Eps 7.

719 120 8
                                    

Happy reading
~~~

Setelah kejadian beberapa waktu lalu, Ayna selalu menghindar jika bertemu dengan Adnan. Jika diajak berbicara Ayna akan langsung memberikan berbagai alasan, agar ia bisa segera pergi dari Adnan.

"Saya harap kalian semua mengerti dan saya mau minggu depan kalian bisa presentasi dengan baik."

"Baik Pak," jawab mereka dengan kompak.

"Sampai ketemu minggu depan dan Ayna Azkayra, nanti ke ruangan saya."

Ayna cukup terkejut mendengar namanya dipanggil. "Baik, Pak."

Satu persatu mahasiswa bergantian keluar dari kelas termasuk Adnan. Berbeda dengan Ayna yang tertunduk lesu.

"Udah, enggak usah cemberut gitu kalik Ay. Lagian mau sampai kapan lo ngehindar terus dari Pak Adnan," ucap Abi sembari mengelus rambut Ayna dengan lembut.

"Tapi gue malu dan ngerasa bersalah banget."

Hasan merangkul Ayna. "Dengerin gue Ay, gue rasa semua cewek juga bakal berpikir kayak gitu. Jadi jangan ngerasa bersalah, mendingan sekarang lo selesaiin masalahnya."

Ayna melihat kelima sahabatnya untuk mendapatkan keyakinan dan mereka semua mengangguk untuk mengatakan setuju.

"Ya udah gue yang temenin lo ... ayo," ajak Rea.

"Hmm gue sendirian aja deh, duluan."

"Nyusul ke kantin ya Ay," ucap Caca yang sedikit berteriak pada Ayna yang sudah keluar dari kelas.

Setelah Ayna pergi, mereka berlima segera menuju ke kantin sambil bercerita berbagai hal, termasuk mengenai hal ini.

"Enggak mungkin Ca."

"Tapi gue yakin Re, Pak Adnan tuh suka sama Ayna."

"Jangan mikir kejauhan Ca. Lagian Pak Adnan baru kenal sama Ay, enggak mungkin langsung suka," jelas Abi.

"Udah ahh jangan bahas Pak Adnan mulu, gue laper nih." Eja memprotes sahabat-sahabatnya yang tak berhenti membicarakan Adnan dengan memasang wajah melas.

"Ya udah kita pesen makanannya ... kalian berdua cari tempat duduk," ujar Hasan pada Caca dan Rea.

Suasana kantin sangat ramai di hari itu, banyak mahasiswa yang berlalu lalang mencari makan sambil bersenda gurau untuk melepas penat setelah kuliah. Tetapi di lain tempat,

"Kamu enggak duduk?"

Dengan memberanikan diri Ayna duduk di sofa tepat di sebelah Adnan.

1 menit

2 menit

3 menit

Belum juga Ayna membuka suaranya sampai membuat Adnan kesal.
"Mau sampai kapan kamu diem, Ayna?"

"Ya Bapak yang nyuruh saya ke sini, berarti Bapak yang harusnya ngomong."

"Kenapa kamu menghindar dari saya?"

"Enggak tuh."

Adnan hanya menatap Ayna dengan lembut sambil memikirkan sesuatu yang tidak bisa Ayna tebak dari raut wajahnya.

"Kenapa Bapak ngeliatin saya begitu?"

"Hmm kamu kemarin nuduh saya kan?"

Ayna kaget dengan perkataan Adnan, dia tidak menyangka jika Adnan masih mengingat hal itu.
"Hmmm maksud Bapak?"

Call My NameOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz