Part. 29

300 60 2
                                    

Happy reading
~~~~

"Ayah, kok perasaan Bunda enggak enak ya?" tanya bunda Ayna yang masih mempersiapkan pesta kejutan untuk anak sulungnya.

"Perasaan bunda aja kalik," jawab ayah Ayna yang sedang menempelkan balon-balon di dinding.

"Adek baik-baik aja kan, Ayah?" tanya bunda Ayna lagi.

"Tadi kan Adek udah telfon, Bun. Enggak lama lagi juga pulang," jawab ayah Ayna.

"Iya Bun tunggu aja," sahut Bian untuk meyakinkan bundanya.

"Iya semoga ini cuman perasaan Bunda aja."

Di tempat yang berbeda, apa yang dikhawatirkan bunda Ayna benar. Telah terjadi sesuatu pada Ayna. Ayna merasakan sakit di kepalanya dan seketika ia pingsan dalam pelukan Adnan.

~~~

"Nan, lo tau kan ini bahaya? Gue tau lo mau balikin semuanya tapi enggak gini caranya."

"Potongan-potongan kecil ingatan Ayna kayak gitu enggak bisa lo paksain. Lain kali, lo harus pikir panjang dulu kalau mau ngelakuin sesuatu. Semua enggak bisa instan Nan, harus pelan-pelan."

"Lo harus pikirin kesehatan Ayna juga, gimana kalau dia makin sakit, Nan?"

Hans terus-menerus memarahi Adnan, bahkan sejak ia baru saja datang untuk memeriksa kondisi Ayna. Ya, Hasan dan Zen bergegas pergi begitu mendapat panggilan telfon dari Pak Hisyam dan memberitahu mereka jika Ayna pingsan.

"Maaf gue terlalu terburu-buru," jawab Adnan yang menyesali perbuatannya.

Adnan melihat perempuan yang ia cintai kini terbaring dengan mata yang enggan terbuka. Ia terus menggenggam erat tangan Ayna dan berharap Ayna akan segara sadar.

Jika ditanya apakah Adnan mencintai Ayna? Tentu saja jawabannya iya. Adnan rela melakukan apa saja untuk Ayna, bahkan jika nyawa Adnan sekali pun yang menjadi taruhannya.

"Lain kalik lo minta pendapat kita dulu Nan, kalau ayah Ayna tau gimana? Lo makin dibenci Nan sama keluarga mereka," ucap Zen yang berdiri sebelah Adnan.

"Maaf, karna aku udah paksa kamu," ucap Adnan dalam hatinya.

Suasana menjadi sunyi, mereka menunggu dengan perasaan cemas. Sedangkan pemilik mata cantik itu belum enggan untuk membuka matanya karena ia sekarang sedang berada dalam mimpinya.

Ayna's POV

"Gue di mana?"

"Apa gue diculik?"

"Pak Adnan, Pak Adnan di mana?"

Berbagai pertanyaan terus berputar di kepalaku. Mataku tak henti-hentinya melihat sekeliling yang ada di kamar ini.

Kamar? Kamar siapa ini? Bahkan aku tidak pernah melihat kamar ini sebelumnya tapi mengapa rasanya begitu familiar.

Aku pun berjalan sedikit demi sedikit ke arah meja belajar dan ada sebuah foto yang begitu menarik perhatianku.

"Ohhh ini bukannya foto yang gue liat di kamar Abang ya? Kok bisa ada di sini juga."

Entah siapa anak laki-laki yang bersamaku di dalam foto tersebut karena aku sama sekali tidak mengenalinya.

Ketika aku sibuk melihat foto itu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah pintu kamar.

"Mati gue, gue harus ngumpet di mana coba?"

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang