Part. 22

424 90 2
                                    

Happy reading
~~~~

"Waktu sudah habis, silahkan kalian letakkan kertas ujian kalian di atas meja dan keluar secara bergiliran."

Satu per satu mahasiswa keluar meninggalkan ruangan ujian sesuai perintah pengawas.

"Ehh kita makan di luar yuk, di tempat biasa ... gimana?" tanya Eja ketika mereka baru saja keluar dari kelas.

"Ayo enggak pakai lama," sahut Hasan.

"Hmm kalian aja deh, gue ada urusan dulu sama Pak Adnan. Duluan ya," ucap Ayna dan berlalu pergi meninggalkan mereka.

Ya, Ayna baru saja menerima pesan singkat dari Adnan agar ia segera ke ruangan dosennya itu. Jadi mau tidak mau Ayna harus ke sana.

"Ada urusan apa Ay sama Pak Adnan?" tanya Rea.

"Ay kan sekarang jadi asisten Pak Adnan," jawab Caca dengan begitu polosnya.

Mereka yang mendengarnya langsung memasang wajah bingung.
"Maksud lo?" tanya Abi.

"Haduh keceplosan lagi. Bego banget sih lo Ca," ucap Caca dalam hati.

"Ca," panggil Rea sambil memegang bahu Caca.

Seharusnya Aynalah yang memberitahu perihal ini, tapi karena mulutnya yang begitu lancang ... terpaksa Caca yang memberitahu mereka. "Hmmm iya, Ay mulai sekarang jadi asisten Pak Adnan dan itu Pak Adnan sendiri yang minta."

"Aneh deh, tiba-tiba Pak Adnan minta Ay buat jadi asistennya," ujar Eja.

Dengan santainya Hasan menarik telinga Eja. "Lo yang aneh, ya wajarlah ... orang Ay pinter, kecuali si Caca yang jadi asisten dosen baru lo ngerasa heran."

"Bawa-bawa gue lagi. awas lo ya kalau gue jadi asisten dosen," ucap Caca dengan nada kesal.

"Udah ahh ... yuk, udah laper nih," ucap Abi yang mengajak sahabat-sahabatnya untuk segara pergi ke tempat makan.

~~~

Tok tok tok

"Masuk."

Ayna yang sudah diberi izin masuk langsung membuka pintu dan berdiri di depan meja Adnan.

"Kenapa Bapak panggil saya?"

"Duduk," ujar Adnan yang masih fokus dengan beberapa berkas di tangannya.

"Nih dosen mau apa sih!! Enggak tau apa gue laper. Apa salah Ayna ya Tuhan bisa ketemu sama dosen kayak gini," ucap Ayna dalam hatinya ketika ia mulai duduk tepat di hadapan Adnan yang dibatasi dengan sebuah meja.

"Nanti kamu cek beberapa desain di dalam file ini," jelas Adnan sambil memberikan flashdisk.

"Tapi saya enggak bawa laptop Pak," sahut Ayna.

"Apa gunanya laptop saya? Saya pikir kamu memang benar-benar pintar ternyatabiasa aja," ucap Adnan dengan memasang wajah mengejek.

"Dia bilang apa!!! Ehhhh kalau bukan dosen udah gue jambak-jambak tuh rambutnya. Kalau bisa sekalian gue cabik-cabik tuh mukanya yang sok ganteng."

Lagi-lagi Ayna hanya bisa mengucapkan sumpah serapahnya itu di dalam hati, ia harus bisa menahan amarahnya.

"Baik Pak Adnan yang genius," ucap Ayna dengan menekankan kata genius.

"Saya memang genius," sahut Adnan dengan percaya dirinya.

Tidak mau membuang waktu, Ayna segara membuka laptop milik Adnan dan mengerjakan apa yang sudah diperintahkan dosennya itu.

Call My NameWhere stories live. Discover now