02. Kejahilan Revan

15.2K 1.2K 75
                                    

Hari ini adalah hari kamis, itu artinya jadwal olahraga untuk kelas bahasa. Seluruh siswa tampak berkumpul di tengah lapangan, dengan pak Arjuna sebagai pelatihnya.

Vano, laki laki tersebut terlihat meregangkan otot otot tubuhnya seraya membawa langkahnya mendekat kearah teman temannya yang lain.

"Revan mana?"

"Lah mana saya tau, saya kan ikan"

"Tapi kan lo sahabatnya bego"

"Emang dia ga ada?"

"Kalau dia ada, mana mungkin gue nanya lo bego?" Kesal Adrian seraya memutar bola matanya malas. Vano terkekeh sebelum akhirnya memilih untuk mengambil ponselnya di tepi lapangan.

"Lo tunggu sini, gue mau call dia dulu"

"Buruan, sebelum di liat sama pak Arjun" Adrian mengingatkan, bukan apa apa— dirinya hanya tidak ingin kena marah karena tidak bisa menaungi rakyat rakyatnya. Sederhannya, posisi Adrian saat ini adalah ketua kelas. Jadi mau tidak mau dirinya harus bisa membimbing seluruh rakyat rakyatnya menuju jalan yang benar. Meskipun kenyataannya ia sendiripun belum berhasil menemukan dimana jalannya.

Sedangkan disisi lain, sosok Vano terlihat sedang mengotak ngatik ponselnya, mencari nama Revan di dalam kontaknya sebelum akhirnya menekan tanda panggil di dalamnya.

"Hallo, ngapain lo nge-call gue pagi pagi gini?" Sapa Revan dari seberang sana.

"Lo dimana? Kenapa ga ada di sekolah?"

"Di pohon"

"Gue nanya serius bangsat"

"Yang bilang gue becanda siapa? Gue emang seriusan lagi di pohon"

"Pohon?"

"Iya pohon, pohon mangga maksudnya"

"Ngapain? Jangan bilang lo mau berubah jadi gorila beneran?" Terka Vano  yang langsung membuat Revan terkekeh di seberang sana.

"Gue lagi bantuin tetangga buat panen buah mangga"

"Kurang kerjaan lo emang"

"Udahlah No, lagian daripada gue ngikutin pelajaran pak Arjuna mending gue bantu tentangga kan? Selain dapet duit, bonusnya pahala lagi" ceroscos Revan yang sukses membuat Vano memutar bola matanya malas.

"Terus? Sekarang gue harus jawab apa kalau misalnya di tanya sama pak Arjun?"

"Bilang aja gue ijin"

"Ijin ngebantuin tetangga buat panen buah mangga? Oh ayolah Revan, kasik gue alasan yang klise" potong Vano seraya berdecak kesal

"Kalau gitu bilang aja gue sakit"

"Lo nyuruh gue bohong?" Teriak Vano yang sukses membuat Revan spontan menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Ga usah teriak juga anying, lagian gue emang sakit kok"

"Sakit?"

"Sakit gara gara di gigit semut merah" ujar Revan lengkap dengan kekehan kecilnya. Vano mendengus sebelum akhirnya kembali angkat bicara

"Ga usah bercanda , kali ini gue nanya serius. Lo dimana?"

"Gue juga serius setan, apa perlu kita vidio call biar lo percaya?" Tanya Revan sebelum akhirnya memilih mengakhiri panggilan terlebih dahulu. Vano menghela nafas pelan— sampai akhirnya sebuah panggilan vidio dari Revan masuk ke ponselnya.

"Gimana? Udah percaya kan lo sekarang?" Ujar Revan lengkap dengan kekehan kecilnya. Vano mengangguk malas, karena kenyataannya Revan benar benar berada di atas pohon mangga.

"Emang lo doang Van, spesies manusia paling aneh yang pernah gue kenal"

"Tapi lo sayang kan?"

"Jijik njir" kesal Vano, sedangkan Revan hanya bisa tertawa kecil karenanya.

"Udah, mending sekarang lo balik kelapangan sebelum pak Arjuna marahin lo" Revan mengingatkan, sedangkan Vano hanya bisa mengangguk patuh sebelum akhirnya memilih untuk mengakhiri panggilan mereka.

