A Short Talk Before Dawn | Childe x Lumine

4.1K 153 36
                                    

Author's note :

Bagian ini muncul karena jiwa author yang ngeship Childe sama Lumine. Tentunya bagian ini juga merupakan fanfiction dari game Genshin Impact buatan Mihoyo. Baik karakter, latar, maupun sebagian cerita berasal dari gamenya. Author hanya mengembangkan dan menambahkannya sesuai dengan imajinasi author.

Hope you guys like it!

-000-

"Ojou-chan, apa dunia asalmu seindah Teyvat ?"

"Mungkin iya atau... mungkin juga tidak."

"Aku tidak ingat bagaimana bentuk dunia asalku,"jawabnya sembari menampilkan senyum tipis yang entah apa artinya.

"Apa kamu akan pulang setelah menemukan saudara kembarmu ?"

Dia mengangguk lalu tersenyum, sirat akan kesedihan. Perlahan ia menengadah, menatap ke langit yang penuh bintang, lalu beralih menatap mataku.

"Sejujurnya, kami sudah selesai mengelilingi Teyvat entah berapa tahun yang lalu. Hanya saja saat kami ingin pergi, kami ditahan oleh seorang dewa yang tidak kami ketahui. Lalu aku pun terpisah dengan saudara kembarku."

"Kalau kamu sudah selesai mengelilingi Teyvat, berarti kamu tahu semua seluk beluk tempat ini ?"

Ia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak yakin apakah ingatanku benar atau tidak, tapi Teyvat yang sekarang sangat berbeda dengan Teyvat yang dulu aku jelajahi."

"Aku penasaran berapa umurmu, ojou-chan."

Ia tertawa, reaksi yang tidak aku duga sama sekali.

"Hahahah, kenapa kamu penasaran dengan umurku ? Aku kira kamu akan penasaran dengan Teyvat di masa lalu."

'Karena dirimu lebih menarik.'

"Yah, aku tidak akan menolak kalau kamu menceritakan keduanya."

"Sayangnya, aku tidak ingat dengan jelas berapa umurku ataupun Teyvat di masa lalu. Yang jelas di masa lalu Teyvat tidak sedamai dan seindah sekarang."

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, mencerna informasi darinya. Mungkinkah dia datang ke Teyvat pertama kali saat Perang Archon ? Atau bahkan jauh sebelum itu ? Aku tidak tahu.

"Apa kamu menyesal datang ke Teyvat, ojou-chan ?"

Ia terdiam sesaat sebelum akhirnya kepalanya mengangguk pelan. 

"Sedikit." 

"Aku ingat saudaraku bilang Teyvat adalah dunia terakhir yang ingin dia jelajahi. Tadinya kami berniat untuk kembali ke dunia kami setelah selesai menjelajahi Teyvat. Siapa yang menyangka kalau akhirnya akan begini ?"

"Aku pernah berpikir kalau saja kami tidak datang ke Teyvat, mungkin sekarang kami sedang berada di dunia asal kami. Tapi, penyesalan hanya akan menghambat diriku. Aku percaya dia berada di Teyvat dan aku akan terus mencarinya."

'Ah, betapa aku ingin memeluknya, menghiburnya, dan juga membantunya bertemu dengan saudaranya itu,'pikirku.

'Kalau dia tahu kenyataannya, apa yang akan dia lakukan ? Di sisi mana ia akan berdiri ? Bagaimana perasaannya ? Sedih ? Kecewa ? Atau justru lega karena berhasil mengetahui keberadaan saudaranya ?'

ᴀɴᴏᴛʜᴇʀ ʜɪꜱᴛᴏʀɪᴀꜱ - ɢᴇɴꜱʜɪɴ ɪᴍᴘᴀᴄᴛ ꜰᴀɴꜰɪᴄWhere stories live. Discover now