⏳ || Chapter 021

207 132 12
                                    

"Perlahan-lahan luka itu akan pulih, tetapi tidak menutup kemungkinan akan ada luka baru yang lebih menyakitkan."

🥀

🎶Now Playing: Maroon 5 - Memories🎶

🥀

"Fa-ras!" Cowok beralis tebal yang tadinya sibuk mengerjakan soal kini mengalihkan atensinya ke asal suara. Tepat di depannya, gadis berambut cokelat itu menggigit bibirnya cemas.

"Apa? Ada yang nggak paham?" tanya Faras abai. Cowok itu mencoba menghalau rasa aneh yang mencoba menerobos masuk ke dalam hatinya.
Bella menggeleng perlahan. "Bukan itu." Bella menjeda kalimatnya saat Faras menaikkan satu alisnya.

"Makasih, ya. Udah ajak aku ke Ciputra Artpreneur. Rasanya lega banget, mungkin Nadav nggak bakalan bisa ngajak aku ke tempat itu, tapi Tuhan menggerakan kamu buat ngelakuin itu."

Faras membeku. Bibirnya seperti terjahit.

"Aku ngerasa bahwa Tuhan sengaja ngirim kamu ke dalam dunia kelabu aku. Kamu yang akan bimbing aku keluar dari duniaku yang gelap sampai aku menemukan cahaya. Dan kamu bagian dari cahaya itu Faras. Bertemu kamu, lihat kamu, dan dekat sama kamu bikin aku sadar bahwa aku nggak sendiri. Meski aku tau kamu belum mau mengatakan kamu terluka karena apa, tapi setidaknya kamu bilang kita bakalan sama-sama sembuhin luka." Bella menyelesaikan kalimatnya tepat saat langit menangis, gumpalan awan yang sedari tadi menggantung di nebastala jatuh meluruh tanpa beban. Seperti Bella yang hatinya mulai melega.

"Sama-sama, gue minta maaf kalau gue ada salah." Bella menggeleng kuat-kuat, tidak ada yang perlu dimaafkan. Mungkin selama ini Bella hanya tak mampu menerima kebaikan yang berusaha Faras tunjukan.

Faras menarik napas dalam-dalam sebelum dirinya mulai bicara, akan impas rasanya jika Bella juga tau sesuatu tentangnya. "Papa dan mama pisah rumah sejak gue kecil. Awalnya kita bahagia, tapi saat mama tau kalau papa punya istri lain semuanya jadi berbeda. Mereka sering bertengkar hingga berujung papa pergi ninggalin rumah dengan status pernikahan dengan mama masih sah. Sejak saat itu mama depresi, berulang kali nyoba bunuh diri. Rasanya sakit saat orang yang kita sayangi putus asa. Itu sebabnya gue nggak mau buang-buang waktu karena gue takut mama ngelakuin hal itu lagi." Bella mencoba menjadi pendengar yang baik.

Nyatanya kondisi Faras tak jauh berbeda dengan dirinya. Sama-sama kehilangan sosok ayah, sosok pelindung, juga sosok penghibur dalam kehidupan.

"Terakhir mama nyoba bunuh diri adalah saat gue mau nganterin lo pulang, gue takut. Gue takut kalau satu-satunya orang yang gue sayang ninggalin gue. Makanya gue benci kalau lo nyoba bunuh diri, semua orang yang sayang sama lo akan terluka. Lo mau ngilangin rasa sakit lo, tapi lo bikin orang lain sakit hati."

Bella tahu sekarang. Kejadian beberapa minggu yang lalu, hari di mana Faras mengantarkan Bella pulang. Saat panggilan telepon masuk, raut wajah Faras berubah menjadi cemas. Bella merasa bersalah waktu itu, jika dia tidak memaksa Faras mengantarnya pulang pasti kejadiannya tidak akan seperti itu.

"Aku minta maaf kal---"

"Lo nggak usah minta maaf, Bell. Posisi lo waktu itu nggak tau apa-apa."

Bella terdiam sejenak, menatap air hujan yang membuat aroma tanah menyeruak. Aroma yang dapat menenangkan pikirannya.

"Sekarang papa kamu di mana?" tanya Bella hati-hati.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now