⏳ || Chapter 035

225 136 13
                                    

"Kuucapkan selamat tinggal kepada kamu yang pernah singgah sejenak dalam hati, terima kasih pernah menemani, meski hanya sekejap tapi percayalah itu membekas kuat dalam hati."

🥀

🎶Now Playing: Hanin Dhiya - Pupus🎶

🥀

Senin pagi.

Awan kelabu menyapa setiap pasang mata yang mendongakkan wajahnya ke langit. Rintikan gerimis tipis ibarat benang yang berjatuhan dari angkasa.

Beberapa murid Gratia High School terlihat mengeratkan blazernya saat tiupan angin menyebarkan hawa dingin ke tubuh mereka.

Langit yang tak bersahabat menjadikan upacara bendera ditiadakan. Waktu yang biasanya digunakan untuk upacara kini beralih fungsi sebagai jam sarapan pagi. Kantin sesak oleh murid-murid yang kelaparan juga mereka yang sekedar menghangatkan badan dengan kuah soto atau segelas teh manis hangat.

Namun tidak dengan cowok beralis tebal yang kini memilih duduk di belakang kelas, hanya beralaskan lantai. Dia sandarkan punggungnya pada dinding. Satu kakinya di selonjorkan sementara kaki yang lainnya dia gunakan untuk menumpu tangannya yang tengah menyangga kepala. Kelasnya benar-benar kosong, ajakan Devan untuk sarapan pagi dia tolak dengan halus, dia enggan dan tak siap jika bertemu dengan gadis itu. Dia tak ingin gadis itu kembali terluka oleh dirinya.

Sibuk bercanda dengan lamunannya, Faras tak sadar ada langkah kaki yang kian mendekat ke arahnya, langkah kaki itu terdengar begitu lambat, seolah sang pemilik langkah tak lagi menapak pada tanah. Dan itulah Bella.

Dari pintu depan kelas, Bella mampu menangkap figur Faras yang termenung. Langkahnya kian mendekat hingga dalam satu tarikan napas, suara Bella menyadarkan lamunan cowok itu.

"Faras, ada yang perlu kita bicarakan." Faras terkesiap. Gadis itu menghampirinya kemari saat dirinya berusaha untuk menghindari. Kedua bola mata Faras lebih dulu menangkap raut sendu Bella sebelum membuang tatapan itu pada lantai. Raut wajah Bella kali ini lebih muram dari biasanya. "Bella, lo kenapa?" kata Faras dalam hati.

Faras tersenyum miring, menutupi wajah khawatirnya. "Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Awas, gue mau makan." Faras bangkit dan mendorong tubuh lemah Bella. Gadis itu terjerembap, tetapi masih bisa berdiri.

"Ada yang harus kamu tau tentang papa kamu, tentang kita, tentang kesalahpahaman ini." Jeda sejenak. Kedua mata gadis itu berkabut. "Aku udah tau semuanya Faras, alasan kamu berubah seperti ini. Aku nggak kuat kalau kamu abaikan."

Tubuh Faras menegang sempurna. Bella mengetahui segalanya? Berarti Faras memiliki alasan yang kuat untuk meninggalkan Bella saat ini juga. "Bagus deh kalau lo udah tau. Kayaknya udah jelas semuanya, nggak perlu lagi ada yang di bahas. Lo yang udah bikin gue kehilangan sosok ayah, Bell. Apa lagi yang harus gue tau? Gue udah tau semuanya."

"Belum tentu yang kamu ketahui itu adalah sebuah Fakta nyata Faras! Tolong dengarkan aku dulu."

Faras memutar bola matanya malas. "Seberapa panjang ocehan lo, gue nggak bakalan percaya itu. Jangan harap gue mau anggap lo sebagai saudara gue, gue nggak sudi punya saudara anak pelakor kayak lo!"

Satu tamparan sukses mendarat di pipi Faras, mencipta ruam merah disana. "Kamu boleh aja benci sama aku, kamu boleh aja ngerendahin aku, caci maki aku, tapi aku nggak bakalan rela kalau kamu hina mama aku. Dia nggak seburuk yang kamu pikir. Juga papa kamu, dia sayang sama kalian. Dia itu sayang sama kamu, Faras."

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now