Bagian 25

1K 152 53
                                    

Tehyung berlari mengejar Jennie, memanggil-manggil nama gadis itu untuk mencoba menghentikan langkah kakinya yang terburu-buru. Taehyung yang bajingan bahkan dengan secepat kilatnya melupakan atensi wanita lain yang baru saja menerima bualannya. Nyatanya Irene memang bukanlah prioritas utamanya, dalam pikiran dan hati Taehyung hanya akan selalu ada nama Jennie.

Berhasil meraih tangan wanitanya, Taehyungpun segera menarik Jennie yang tengah menangis sesenggukan kedalam dekapannya.

" maafkan aku, ku mohon maafkan aku " rapal Taehyung sembari semakin mengeratkan pelukkannya pada tubuh bergetar jennie

Jennie mendorong dada Taehyung kasar hingga dekapan mereka terlepas " kau kembali melakukannya Tae, kau kembali menyakiti ku " ucap Jennie penuh emosi. wajah gadis itu memerah dengan air mata yang tak mau berhenti untuk turun

Dada Taehyung sesak, rasa sakit dan nyeri menghantamnya dengan tanpa ampun kala melihat bagaimana terlukanya Jennie saat ini. Ia pernah berjanji dalam hati untuk selalu menjaga dan melindungi gadis itu. Ia tak akan membiarkan air mata jatuh dari kedua mata indahnya, namun apa yang Taehyung lakukan amat sangat berbanding terbalik. Ia terus saja menyakiti wanita yang dicintainya itu. Taehyung benar-benar merasa jika ia adalah lelaki yang buruk.

Taehyung mencoba kembali medekat kearah Jennie, meraih kedua tangan gadis cantik itu. Namun nyatanya ia kembali mendapat penolakan, Jennie berontak dengan terus memukuli dadanya. Taehyung diam, ia tak mengelak sama sekali, membiarkan wanitanya itu menumpahkan semua rasa sakitnya.

" bajingan, kau benar-benar bajingan Tae " Jennie terus memukuli Taehyung sembari mengumpatinya dengan kata-kata kasar

" kenapa aku harus mencintai bajingan seperti mu, kenapa ? " pukulan Jennie melemah. Gadis itu menenggelamkan kepalanya dalam dada bidang Taehyung sembari kembali menangis sesenggukan.

" maafkan aku " Taehyung lagi-lagi merapalkan kalimat itu, Jennie benar-benar muak mendengarnya.

" aku memang lelaki bajingan Jen, dan tak seharusnya kau mempertahankan ku " Jennie mendongakkan kepalanya menatap tepat kedalam manik Taehyung mencoba mencari penjelasan atas kalimat itu

" aku tak pantas untuk mu, Jen. Kau berhak mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari ku, yang mampu membahagiakan mu. Bukan aku yang hanya selalu menyakiti mu, membuat air mata lagi-lagi turun dari manik indah mu "

Jennie menatap tak percaya kearah Taehyung, gadis itu menggelengkan kepalanya heboh menolak pendapat sepihak yang kekasihnya itu ucapkan.

" bodohnya aku. Ternyata kau memang tak lagi mencintai ku Tae " Jennie terkekeh pilu di tempatnya

" jangan pernah ragukan cintaku padamu Jen. Hanya kau satu-satunya yang ada di dalam hati ku " ucap Taehyung lantang

" lalu kenapa kau meminta ku untuk melepaskan mu ? kenapa Tae ? " desak Jennie pada sang kekasih yang hanya diam sembari menundukkan kepalanya, menolak bersitatap dengan dirinya.

" maafkan aku " jennie benar-benar muak saat Taehyung mengucapkan kalimat itu. Jennie bisa melihat dengan jelas jika kekasihnya itu juga sama terlukannya seperti dirinya.

" kenapa harus sesulit dan sesakit ini Tae. Apakah salah jika kita berdua saling mencintai dan mencoba untuk tetap bersama ? " Taehyung meraih wajah Jennie dan membelai dengan penuh kehati-hatian, menghapus lelehan air mata disana. Wanitanya itu benar-benar tampak terluka dan jauh dari kata baik-baik saja. Taehyung teriris sakit melihatnya.

" Aku... aku benar-benar membenci wanita itu Tae~ " ucap Jennie dengan suara bergetar akibat tangis dan emosinya

" bisakah kita bersikap egois ? aku tak mau melepaskan mu, aku tak akan sanggup jika tanpa mu " Jennie terus meracau tak jelas dengan terus menggelangkan kepalanya. Menatap kekasihnya dengan sorot mata pilu penuh permohonan.