7 tahun berteman, membuat Vano tahu betul bagaimana sosok Revan yang sebenarnya. Dirinya juga sudah menganggap Revan seperti saudaranya sendiri, dan begitupun sebaliknya.

Sosok Revan yang ramah, ceria dan tidak memilih saat mencari teman adalah salah satu alasan kenapa Vano mau berteman dengan sosok tersebut. Tidak peduli dengan bagaimana latar belakang serta bagaimana sosoknya yang selalu di benci oleh semua orang. Karena pada dasarnya, Vano benar benar tulus ingin berteman dengan Revan.

"Mana dia?" Tanya Adrian, tepat setelah Vano sampai di tengah lapangan.

"Ijin sakit, habis di gigit semut merah" balas Vano lengkap dengan nada malasnya. Adrian menghela nafas pelan, sudah terlanjur hapal dengan alasan yang Revan buat.

"Terus sekarang kita gimana? Bohong lagi?" Tanya Adrian seraya mengalihkan atensinya kearah Vano

"Kayaknya Revan emang pengen ngejerumusin kita ke neraka deh, hobby banget nyuruh kita bohong"

"Yaudah sih, kalau ke neraka jugaan bareng bareng"

"Bareng bareng matamu" kesal Vano yang langsung dihadiahi gelak tawa oleh Adrian.

"Fano, Adrian" teriak pak Arjun yang sukses membuat mereka menghentikan aksi tawanya.

"Ehh bapak, udah dari tadi ya?" Tanya Adrian cengengesan

"Kamu jadi ketua kelas, bukannya ngatur barisan malah arisan sama Vano"

"Siapa yang arisan sih pak? Dikira saya ibuk ibuk PKK kali ya?" Sungut Adrian seraya mempoutkan bibirnya kesal. Mengabaikan jika saat ini Pak Arjuna hanya bisa memutar bola matanya malas

Tidak habis pikir dengan kelakuan murid muridnya, bagaimana mungkin mereka bisa menjadikan Adrian sebagai ketua kelas, dengan Vano sebagai wakilnya? Karena bukannya membuat kelas semakin tertib, yang ada malah semakin sulit untuk di atur.

"Dimana Revan?"

"Di pohon pak, eh—"

"Maksud kamu?"

"Revan sakit pak, iya maksud saya itu"

"Sakit? Kamu ga lagi nyoba buat bohongin saya kan?" Tanya Pak Arjuna seraya mengamati wajah sosok di hadapannya

"Iyalah pak, ngapain juga saya bohong. Revan emang sakit, habis jatuh dari pohon mangga"

"Dia metik buah mangga"

"Engga"

"Terus?"

"Nolongin anak kucing" balas Vano polos yang sukses membuat teman temannya tertawa

"Vano, jangan main main"

"Dih si bapak, gapercayaan banget. Revan emang sakit"

"Yasudah, awas saja kalau kalian sampai bohong. Siap siap lari keliling lapangan seratus kali" ujar Pak Arjuna tegas, sedangkan baik Vano maupun Adrian hanya bisa memutar bola matanya malas. Toh juga, Revan benar benar tidak sekolah bukan? Jadi untuk apa mereka takut dengan ancaman pak Arjuna?

Tapi sayang, sepertinya dewi Fortuna tidak berpihak pada mereka. Karena yang terjadi sekarang adalah— Revan datang lengkap dengan anak kucing di tangannya.

"Kata siapa saya ga masuk?" Ujarnya polos yang sukses membuat Vano dan Adrian mengumpat dalam diam. Bisa bisanya Revan datang, disaat mereka sudah berhasil membohongi pak Arjuna

"Lah Revan? Kamu ga sakit?"

"Wahhh, kayaknya bapak baru aja di bohongin Adrian sama Vano deh. Mana ada saya sakit, orang sehat gini kok" ujar Revan lengkap dengan kekehan kecilnya, mengabaikan jika saat ini sosok Vano dan juga Adrian tengah menatap horor kearahnya.

"Vano, Adrian"

"Udah, hukum aja pakk" lanjut Revan lengkap dengan kekehannya.

—Revan—

R E V A NWo Geschichten leben. Entdecke jetzt