Faras menepikan motornya di tepian jalan. Tangan cowok itu mengepal kuat, tak mengerti lagi apa yang harus dirinya lakukan. Pada akhirnya pohon peneduh yang tumbuh di tepian jalan itu menjadi sasaran pelampiasan emosi Faras. Cowok itu membayangkan pohon mahoni di depannya ini adalah sang Papa, tanpa aba Faras meninjunya dengan penuh amarah. Tak hanya memerah, punggung tangannya mengeluarkan banyak darah.

Beberapa pengendara yang memberikan tatapan aneh tiada dipedulikan oleh cowok itu. Hatinya terlampau terguncang, jika sejak awal dia mengetahui Bella orangnya, dia tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis itu. Jika Faras tahu Bella anak dari istri kedua papanya, Faras tidak akan sudi satu partner dalam olimpiade.

Taburan warna-warni bintang yang mengiasi angkasa, juga dengan guratan sabit kecil memanjakan mata merupakan pemandangan mata jika saja Faras mampu menghalau rasa dendam yang kian menyembul dalam hatinya.

Faras mencintai Bella, tetapi Faras tak ingin mengkhianati tekatnya. Sebagai satu-satunya pelindung mamanya, Faras tak mungkin akan diam saja melihat biang kerok itu menggerogoti kebahagiaannya sejak lama.
Rencana yang sudah dia susun ternyata berlangsung lebih cepat dari apa yang sudah dia tetapkan.

Meminta gadis itu menjauh adalah bagian dari rencana yang Faras buat, cowok itu akan melakukan penyelidikan tentang siapa sosok dalam mobil hitam waktu itu. Semakin Faras mencoba mengabaikan, semakin kuat pula otaknya meminta Faras untuk segera menyelidiki.

Waktu dua minggu itu, dua minggu yang tersisa sebelum olimpiade adalah tolak ukur Faras agar dirinya mampu berjaga-jaga, bukan hanya dirinya tetapi juga Bella. Faras hanya ingin seandainya Fakta itu memang benar, mereka berdua akan terbiasa untuk tidak bersama. Namun nyatanya perhitungannya meleset! Fakta itu menjadi terang di waktu yang salah. Cowok itu belum siap mendengarnya.

Faras tersenyum miring saat terbesit rasa iba dalam hatinya, buat apa juga Faras mengasihani seseorang yang hampir saja membuatnya kehilangan sosok ibu. Buat apa? Pada akhirnya Faras kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Entah mengapa dunia begitu kejam.

Ketika Faras tahu Bella orangnya, mengapa rasanya begitu nyeri luar biasa? Dua hal yang harus Faras pilih saat ini. Pilihan yang menyiksa antara memilih membalaskan dendamnya untuk membuat hatinya lega atau tetap singgah pada hati yang ternyata merupakan sumber rasa sakit yang Faras miliki.

Hanya dalam hitungan menit, Faras mampu mengambil keputusan yang tepat. Faras sudah yakin dengan pilihannya. Balas dendam.

Cowok itu menipiskan bibirnya.

“Emang itu yang harusnya gue lakukan.”

🥀

Suhu tubuh Bella naik secara tiba-tiba, Larasati terkejut melihat Bella pulang dalam keadaan kacau. Entah apa yang sebenarnya terjadi, raut wajah Bella berubah 180° dari sebelum pergi bersama Faras.

“Jangan pergi, jangan, aku mohon jangan....” rancau Bella, bibirnya berubah menjadi begitu pucat. Kain basah yang menempel pada dahi gadis itu tak lekas menurunkan suhu tubuhnya.

“Bella, sayang ... Bella kenapa?” Larasati mengusap rambut Bella perlahan, mencoba memberikan rasa tenang agar gadis itu bisa terlelap dengan nyaman. Wanita itu mendesah pelan, ada tanda tanya besar yang juga mengganggu pikirannya. Tentang Faras. Iya, Sorot setajam elang itu seperti tak asing baginya. Sepertinya Larasati pernah dekat dengan sosok itu. Namun, ingatannya mengabur. Tidak pernah ada titik terang dalam pikirannya itu. Sejak awal bertemu dengan Faras, ada rasa takut yang diam-diam menyelinap dalam hatinya. Ada rasa tak tenang bila Larasati menatap mata itu.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang