10

2.5K 296 63
                                    

Rumah yang berdekatan menjadi faktor utama Sehun dan Jongin menjadi sangat dekat. Lay juga cukup dekat dengan Chanyeol. Chanyeol memanggil sepasang suami istri itu dengan sebutan Hyung saat ini. Dan ia cukup sering membantu keduanya menjaga anak mereka. Bukan masalah, karna bagi Chanyeol sekalian ia membiarkan Sehun bersosialisasi.

Lebih sering Jongin main kerumahnya dan menghabiskan banyak waktu untuk menonton kartun daripada Sehun yang keluar untuk bermain dengan Jongin. Bukan karna Chanyeol melarang, tapi Sehun kadang tidak mau keluar rumah.

Hari ini Lay yang bekerja, Suho berada dirumah. Dan Sehun sangat dekat dengan Suho, dia juga memanggil Suho-Lay dengan sebutan Appa dan Umma sebagaimana Jongin memanggil kedua orang tuanya. Dan hal sama juga terjadi bagi anak-anak Suho dan Lay yang memanggil Kris-Chanyeol dengan sebutan Daddy dan Mommy.

Jika Suho dirumah, Sehun akan senang bermain dirumahnya. karna Suho cenderung mengalah pada apapun yang diinginkan Sehun dengan alasan 'Sehun itu terlalu imut dan menSehunggemaskan, aku tidak bisa bilang tidak'.

Jadilah Suho menjelma sebagai malaikat pelindungnya Sehun Wu.

Jennie sedang dudu dengan gelas minumannya. Gelas minuman wine namun berisikan susu putih. Oppanya Namjoon, berada di single sofa dan sedang sibuk dengan buku matematikanya.

"Cehun gambal apa?"

"Oh, maii famiiili picyull!!"

"Famiili? Ooh.. kelualga?"

"Ne!! ini daddy, ini mommy, ini hunnie" jelas Sehun sembar menunjuk gambar-gambar lidi di buku gambarnya.

Kedua bocah itu duduk diatas permadani sembari menggambar dan mewarnai diatas meja.

"Jongin ambay apa?"

"Oh.. ini juga gambal kelualga Jongin. Ini umma, appa, juun yung, jeen nuuna dan jongin"

Sehun mengangguk mengerti. Ia kembali melanjutkan kegiatan menggambarnya, begitupula Jongin. Namun satu-satunya anak perempuan disana tersenyum miring.

"Ini siapa Jong?"

"Ini Umma, ini Appa"

"Oh.. Umma Appa ku dan Umma Appanya Joon Oppa?"

Jongin mengerjapan kelopak matanya. Sehun menatap Jennie lekat, lalu tangan gendutnya bergerak menunjuk gambar dua lidi berbeda warna itu.

"Umma-Appa Jongin ugaa?"

"Annie. Umma-Appaku dan Joon oppa"

"Meleka Umma-Appa Jongin juga, kan?" Jongin bertanya dengan suara lirih. Tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi kenapa noonanya bilang Umma-Appanya bukanlah Umma-Appanya?

"Mianhae Jongin. Kau itu anak adopsi!"

/deg!/


Jongin berkaca-kaca matanya. Crayon ditangannya jatuh dan ia perlahan menangis terisak. "Joon yung- hikss" mencari pembelaan dari hyungnya itu.

Namjoon menghela nafas panjang. Ia menatap Jennie dengan kesal karna Jennie sudah membuat Jongin menangis, namun Jennie justru menaik turunkan alisnya.

"Maaf harus memberitahumu seperti ini, tapi Jongin kau itu anak adopsi"

Jennie meledek sekali lagi dan Namjoon mengangkat bahunya acuh. "Iya, Jongin itu anak adopsi" ucapnya membuat tangisan Jongin semakin menjadi.

Sehun menatap ketiga bersaudara itu dengan aneh. Dia tidak mengerti kenapa Jongin menangis. Dan dia tidak tahu apa itu adopsi?

"Adoci apa?"

"Adopci hunie! Hiks.. Jongin anak adopci- hiks.."

"Iya, Adopci ituu apaa???" tanya Sehun lagi sambil menatap Jongin yang masiih saja menangis sedih.

Jongin mengelap ingusnya asal. "Gak tau- hiks... gak tauuuuuu.."

"Coooooooooo, kenapa jongin nangic talo nda tauuu?"

"Jongin bukan anak Umma-Appa- hiks.. Jongin anak adopciiiii"

"NUUNAA, Adoci itu apa?" tanya Sehun yang lagi-lagi lupa huruf 'p' pada ucapannya.

"Itu artinya anak pungut"

"Hiksss... Jongin- JONGIN ANAK PUNGUT- Hiks.. HUWAAAA!!" Tangis Jongin semakin menjadi.

Jennie tertawa jahat. Lalu berdeham dan memegang pundak Jongin dengan sedikit meremasnya hingga kini Jongin menatap Jennie dengan tanya, tubuhnya sesekali terguncang karna menahan laju tangisnya.

"Hari itu, sedang hujan lebaaat sekali. Umma, Appa, Noona dan Joon oppa baru pulang dari rumah halmeoni" cerita Jennie sembari melirik Namjoon menyuruh Namjoon melanjutkan ceritanya.

"Lalu, saat melewati bak sampah yang bau dan banyak sampahnya, ada suara bayi menangis!!" lanjut Namjoon dengan raut wajah seserius mungkin.

"Akhirnya!! Akhirnya umma turun, dan melihat bayi sedang telanjang ditumpukkan sampah"

"Dan karna kasihan, Umma membawa bayi dari tempat sampah itu pulang, lalu diberi nama Kim Jongin deh"

"Hiks- Huwaaaaaaaaaaaaaaaa.......... Hiks hiks- Jongin anak adopciiiii!!"

Tangisan Jongin semakin terdengar kencang. Sehun menatapnya dengan bingung. Dia menepuk-nepuk lengan Jongin menyuruhnya tenang.

"Tita tanya appa yuuu?"

"U-Uhh-hiks... Jongin anak adopciii"

Sehun menatap Jongin yang menangis. Lama-lama ia kasihan karna Jongin menangis sendirian, jadi ia ikut memanyunkan bibirnya.

"HUWEEEEEEE~~ JONGIN ANAK ADOCIII Hiks-hiks.. anak campaaaahhhh- hiksss" Sehun menangis dengan menutupi wajahnya.

"Hiks.. Jongin anak adopciiiii" tambah Jongin dan masih menangis dengan kencang.

Jennie menatap Namjoon lalu mengulurkan telapak tangannya. Namjoon menepuk tangan adik perempuannya itu lalu tertawa jahat dalam hati.

"Ada apa? Kenapa kalian menangis?"

Suho baru saja bangun tidur dan mendapati kedua bocah itu menangis dengan kencangnya.

"Jo-hiks.. jo- hiks.. huhuhu- hiks- Jongin- hiks.. Jongin anak adoci ne appa? Hiks-jongin anak campaahh?"

"Hah?" Suho tak mengerti pertanyaan Sehun. Ia menatap Jongin yang menghampirinya dan juga masih sambil menangis.

"Jongin anak adopci? Apa benal? Hiks.."

"What?! Siapa yang-

Suho menatap Jennie dan Namjoon yang tersenyum kikuk. Jennie menggaruk kepala belakangnya lalu tersenyum, 'It's a joke' ucapnya tanpa bersuara. Suho menggeleng pelan. Ada-ada saja tingkah anak perempuannya ini.

Suho mengusap kepala Jongin lembut. Menghapus air matanya hingga Jongin sedikit lebih tenang.

"Iya, Jongin memang anak adopsi" ucap Suho dengan raut wajah menyesal.

"Haa?!! HUWAAAAAAAAAAA- HIKS.. UMMMAAAAA!!! HIKSS UMMAAAAAAAAA!!"

"Hiks.. Jongin anak campah-hiks.. kacian- hiks.. adoci- hikss"

Tangisan Jongin dan Sehun kembali pecah. Saat itu Suho tertawa jahat dan berlalu ke dapur. Jennie dan Namjoon juga sama-sama tertawa jahat mendengar dua bocah itu saling sahut menyahut menangisi hal yang padahal-

Mereka tidak mengerti.

4 Years Old SehunnieWhere stories live. Discover now