Part. 47

92 14 12
                                    

Happy reading
~~~~

"Gimana? Kamu ngerasa jauh lebih baik?" tanya Adnan ketika hanya ada mereka berdua di dalam ruangan.

"Udah Pak. Saya udah jauh lebih baik," jawab Ayna.

Mata Ayna menatap Adnan dengan sendu. "Saya terima kasih banget karna Bapak udah nolongin saya tapi saya rasa ini semua berlebihan Pak. Bapak sampai sewa bodyguard."

"Saya hanya ingin melindungi kamu, Ayna. Kamu tidak ingat kejadian yang barusan terjadi? Kamu dalam bahaya Ayna."

Adnan benar, jika saja tadi Adnan tidak mencegahnya mungkin sekarang sudah ada berita duka mengenai dirinya. Tapi apa yang orang incar dari dirinya, sedangkan dia tidak merasa melakukan kesalahan kepada siapa pun.

"Tidak usah berpikir terlalu keras," ujar Adnan ketika melihat raut wajah Ayna kebingungan.

"Kamu adalah milik saya dan itu ada resikonya. Mereka tau, kamu kelemahan saya. Kelemahan seorang musuh adalah trik yang paling jitu untuk menjatuhkan lawan," sambung Adnan.

Deg!

Jantung Ayna berpacu dengan cepat ketika mendengar kalimat itu. Ia tak tahu harus merasa bahagia atau takut.

"Jadi itu sama sekali tidak berlebihan, apa pun yang saya lakukan itu semua demi kebaikan kamu, Sayang."

Deg Deg Deg

"Kenapa muka kamu jadi merah gitu, Sayang?" tanya Adnan.

"Bisa-bisanya nih orang panggil gue sayang tapi dia biasa aja. Apa kabar sama jantung gue!!" batin Ayna.

"Saya suka liat pipi kamu merona kayak gini," ucap Adnan sembari mengelus pipi Ayna.

"Apaan sih Pak," cibir Ayna kesal sembari menyingkirkan tangan Adnan dari pipinya.

"Kamu masih sama kayak dulu."

Ucapan Adnan justru membuat kening Ayna berkerut secara tiba-tiba. Sontak tawa Adnan pecah melihat raut wajah Ayna. "Hahahahaha so cute."

Ayna memandangi wajah Adnan dengan seksama. "Gimana bisa, nih orang ketawa malah tambah jadi ganteng."

Tidak sadar dengan apa yang dipikirkannya, Ayna langsung menyadarkan dirinya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ada yang sakit?" tanya Adnan khawatir.

"Hmmm enggak kok Pak," jawab Ayna.

"Kamu yakin?" tanya Adnan sekali lagi.

Adnan sangat berlebihan, Ayna menjadi kesal. "Pak, saya enggak apa-apa. Enggak usah berlebihan gitu deh."

"Oke, terus kamu kenapa? Jangan bilang kamu mikirin saya," ucap Adnan dengan begitu percaya dirinya.

"Terlalu percaya diri, siapa juga yang mikirin Bapak. Liat Bapak aja udah bikin saya pusing," cibir Ayna.

"Ohhh ya? Kok saya enggak percaya ya," ejek Adnan dengan senyumannya yang khas.

"Ihhh, ngapain juga saya mikirin Bapak. Yang ada saya tuh berdoa biar enggak ketemu Bapak lagi," jelas Ayna.

"Kamu yakin enggak mau ketemu sama saya lagi?" tanya Adnan dengan mempersempit jarak mereka.

"I-iya yakin lahh. Ke-ketemu Bapak sama aja bikin banyak dosa," jawab Ayna terbatah-batah.

Call My NameWhere stories live. Discover now