Part. 36

225 27 8
                                    

Happy reading
Hati-hati, terdapat kata kasar
Jangan ditiru ya readers
~~~~

"Mah ... Adnan berangkat dulu," ucap Adnan dengan tergesa-gesa.

"Kamu enggak mau sarapan dulu? Mamah udah susah masak buat kamu," tanya Merisa yang sudah menyiapkan beberapa makanan di meja makan.

"Iya iya, Adnan makan."

Adnan tidak bisa membantah ibunya. Sama seperti anak laki-laki pada umumnya, Adnan juga sangat mencintai ibunya.

"Gimana masakan Mamah?"

"Enak kayak biasanya Mah. Bener-bener buatan Mamah nih enggak ada duanya," jawab Adnan setelah mencicipi beberapa sendok makanan.

"Ohh ya Mamah lupa, kamu jemput gih adek kamu."

"Emang dia udah libur?" tanya Adnan di sela makannya.

"Iya, makanya dia mau ke sini. Sekalian, Mamah pengen dia ketemu sama Ayna. Pasti dia seneng banget," jelas Merisa dengan begitu antusiasnya.

Adnan tersenyum tulus, ia tahu ibunya ini sangat bahagia dan tidak sabar untuk melihat adiknya yang sudah lama menempuh pendidikan di New York. "Ya udah, nanti Adnan jemput Adek."

Seteleh menyelesaikan sarapannya, Adnan berpamitan kepada ibunya untuk pergi menjemput adiknya.

"Ya udah, Adnan pergi dulu ya Mah."

"Hati-hati ya Sayang," ucap Merisa.

Seperti biasanya, Adnan mengendarai mobilnya sendiri. Walaupun Adnan mempunyai belasan supir yang bisa ia perintah untuk mengantarnya kemana pun, tetapi Adnan lebih nyaman mengendarai mobilnya sendiri.

Gedung-gedung menjulang tinggi, orang-orang yang pergi entah kemana atau sekadar menghirup udara pagi ... itu semua sangat disukai oleh Adnan.

"Hmm kira-kira Ayna lagi di mana ya? Aku telfon ajalah."

Mungkin bisa dibilang bucin, Adnan akan selalu memikirkan pujaan hatinya itu.

"Iya kenapa, Pak?"

"Enggak usah judes kayak gitu. Kamu lagi di mana sekarang?" tanya Adnan.

"Emang apa urusannya sama Bapak, mau saya di mana itu urusan saya."

"Saya masih ngajar kamu di semester depan, kalau kamu enggak lupa."

Ini senjata ampuh Adnan jika Ayna membantah perkataannya.

"Di toko."

Setelah Ayna memberitahu Adnan, Adnan segera mematikan sambungan telfonnya. Adnan tahu, pasti saat ini Ayna sedang merasa kesal.

"Pasti dia lagi ngomel-ngomel enggak jelas," ucap Adnan.

Tidak salah lagi, setelah menerima panggilan dari Adnan ... Ayna langsung meluapkan kekesalannya. "Wahh parah nih orang, enggak tau sopan satun ya!"

"Kenapa sih Ay? didenger pelanggan tau," ujar Caca.

"Itu tuh, dosen kebanggaan lo. Ngeselin banget tau, dia tiba-tiba telfon enggak jelas terus sekarang matiin telfon. Bilang apa dulu gitu, ini main matiin aja. Lama-lama gue bisa stress ngadepin tuh dosen," gerutu Ayna dengan nada yang begitu kesal.

Call My NameWhere stories live. Discover now