Part. 39

186 27 22
                                    

Happy reading
Hati-hati, terdapat kata-kata kasar
Jangan ditiru ya readers
~~~~

Memasak memang bukan kesukaannya tapi ia bisa memasak dengan begitu mahirnya.

"Kamu masak apa?" tanya Adnan yang sudah berada di meja makan.

"Hmmm sayur sop sama ikan goreng. Soalnya cuman bahan itu yang ada di kulkas," jelas Ayna sembari mengecek masakannya.

Adnan sangat kagum melihat Ayna, dengan begitu lincahnya ia memotong dan meracik masakannya. Kagum dan tergoda, Adnan tidak bisa menyangkal hal itu. Melihat leher Ayna yang terekspos dengan bebasnya membuat iman Adnan tak kuat.

Adnan mencoba mendekati Ayna dan merapikan kuncir rambut Ayna dari belakang. "Jangan suka kuncir rambut kayak gini."

"Emang, ada yang salah?" tanya Ayna.

Memang tidak salah untuk menguncir rambut, tapi yang membuat Adnan kesal adalah bagaimana cara Ayna menguncirnya.

"Lain kali jangan diulangin lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lain kali jangan diulangin lagi. Untung cuman saya yang liat," ucap Adnan setelah menguncir rambut Ayna dengan rapih.

"Iya iya bawel banget," gerutu Ayna.

"Cepetan selasaiin. Saya udah laper," pinta Adnan.

"Iya sabar, masak kan butuh proses. Emang bisa langsung jadi," tutur Ayna dengan ekspresi kesal.

Adnan yang duduk di kursi makan hanya bisa tersenyum mendengar Ayna yang begitu kesal padanya.

"Kamu tadi belum jawab pertanyaan saya," ucap Adnan.

"Yang mana Pak?" tanya Ayna sembari menoleh ke arah Adnan.

"Yang di mobil," jawab Adnan.

"Hmmm saya mau pergi sama temen-temen saya," sahut Ayna sembari menuangkan sop yang sudah matang ke dalam mangkuk yang telah ia persiapkan.

"Kemana?" tanya Adnan lagi.

"Ke puncak," jawab Ayna singkat.

Ketika Ayna ingin membalik ikan yang ada di penggorengan, tiba-tiba saja minyaknya mengenai tangan Ayna.

"Akhh."

Adnan yang mendengar teriakan Ayna langsung bergerak cepat menghampiri Ayna dan mematikan kompor. "Astaga."

Layaknya seorang dokter, Adnan langsung meraih tangan Ayna yang terkena minyak panas dan mengarahkannya pada keran air yang ada di kitchen sink.

"Lain kali hati-hati. Untung cuman tangan kamu yang kena," tegur Adnan.

"Iya mana saya tau kalau bakal kayak gitu," sahut Ayna.

Tetap setia memegangi tangan Ayna, Adnan menoleh ke arah Ayna. "Sakit?"

Hati Ayna menghangat. Ia tidak percaya jika Adnan begitu mengkhwatirkannya dan itu terlihat jelas di wajah Adnan.

Call My NameWhere stories live. Discover now