⏳ || Chapter 013

272 183 76
                                    

"Bukan kuasaku untuk menentukan akhir dari segala rasa sakit ini, tetapi tak adil jika Tuhan menderaku sejak lama dan membiarkan mereka bahagia."

🥀

🎶Now Playing: Taeyeon - I🎶

🥀

"Beneran?" Nafa mengerjapkan matanya berulang-ulang. Seakan tak percaya akan apa yang baru saja Bella ucapkan.

"Iya. Kapan aku bohong coba? Kemarin aku lihat Faras lagi main sama anak kecil di rumah sakit." Bella mengangguk mantab sambil mengunyah mi goreng miliknya.

Sementara itu Nafa mengibaskan sebelah tangannya." Nggak mungkin! Cowok galak kayak dia," telunjuk Nafa teracung-acung ke udara, seolah menunjuk seseorang yang tengah diperbincangkan. "Nggak mungkin bisa deket sama anak kecil. Yang ada nih ya, tuh anak bakalan nangis kejer saking takutnya." Nafa meniup-niup kuah soto lantas memasukkannya ke dalam mulut. Nafa memekik saat rasa pedas menyebar ke seluruh mulutnya.

Bella menyodorkan es teh miliknya kepada Nafa sembari menahan senyum. "Mata aku masih sehat ya, aku yakin dia Faras. Mukanya mirip kok, walau kemarin banyak senyumnya."

"Nah! Itu ... itu yang salah, orang muka datar kaya dia mana bisa senyum. Kalo yang lo liat itu senyum berarti jelas dia bukan Faras." Nafa menjulurkan lidahnya sambil mengibaskan tangannya untuk menghilangkan pedas, gadis itu kapok memasukkan empat sendok penuh sambal buatan penjaga kantin yang pedasnya seperti neraka!

Bella kembali menyuap makanannya dan menelannya meski belum terkunyah halus. "Ih, nggak percayaan banget sih."

"Iyalah, gue nggak percaya. Jelas-jelas dia jutek, dingin, galak, mulutnya pedes lagi!" celetuk Nafa sembari menunjuk mulutnya yang kepedasan saat mengucapkan 'mulutnya pedas'.

Bella hendak bersuara lagi saat sebuah suara lebih dulu menginterupsi. "Siapa yang jutek, dingin, galak, dan mulutnya pedes?" Mulut Nafa terbuka seketika, sementara Bella menjadi gelagapan. Di meja sebelah mereka, Faras berdiri tegap dengan sebelah tangan di masukan ke dalam saku celananya. "Lo berdua ngomongin gue!?" tuding Faras yang sialnya tepat. "Kalau lo mau ngomongin aib gue mending di depan muka gue langsung!" ucap Faras sambil menunjuk mukanya sendiri. "Kalau kayak gini, gue cuma dapat buruknya doang!"

Nafa mengerang tak terima dibentak-bentak seperti karyawan tolol yang menunduk takut dengan bosnya. Nafa melipat lengan blazernya tinggi-tinggi, seolah menantang berkelahi. "Lo emang buruk! Lo itu kejam dan nggak punya hati. Kok bisa ya, Gratia High Shcool punya murid kayak lo?" Nafa menunjuk Faras tepat di wajah meskipun dirinya harus sedikit berjinjit lantaran postur tubuh Nafa yang lebih pendek dari pada Faras.

Faras mendencih dan memutar telunjuk Nafa yang semula menunjuk ke wajahnya berubah menjadi menunjuk wajah Nafa sendiri. "Lo sendiri sebaik apa?! Ha?" Nafa mendelelik tak suka. Dadanya naik turun menahan amarah.

"Heh, dari mana juga gue lebih baik dari pada lo," sungut Nafa.

Faras tertawa keras, tawanya sanggup mengundang atensi siswa siswi Gratia High School yang sedang mengantre di kantin. "Nggak ada orang baik yang ngaku baik. Orang baik tuh biasanya merendah, nggak kayak lo."

"Lo bener-bener ya!" Nafa hendak meninju wajah Faras kini terlihat begitu menyebalkan, lebih menyebalkan dari yang biasa Nafa lihat. Namun, tangan Nafa lebih dulu dicegah oleh Bella yang sedari tadi diam.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now