49. Permintaan Terakhir

4.9K 580 24
                                    

"Gimana keadaan lo sekarang?" Tanya Raska seraya mengamati bagaimana pucatnya wajah Revan saat ini.

"Udah mendingan"

"Lo tau ga gimana khawatirnya gue tadi? Gue bener - bener takut lo kenapa - napa, Ree" ujar Raska yang sukses membuat Revan mengulum senyum tipisnya.

"Thank's buat semuanya ya. Lagi - lagi gue hutang budi sama lo"

"Gak ada yang namanya hutang budi antara saudara. Kalau lo lupa, lo udah gue anggep adik gue sendiri, Ree"

"Boleh gak sih kalau gue bilang beruntung punya lo? Karena jujur, di antara semua orang yang deket sama gue, lo satu - satunya orang yang siaga pasang badan buat lindungin gue" ujar Revan lengkap dengan senyuman tipisnya.

"Lo mau denger cerita gue ga?" Tanya Raska yang sukses membuat Revan mengernyitkan alisnya bingung.

"Cerita?"

"Iya cerita, mau denger?" Tanya Raska lagi yang langsung di jawab anggukan cepat oleh Revan.

"Kenapa engga? Lagipula gue juga penasaran sama lo" balas Revan lengkap dengan cengiran khasnya. Mengabaikan jika saat ini sosok Raska hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.

"Percaya atau engga, dari kecil gue pengen banget punya adik" Raska mulai angkat bicara, sedangkan Revan? Laki - laki tersebut hanya bisa menyimak dalam diam.

"Gue kadang ngerasa iri sama temen - temen gue. Sebagian besar dari mereka punya adik, sedangkan gue? Gue cuma anak tunggal" lanjut Raska seraya mengingat kembali kilas balik masa lalunya.

"Sebenernya kalau gue mau, gue bisa aja punya adik. Tapi disisi lain gue juga gak bisa egois. Lo tau kan kalau mama gue lagi sakit, jadi di kondisinya yang sekarang gak memungkinkan banget buat dia hamil lagi" ujar Raska lengkap dengan tatapan kosongnya. Bicara perihal mamanya, entah kenapa  tiba - tiba dirinya merindukan sosok tersebut.

"Selama ini gue kesepian, Ree. Tapi  semua gak berlangsung lama. Karena setelahnya gue justru ketemu lo"

"Pertemuan kita mungkin bisa di bilang kurang baik. Apalagi kalau di suruh nginget gimana sakitnya di pukul pake centong—"

"Gak usah di inget lagi, malu - maluin aja" potong Revan cepat yang sukses membuat Raska terkekeh pelan karenanya.

"Ya habis lo mukulnya gak pake perasaan banget"

"Lah emang ada gitu mukul pake perasaan?" Tanya Revan yang langsung di jawab anggukan cepat oleh Raska.

"Ada"

"Kek gimana?"

Pukkk

"Ehh asuu, lo ngapain mukul gue?" Pekik Revan seraya mengusak kepalanya. Mengabaikan jika saat ini sosok Raska hanya bisa menertawainya.

"Ekhemmm, kaya seru banget nih. Papa ganggu gak?" Ujar Fahri seraya berdiri di ambang pintu.

"Papa?"

"Om?"

"Revan, kan udah saya bilang. Jangan panggil saya om lagi. Kalau kamu lupa, kamu udah saya anggap anak saya sendiri"

"Ya gimana mau panggil papa, kalau om aja masih ngomong saya ke aku" balas Revan tak mau kalah.

"Kode tu pahh" celetuk Raska

Fahri tersenyum tipis, tangannya bahkan terangkat untuk mengusak lembut rambut Revan. "Intinya jangan panggil papa om lagi, ya?"

"Siap laksanakan pa" balas Revan lengkap dengan cengirannya.

"Oh iya, papa mau nanya sesuatu sama kamu boleh?"

"Nanya apa pa?"

"Mau ikut papa ke Bandung? Mamanya Raska pengen ketemu kamu" ujar Fahri yang sukses membuat Revan mengalihkan atensinya kearah Raska.

"Gue udah ceritain semuanya ke mama. Dan sekarang? Mama pengen kenalan sama lo" Raska menimpali lengkap dengan senyuman tipisnya. Mengabaikan jika saat ini sosok Fahri hanya bisa menghela nafas pelannya. Takut - takut jika Revan akan menolak ajakannya.

"Aku bahkan gak punya satupun alasan buat nolak ajakan kalian" balas Revan yang sukses membuat Fahri dan juga Raska mengulum senyum tipisnya.

"Istri om pasti seneng banget dengernya"

"Aku jadi gak sabar buat ketemu istri om"

"Tunggu kamu sembuh ya? Nanti kita ke Bandung sama - sama"

"Yahhhhh"

"Makannya cepetan sembuh, biar kita bisa ke Bandung secepetnya"

"Gue udah sembuh kok"

"Sembuh matamu? Muka masih pucet gitu" ujar Raska yang sukses membuat Revan mengerucutkan bibirnya lucu.

Fahri tersenyum tipis, ia bahkan tidak tau harus sedih atau bahagia saat ini. Karena percaya atau tidak, dirinya bahkan tidak yakin bisa menerima semua yang akan terjadi nantinya.

Dirinya sangat menyayangi istrinya, tapi disisi lain— permintaan sosok tersebut juga tidak bisa ia bantah lagi. Kinan, sosok tersebut bahkan bersedia mendonorkan jantungnya untuk sosok yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya.

Fahri tau jika hal tersebut mungkin akan menjadi permintaan terakhir istrinya. Mengingat jika saat ini sosok tersebut sedang terbaring lemah di rumah sakit. Jangankan untuk sembuh, bertahannya saat ini pun merupakan sebuah keajaiban.

"Aku yakin dia anak yang baik, jadi aku gak masalah kalau misalnya aku donorin jantung aku buat dia. Lagipula umur aku udah gak lama lagi, jadi percaya atau engga— ijinin aku ngelakuin sesuatu hal yang berguna"

—Revan—

R E V A NWhere stories live. Discover now