22. Perihal Makan

5K 624 22
                                    

"KEPADA SAUDARA REVAN ALDEBARAN, TOLONG SEGERA PERGI KE KANTIN"

Revan menutup kedua telinganya, bukan apa - apa. Hanya saja kelakuan Vano dan Adrian sukses mengganggu istirahatnya. Bagaimana tidak, mengingat bagaimana cara mereka membangunkan dirinya. Menggulung buku tulis, dan berteriak layaknya toa sudah cukup membuat Revan mati - matian menahan kesabarannya.

"Lo aja sana" balasnya malas, tangannya bahkan terangkat untuk mendorong tubuh Vano agar menjauh darinya.

"Kalau lo lupa lo belum makan siang bambank" Adrian mengingatkan.

"Tapi gue ngantuk" rengek Revan lagi, lalu kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Lo habis di hukum, dan sekarang lo gak mau makan siang? Punya nyawa berapa lo kalau mati?" Ceroscos Vano yang sukses membuat Adrian sedikit kaget dengan kalimat terakhir Vano.

"Gak usah bawa - bawa mati juga, anying"

"Ree, gue hitung sampe tiga. Kalau lo gak bangun, terpaksa kita seret lo ke kantin"

"Udah lo berdua aja sana, gue ngantuk banget" Revan kembali berkilah, karena jujur dirinya benar - benar malas sekarang. Kakinya sakit, badannya juga capek. Yang ia butuhkan sekarang hanya istirahat, bukan makan. Masalah perut? Ia yakin bisa menanganinya sendiri.

"Revan, lo selain ngeselin ternyata batu juga ya?" Vano masih belum menyerah sama sekali, begitupun dengan Adrian.

"Istirahat tinggal dua puluh menit lagi, jangan sampai kita gak makan gara - gara kelamaan nunggu lo, Re" Adrian kembali buka suara, tapi siapa sangka jika perkataannya sukses membuat Revan beranjak dari duduknya.

Revan menghela nafas pelan sebelum akhirnya mengiyakan permintaan kedua sahabatnya. Meskipun malas, tapi dirinya juga tidak bisa membiarkan kedua sahabatnya tidak sarapan. Apalagi itu karena dirinya.

"Yaudah ayo"

Baik Vano maupun Adrian kompak mengulum senyum tipisnya. Sudah mereka duga, jika Revan tidak akan mungkin membiarkannya kelaparan.

"Gitu dong dari tadi, ini baru sahabat gue" ujar Vano seraya merangkul tubuh Revan dari samping, hal yang serupa juga di lakukan oleh Adrian yang tak mau ketinggalan.

Trio Kwek - kwek, setidaknya nama tersebutlah yang selalu terlintas di otak Vano. Sedangkan baik Revan maupun Adrian hanya bisa mengiyakan julukan aneh yang di buat oleh si otak dangkal Vano.

Ketiganya terlihat memasuki areal kantin dengan Revan yang berjalan lebih dulu. Sosoknya terlihat celingukan sebelum akhirnya berlalu kearah meja kosong yang berada di pojok kantin. Sedangkan baik Adrian maupun Vano hanya mengikuti kemana kiranya Revan akan membawa mereka.

"Lo berdua mau makan kan? Yaudah sana pesen. Gue mau tidur" ujar Revan yang sukses membuat Vano menjatuhkan rahangnya tidak percaya.

"Lo kalau tidur kadang gak mikirin tempat, ya?"

"Ya siapa suruh lo ngajak gue ke kantin"

"Ya kan gue nyuruhnya lo kesini buat makan, bukan malah ngelanjutin tidur Revann"

"Bodo ah, lo kalau mau makan— makan aja. Gue mau tidur" ujar Revan seraya mendaratkan pantatnya pada sebuah kursi. Berusaha mengabaikan bacotan - bacotan kedua sosok di hadapannya.

"Lo beneran gamau makan, Ree?"

"Berisik" balas Revan malas, sosoknya tampak menelungkupkan kembali kepalanya diatas meja.

