Eps 5.

793 130 15
                                    

Happy reading
~~~

Setelah bertemu dengan Pak Adnan, pikiranku tak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu. Bayangannya terlalu indah, cukup singkat namun berkesan sekaligus memalukan. Aku mencoba memejamkan mata dan berkhayal sedikit, berharap alam mimpi akan segera tiba.

Tapi ... tapi, mata ini sepertinya ingin berkelahi denganku. Semakin segar, bahkan kantuk yang menyerangku sebelumnya hilang begitu saja. Kucoba segala cara, salah satunya menonton kartun kesukaanku. Namun gagal, hasilnya sama. Mataku tetap tidak ingin terlelap. Akhirnya kuputuskan untuk ke dapur dan membuat susu coklat hangat.

Setelah meminum susu, aku beranjak dari dapur. Merebahkan diri pada kasur yang menjadi tempat kesukaanku. Lagu-lagu kesukaanku mulai kuputar, rasa kantuk yang kurasakan sebelumnya mulai mendatangiku.

Tring Tring

Alarmku berdering kuat di sisi ranjangku, ahhh aku masih mengantuk sekali. Rasanya tidak sanggup untuk membuka mata.

"Adek, bangun."

Entah siapa yang mencoba membangunkan aku, mataku begitu perih.
"Hmmm apa sih, Adek masih ngantuk."

"Kamu emang enggak mau kuliah hmm? Ini udah jam 8.45, nanti kamu telat."

"Bentar lag."

Apa apa apa!!! Aku segara duduk di tepi ranjangku. "Kakak!!! Kenapa enggak dari tadi banguninnya."

Dengan tergesa-gesa, kuambil handuk dan segera mandi. Semua ini gara-gara dosen menyebalkan itu. Secepat mungkin aku bersiap, sungguh hari ini begitu sial bagiku.

"Bunda, Adek pergi dulu ya."

"Kamu mau kemana? Enggak mau sarapan dulu, Bunda udah bikinin nasi goreng."

Astaga!! Nasi goreng buatan bunda terlihat menggiurkan tapi aku sudah sangat terlambat. "Adek makan di jalan aja Bun, tolong tempatin ya."

Memasang sepatu dengan begitu cepat, aku sungguh panik. "Ihhh Kakak, cepet deh panasin mobilnya. Adek udah telat Kak, ini tuh kelas Pak Gilang. Kalau telat nilai adek dikurangin."

Mendengar perkataanku, semuanya tertawa. Aku sedikit bingung, kenapa mereka tertawa?

Bunda mengelus rambutku dan tersenyum. "Sayang, ini kan hari minggu. Kamu kan libur."

Minggu? Apa!!
Aku segera memukul pelan lengan Kak Adrian. "Kakak, Kakak jail banget deh."

"Ya kamu sih, tidur kok kayak kebo."

"Hahahaha di patok ayam tuh rejekinya," sahut Abang Bian dengan senyum jahilnya.

"Kalok menurut Abang, pasti banyak yang enggak mau sama Adek kalau tau orangnya suka ngiler," lanjutnya.

"Hahahaha Kakak setuju sama kamu, gantilah namanya jadi princess ngiler."

"Bunda liat deh Abang sama Kakak," rengekku pada bunda.

"Kalau ngejailin aku aja mereka pada kompak," ujarku dalam hati.

"Udah ahh jangan ledekin Adek kalian terus. Lain kali kalau tidur jangan sampai pagi, kasian tuh mata kamu kayak panda. Adek mending ganti baju sekarang terus sarapan bareng," tutur bunda padaku.

Aku pun menuruti bunda, menuju ke kamar dengan perasaan yang cukup kesal.
"Untung enggak ke kampus, bisa malu aku."

Setelah sarapan dengan drama yang sangat menyebalkan, aku mencoba mengisi hari liburku dengan membaca buku tentang bintang. Tapi baru saja hidupku akan tenang, tiba-tiba tertera notifikasi di handphoneku. Nomor yang tidak aku kenal, karena cukup penasaran aku segera membuka pesan singkat itu.

Call My NameWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu