Part. 51

65 16 0
                                    

Happy reading
Warning!!
Terdapat kata-kata kasar
Jangan ditiru ya readers 😊
~~~~

Jalanan yang begitu Ayna ingat, kini terasa sedikit asing semenjak ia dirawat di rumah sakit. Jika biasanya Ayna akan melewati jalan rumahnya bersama keluarga atau sahabatnya, kini digantikan seseorang yang begitu menyebalkan dalam hidupnya, tetapi spesial di hatinya.

Flashback On

"Bunda, aku maunya pulang bareng Bunda."

Ayna tidak ingin pulang bersama Adnan karena ia takut jantungnya makin tidak sehat ketika melihat sikap Adnan yang semakin hari semakin di luar perkiraan.

"Tadi kita udah bahas itu Ayna dan kamu setuju untuk pulang bareng sama saya," sanggah Adnan sembari tersenyum.

"Ihhh sejak kapan gue setuju coba," batin Ayna.

"Udah enggak apa-apa putri ayah yang cantik. Kamu pulang bareng Adnan aja ya. Lagian kamu seharusnya berterima kasih sama dia dia udah jaga kamu dengan baik," jelas Erick pada putri kecilnya.

"Tapi Ayah, aku maunya pulang bareng Ayah sama Bunda," ucap Ayna.

"Om sama Tante pulang aja, nanti Adnan bisa urus Ayna," ujar Adnan dengan begitu sopannya.

Ayna yang mendengarnya merasa tidak setuju.Bagaimana bisa dosennya ini mengatur keluarganya.

"Enggak, enggak bisa. Pokoknya Ayna maunya pulang bareng keluarga Ayna bukan Pak Adnan," rengek Ayna pada ayahnya

"Udah saying ... kamu pulang bareng Adnan aja ya," ucap Roseline untuk membujuk putrinya.

Wajah Ayna begitu kesal, ia tak menyangka jika orang tuanya setuju dengan usul Adnan.
"Disantet kalik ya keluarga gue jadi bisa nurut gitu sama Pak Adnan," batin Ayna.

"Ya udah, Om sama Tante pulang duluan. Jaga Ayna baik-baik ya," ucap Erick sembari mengajak keluarganya pulang duluan.

"Sayang, Bunda pulang duluan ya." Roseline memeluk putrinya sebelum pulang.

Dengan wajahnya yang kesal, Ayna menjawab dengan lesu. "Iya Bunda, hati-hati."

Satu per satu keluarga Ayna keluar dari ruang inap dan meninggalkan Ayna yang masih merasa tidak terima dengan keputusan ayahnya.

"Ngapain kamu kesel kayak gitu?" tanya Adnan yang berada di samping Ayna.

"Pake ditanya lagi. Gue tuhh kesel karna lo. Lo yang selalu bertindak semau lo," batin Ayna.

"Saya cuman mau kamu sampai di rumah dengan baik Ayna," ujar Adnan sembari memandangi Ayna dengan lembut.

"Adnan versi malaikat. Awas 5 menit lagi berubah jadi setan," ucap Ayna dalam hatinya.

"Saya tau kamu ngatain saya kan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Adnan, justru Ayna bertanya dengan tatapan kesal. "Bapak nihh bisa baca pikiran orang ya? Serem tau, kayak dukun aja."

Adnan tersenyum. "Saya pinter, makanya bisa baca ekspresi wajah orang."

"Isss percaya diri banget," gerutu Ayna.

"Udah cepet berdiri kalau kamu enggak mau saya tinggal," ujar Adnan saraya keluar dari ruang inap Ayna.

Dengan cekatan Ayna pun berdiri menyusul Adnan keluar. "Pak, tungguin dong."

Adnan seperti tidak mendengar ucapan Ayna, ia hanya berjalan terus menuju parkiran. Karena kesal, Ayna pun menghentikkan langkah kakinya. "Dasar orang menyebelin, bukannya ditungguin malah ditinggalin."

Call My NameWhere stories live. Discover now