Vano mendesah kecewa sebelum akhirnya sebuah ide muncul di benaknya. Setidaknya tepat setelah ia melihat keberadaan seseorang yang mungkin bisa membantunya untuk membujuk Revan.

"DARREN" teriak Vano yang sukses membuat Darren menghentikan langkahnya dan beralih menatapnya. Vano menelan ludahnya susah payah, tepat setelah mata elang Darren menatapnya.

"E-eee"

"Ngomong yang jelas, gue gak punya waktu buat basa - basi" Ujar Darren lengkap dengan nada malasnya. Mengabaikan jika saat ini sosok Vano hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal. Jika saja bukan karena Revan, dirinya juga malas berurusan dengan si es batu Darren.

"Revan gak mau makan"

"Ya terus?"

"Ya lo paksa lah, oneng. Eh Darren maksud gue"

"Ngapain, gila lo?"

Adrian menarik nafasnya panjang - panjang sebelum akhirnya tersenyum paksa. Entahlah, ia sendiri kadang suka bingung dengan sikap Darren. Kadang sosoknya baik, kadang juga ngeselin naujubilah.

"Lo kakaknya bukan sih? Adik lo seharian belum makan. Tapi lo?"

"Gak usah alay, lagian kalau emang dia gak mau makan ya udah. Gak usah di paksa, gitu aja kok ribet" balas Darren abai sebelum akhirnya membawa langkahnya pergi dari sana.

"Sekarang gue ragu, kalau Darren itu manusia. Gak ada hati anying" kesal Vano sebelum akhirnya berlalu dari sana.

"Mau kemana lo?"

"Laper, mau makan. Lama - lama gue bisa darah tinggi kalau ngadepin orang kaya Darren" ujar Vano yang sukses membuat Adrian menggeleng pelan.

"Ree" panggil Adrian seraya mengguncang pelan tangan Revan.

"Hm?"

"Lo beneran gak mau makan?"

"Udah lo makan aja sana, gue ngantuk banget gila" jawab Revan dengan mata yang masih terpejam sempurna.

"Yaudah kalau gitu gue kesana dulu ya"

"Hm" balas Revan seraya menyamankan posisi tudurnya. Sedangkan Adrian? Laki - laki tersebut terlihat membawa langkahnya menyusul Vano.

Belum lama Revan tertidur, tapi harus kembali terusik tepat setelah ia merasakan benda dingin menempel di pipinya. Revan menghela nafas pelan, tidak bisakah kedua temannya berhenti mengganggunya?.

"Ayolah Van, gue capek banget anjir. Gak usah ganggu" balas Revan lengkap dengan matanya yang masih terpejam.

Bukannya menurut, sosok tersebut justru kembali melanjutkan aksinya dengan cara menempelkan minuman dingin tersebut ke pipi Revan.

Revan terusik? Tentu saja, tapi mati - matian ia menahan kesabarannya dan memilih untuk mengabaikannya. Karena pada kenyataannya, Revan benar - benar malas untuk berdebat sekarang.

"Makan"

"Gue ga laper, Vano"

"Darren, bukan Vano" ujar sosok tersebut yang sukses membuat Revan tertegun sejenak, tapi memilih abai setelahnya.

"Darren gundul lo, ngapain dia disini" balas Revan masih dengan ketidak percayaannya.

"Bangun, makan!" Ujar sosok tersebut lagi. Sedangkan Revan? Laki - laki tersebut terlihat berpikir dalam tidurnya. Suaranya memang mirip Darren, tapi apa iya Darren?

"Gak usah banyak mikir, cepetan bangun. Makan" ujar Darren yang sukses membuat Revan seketika beranjak dari tidurnya.

"Darren?"

"Apa? Mau manggil gue Vano lagi?"

"Lo—lo ngapain disini?"

"Gak usah banyak tanya, buruan makan"

"Tap—"

"Makan Revan!!!"

—Revan—

Kalau rame, pasti bakal rajin Up
Jadi jangan rame ya :>

R E V A NTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon