Part. 23

391 88 5
                                    

Happy reading
~~~~

"Bapak ngapain sih ngajakin saya ke apartemen Bapak?" tanya Ayna begitu mereka masuk ke dalam apartemen Adnan.

"Bawel," balas Adnan dan berlalu pergi menuju kamarnya.

"Cuman nanya doang malah dikatain bawel. Ehh awas ya, kalau gue udah lulus .. gue bakal bales semua perkataan lo," gerutu Ayna dengan suara yang dibuat begitu pelan.

Sambil menunggu Adnan, Ayna duduk di salah satu sofa di sana. "Sepi kayak kuburun nih apartemen."

1 menit

3 menit

5 menit

Pintu kamar Adnan pun terbuka, menampilkan sosok yang sangat sempurna. Lihatlah, begitu tidak adilnya Tuhan ketika menciptakan Adnan. Bagaimana bisa hanya dengan memakai t-shirt dan celana jeans ... Adnan tetap terlihat tampan.

Bahkan mata Ayna tidak bisa berpaling sedikit pun dari Adnan sejak pria itu keluar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan mata Ayna tidak bisa berpaling sedikit pun dari Adnan sejak pria itu keluar dari kamarnya.

"Mau sampai kapan kamu liatin saya?" tanya Adnan.

Ayna tidak sadar jika Adnan sudah berada di dekatnya, bahkan jarak mereka sekarang sangat dekat. Ayna bisa mencium aroma tubuh Adnan yang memabukkan.

"Enggak usah tegang gitu," ujar Adnan sambil tersenyum mengejek lalu pergi ke dapur.

Ayna mengatur napasnya yang memburu. "Astaga, ngapain sih dia ... enggak tau apa jantung gue udah kayak mau copot."

"Jangan bengong aja. Ayo bantuin saya," ucap Adnan sembari mengambil bahan-bahan di dalam kulkas.

"Iya Pak," sahut Ayna malas.

Tampak mereka berdua saling membantu satu sama lain untuk memasak. Jangan salah, Adnan bisa dibilang sangat ahli dalam hal memasak. Dengan sangat cekatan Adnan memotong bahan-bahan yang ada dan memasaknya di atas wajan.

Jamur yang ditumis dan diberikan beberapa sayuran di dalamnya sungguh menggugah selera makan Ayna, aromanya pun sangat wangi.

"Cicipin," ucap Adnan.

Tidak berpikir dua kali lagi, Ayna langsung mengambil sendok yang ada di atas meja dan mencicipi kuahnya.

"Wahhh enak banget," ucap Ayna dengan wajah polosnya.

"Tunggu di meja makan," pinta Adnan yang masih sibuk mengaduk-aduk masakannya.

"Enggak mau saya bantuin Pak?" tanya Ayna.

Adnan langsung menoleh kepada Ayna dan memberikan tatapan yang begitu dingin.

Mendapatkan tatapan seperti itu, membuat Ayna langsung menuruti perintah Adnan. "Iya iya Pak."

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang