Part 14.

538 90 5
                                    

Happy reading
Warning : 17+

~~~~

Adnan's POV

"Kamu mau aku anter sampai dalam rumah?" tanyaku pada pujaanku ini.

"Hmm enggak usah, nanti kamu di marahin lagi sama Kak Adrian. Belum lagi Kak Bian yang jelas-jelas enggak suka sama kamu."

Aku menatap matanya yang berwarna coklat pekat itu, tatapan mata yang selalu aku rindukan. "Jadi, kamu khawatirin aku nih? Udah mulai sayang nih sama aku?"

"Ihh percaya diri banget, inget ya Pak saya cuman bersikap pada umumnya aja sama Bapak. Masa dosen saya sendiri di marahin sama keluarga saya," jelasnya.

"Hmmm berarti kamu belum sayang sama aku?"

Ia mulai terlihat kesal dengan ucapanku barusan, tapi itu menjadi hobiku sekarang. Melihatnya seperti itu membuatku gemas dan ingin rasanya aku mengurungnya di dalam kamarku.

"Dihh siapa juga yang mau sayang sama Bapak, Bapak tuh udah tua."

"Kenapa panggilnya jadi formal lagi?"

"Abisnya Bapak bikin kesel, tadi di rumah sakit bikin kesel sekarang bikin kesel lagi."

"Aku minta maaf ya, jadi cukup di kampus aja kamu panggil aku dengan sebutan Bapak."

Ayna mengangguk setuju padaku dan mencoba melepaskan seat beltnya namun aku menahan tangannya. "Perlahan-lahan kamu akan mencintai aku, Ayna. Aku akan berusaha untuk itu semua sampai kamu jadi milikku seutuhnya."

Terlihat pipinya yang merona mendengar ucapanku dan itu sangat lucu tapi ia berpura-pura terlihat biasa saja.

"Silahkan," sahutnya lalu keluar dari mobilku.

Aku melihat punggung itu masuk ke dalam rumahnya. "Aku akan terus membuatmu jatuh cinta kepadaku."

Setelah itu aku segera menuju rumah sakit lagi dan tidak butuh waktu lama bagiku untuk ke sana. Walaupun jalanan di padati oleh beberapa mobil itu tidak sulit bagiku, keahlianku dalam menggunakan mobil tidak perlu diragukan lagi. Itu semua berkat hobiku dulu, balapan mobil liar.

Setibanya di rumah sakit, aku langsung disambut oleh orang kepercayaanku. "Ada apa Sera?"

"Maaf Tuan, saya cuman mau mengingatkan jika malam ini Tuan ada janji bersama Bapak Hanendra."

"Hmm nanti kamu bisa jemput saya di rumah mamah saya."

"Baik Tuan, saya permisi," ucap Sera.

~~~

Ketika membuka kamar inap di mana tante Risa dirawat, aku sudah menemukan Mamah menangis tersedu-sedu.

Aku langsung menghampirinya dan memeluknya. "Mamah."

"Hiks Hiks Ma-mah enggak nyangka Adnan."

"Mamah jangan nangis, Adnan janji sama Mamah akan memperbaiki semuanya."

"Mamah percaya sama kamu, Mamah sangat bahagia Sayang. Mamah harap semuanya bisa kembali lagi kayak dulu."

"Iya Mah ... Adnan bakal berusaha," ucapku pada Mamah sambil mengelus-elus rambut mamah.

Karena terlalu memperhatikan Mamah, aku sampai tidak sadar jika di sini masih ada Tante Risa. "Hmmm maaf Tante, Adnan sampai lupa kalau ada Tante."

"Iya Adnan enggak apa-apa, sedari tadi Mamah kamu nangis terus," jelas Tante Risa.

"Gimana keadaan Tante?"

"Tante udah lebih baik, Tante udah ngerasa bosen di sini. Hmmm apa dia bertambah manis?"

Call My NameWhere stories live. Discover now