Part. 50

106 16 11
                                    

Happy reading
Warning!!
Terdapat kata-kata kasar
Jangan ditiru ya readers
~~~~

"Gue seneng deh lo sekarang udah boleh pulang Ay," ujar Caca yang sedang membereskan baju Ayna.

"Gue juga Ca, sumpah ya udah bosen banget gue tidur di rumah sakit. Makanannya, sunyinya, bikin gue enggak betah lama-lama ada di sini," sahut Ayna yang sedang duduk di kasur inapnya.

"Hmmm satu lagi, gue enggak bisa mandi. Badan gue udah bau apaan tau," lanjut Ayna.

Caca pun tertawa keras mendenger keluhan Ayna. "Iya gue paham kok. Lagian siapa juga yang betah di rumah sakit, Ay."

Setelah selesai membereskan pakaian Ayna, Caca pun menghampiri Ayna dan duduk di kursi yang ada di sebelah kasur inap Ayna.

"Hmmm ini kan Bunda sama Abang Bian lagi keluar. Gue boleh tanya sesuatu enggak sama lo," ujar Caca.

"Tanya aja kalik Ca. Sejak kapan gue larang lo buat nanya," sahut Ayna.

"Hmmm maaf ya kalau gue nanya gini ke lo. Lo sama Pak Adnan jadian?" tanya Caca.

"Apa sihh Ca. Mana mungkin gue jadian sama Pak Adnan," jawab Ayna yang terlihat malu-malu.

"Gue tau, lo suka kan sama Pak Adnan? Lo enggak bisa Ay bohong sama gue."

Pertanyaan Caca membuat Ayna bungkam. Sejujurnya hati Ayna pun bingung bagaimana perasaannya terhadap Adnan.

"Lo mungkin bisa nutupin itu Ay, tapi mata lo ... sikap lo ... itu sama sekali enggak bisa nutupin apa yang ada di hati lo," jelas Caca.

"Gue juga bingung Ca. Gue suka atau enggak sama dia," tutur Ayna sedih.

"Suka sama siapa?"

Pertanyaan itu membuat Ayna dan Caca seketika melihat ke arah sumber suara.

"Ehh Pak Adnan. Pagi pak," sapa Caca sembari tersenyum kaku.

"Bisa tinggalin saya dan Ayna sebentar?" tanya Adnan.

"Bisa kok Pak. Ay, gue susul bunda sama abang Bian dulu ya," ucap Caca sembari berdiri meninggalkan ruang inap Ayna.

Sekarang tinggalah Ayna dan Adnan berdua saja. Ayna sangat gugup ketika melihat Adnan.

"Kamu yakin udah enakan?" tanya Adnan ketika ia sudah duduk di kasur inap milik Ayna.

"Yakin Pak," jawab Ayna sembari memalingkan wajahnya dari Adnan.

"Hei," Dengan sentuhan lembut, Adnan memegang dagu Ayna agar Ayna melihatnya.
"Saya di sini, bukan di luar jendala."

"Nihh orang kenapa biasa aja sihh? Enggak tau apa gue gugup setengah mati karena kejadian kemaren," batin Ayna.

"Saya kangen kamu."

Deg!!

Sepertinya Adnan memang ingin membuat Ayna sakit jantung. Ayna merasa sekarang ia tidak bisa bernapas dengan baik.

"Boleh saya peluk kamu?" tanya Adnan.

"Bapak masih waras kan?" tanya Ayna balik.

Dengan penuh percaya diri Adnan menjawab pertanyaan Ayna sembari tersenyum. "Waras, makanya saya nanya kamu dulu."

"Terus kemaren kenapa cium gue enggak pakai nanya dulu!!! Bikin emosi nih orang."

Lagi-lagi Ayna hanya bisa berucap dalam hatinya. Ia tidak mungkin memaki dosennya sendiri.

Seperti anak kecil, Adnan pun segara berbaring di samping Ayna dan memeluk pinggang Ayna yang mungil.

Deg Deg Deg!!!

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang