⏳ || Chapter 006

404 263 67
                                    

"Tak ada satu pun dari kita yang bisa terbebas dari tajamnya lidah manusia. Tajamnya memang tak sampai membuat berdarah, tapi lebih dari cukup untuk membuat napas tercekat."

🥀

🎶Now Playing: Agnes Monica - Rapuh🎶

🥀

"Mama nggak habis pikir kamu bisa ngelakuin hal itu, Ngapain kamu malah nongkrong di kuburan?! Jangan bikin mama tambah naik darah, Bella!" Larasati langsung menyembur Bella begitu keduanya sampai di kamar milik gadis itu. Bella hanya terdiam dengan pipi yang basah oleh air mata. Tangan kanannya terasa ngilu akibat cengkeraman erat yang mamanya lakukan.

"Apa yang Bella lakuin sampai mama marah-marah gini?" tanya Bella dengan suara parau. Semenjak dirinya divonis menderita Obsessive Compulsive Disorder dan disusul dengan insiden perceraian mamanya berubah dari ibu yang lemah lembut menjadi seorang yang tempramen dan kasar. Maka, tak jarang jika Larasati sering memaki-maki anaknya sendiri.

Larasati tertawa sumbang. "Kamu tanya salah kamu di mana? Apa kamu sama sekali nggak punya otak?! Kamu lupa Bu Gladys nyuruh kamu datang ke ruang guru? Bu Gladys mau kamu ikut olimpiade lagi, Bu Gladys usahain kamu biar jadi juara lagi. Dan kamu? Kamu malah kayak orang gila, ngomong sendiri di kuburan." Perkataan mamanya sungguh merobek hati Bella hingga tercerai-berai.

Larasati berkacak pinggang. "Apa yang kamu lakukan itu nggak hanya ngecewain Bu Gladys, tapi ngecewain mama juga!" Harga diri Larasati sudah benar-benar hancur kali ini, statusnya sebagai konsultan pendidikan dengan gelar magister pendidikan telah diinjak-injak oleh anaknya sendiri.

Bella terkesiap, dia benar-benar lupa dengan hal itu. "Maaf, Ma. Bella lupa." Gadis itu semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam. Air matanya kembali mengalir, rasanya hanya air mata yang menjadi teman karibnya. Hanya air mata yang selalu hadir dan memeluknya saat bilur itu semakin tak terhitung jumlahnya.

"Lupa? Lupa kata kamu? Itu karena di otak kamu yang ada cuma Nadav, Nadav, dan Nadav. Kamu bisa nggak sih bedain mana yang penting dan mana yang nggak penting?! Nadav itu bagian dari masa lalu kamu Bella. Dia nggak penting! Lagian dia udah mati. Ingat itu!" Amarah Larasati sudah tidak bisa ditahan lagi. Ibu mana yang tega membiarkan anaknya tenggelam dalam lautan masa lalu?

Larasati lalu mengambil ponsel yang berada di tasnya. Menggulir layarnya perlahan dan membawanya ke depan Bella. Sebuah dokumen berupa scan-an nilai kuis matematika milik Bella terpampang jelas dengan nilai 35 yang menghiasi ujung kertasnya. "Lihat. Lihat ini baik-baik, kepergian Nadav cuma jadi penghambat buat kamu Bella. Dia cuma bikin hidup kamu hancur berantakan, dia cuma bikin kamu jadi mayat hidup yang seolah-olah hanya bisa menjadi manusia kalau dia ada." Larasati menjeda kalimatnya saat matanya berkaca-kaca.

"Mama ngerasa kamu bukan lagi anak mama. Mama nggak punya anak yang susah diatur, mama cuma punya anak yang penurut. Namun, dia udah hilang. Tenggelam oleh lautan kisah yang tidak dia terima bahwa buku kisah itu sudah tertutup," cetus Larasti sambil tersenyum miring.

Tangis Bella semakin kencang. "Apa mama nggak sadar kalau ucapan mama itu bikin sakit hati?"

Larasati tersenyum pias, kemudian memangkas jarak antara dirinya dan Bella. Satu cairan bening jatuh mengenai pipinya. "Apa kamu pikir tindakan kamu waktu itu nggak nyakitin hati mama, Balla?!" Larasati kemudian menyingkap lengan kiri blazer Bella, sebuah jahitan memanjang terlihat begitu jelas di mata Larasti, jahitan yang begitu menyakitkan bagi dirinya.

"Ini! Kamu lihat ini! Ini semua karena Nadav kan? Kamu pikir mama nggak sakit lihat kamu ngelakuin hal bodoh ini? Mama sakit Bella. Sakit. Sakit sekali Bella," cetus Larasti sembari mencekal lengan kiri Bella, ingatan wanita itu melambung pada kejadian di mana Bella mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Melihat senyuman Bella waktu itu adalah hal yang paling mengerikan bagi dirinya. Rasa takut kehilangan membuat sikapnya berubah menjadi keras.

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now