Taehyung hanya mampu terdiam kelu layaknya keledai dungu ditempatnya. Hatinya juga meronta menyetujui kalimat yang kekasihnya itu ucapkan. Ia juga sangat ingin bersikap egois dengan tetap mempertahankan Jennie disisinya, tapi sepertinya otaknya tak mau sejalan dengan hatinya. Bayangan wajah Irene entah mengapa tiba-tiba muncul dalam pikirannya.

" Tae ku mohon " rengekan Jennie lagi dan lagi melemahkan pertahanan Taehyung. ia benar-benar tak sanggup melihat kekasih hatinya itu terluka. Maka dengan gerakan pasti pria itu meraih wajah sang kekasih mendekat, mencium bibir sewarna ceri milik Jennie dengan amat lembut. Mencoba saling membagi rasa sakit satu sama lain dan saling menguatkan.

Kedua sejoli itu tak pernah tahu, jika sedari awal ada sosok wanita lain yang memandang keduanya dengan sorot mata amat terluka. Irene menghapus kasar air mata yang lagi-lagi jatuh di pipinya. Ia menyentuh perutnya yang sedikit membuncit itu untuk menyalurkan rasa sesak dan sakit dalam dadanya. Mencoba meraih kekuatan akan atensi makhluk kecil di dalam perutnya.

Tak ingin menjadi semakin terluka, Irene membalikkan tubuhnya meninggalkan kedua sejoli itu untuk saling membagi kasih berdua. Membiarkan mereka sibuk dengan dunia mereka, dunia dimana Irene tak pernah bisa berada disana karena memang tak seharusnya ia ada ditengah-tengah mereka.

Irene merasa butuh udara segara untuk menjernihkan kepalanya serta membuang rasa sesak di dalam dadanya. Ia meninggalkan begitu saja kue-kue buatannya tanpa ambil pusing. Berjalan melalui pintu belakang dan keluar dari rumah mewah itu. Yang ada dipikiran Irene saat ini hanyalah ingin menenangkan pikirannya yang luar biasa kusut. Irene takut berakhir tak mampu menahan sesak itu seorang diri.

Wanita hamil itu terus berjalan dengan gontai dengan pikiran yang melalang buana, bahkan ia sama sekali tak sadar jika kedua kakinya mulai membengkak dan terasa sakit karena lamanya berjalan.

Langit mulai menggelap karena awan yang berubah mendung, hari juga tampaknya mulai sore. Merasakan tetesan kecil air hujan, Irenepun mulai tersadar. Wanita hamil itu panik dengan menatap kesekitar sembari meruntuki kebodohannya, mencoba menemukan tempat berteduh sebelum awan gelap menumpahkan air matanya.

Beruntung tak jauh dari tempatnya berdiri terdapat sebuah halte bis, dan tanpa buang waktu ia melangkahkan kakinya kesana. Dengan napas lega Irene mendudukkan dirinya di salah satu bangku sembari memeluk tubuhnya sendiri yang mulai kedinginan akibat angin yang berhembus kencang.

Lagi-lagi Irene terdiam merana, ia terkekeh pilu mengingat bagaimana perjalan hidupnya yang jauh dari kata indah. Bahagia tak pernah ada dalam kamus kehidupannya. Dengan bodoh dan tak tahu dirinya, air mata kembali luruh dari kedua matanya. Irene benar-benar membenci perasaan menyakitkan yang ia rasakan ini. Ia hanya ingin bahagia dan lepas dari segala hal menyakitkan dalam hidupnya. Kenapa Tuhan sulit sekali mengabulkan satu saja permintaannya ini.

" aku akan berusaha sebisa mungkin memberikan kehidupan yang indah untuk mu " ucap Irene dengan suara bergetar dalam tangisnya pada sang buah hati

Irene berjanji dalam hati untuk tak akan membiarkan anaknya kelak memiliki kehiduapan sepertinya. Meskipun sulit dan berat, ia akan berusaha semaksimal mungkin memberikan kehidupan yang terbaik untuk sang anak.

Mata Irene mengernyit kala manik kembarnya itu menangkap sebuah Mercedes hitam yang berhenti di bahu jalan, tepat di depannya. Irene melihat seseorang dengan sepatu hitam mengkilap tampak keluar dari kursi penumpang. Kernyitan itu sontak berganti menjadi sorot terkejut dengan bola mata yang membulat sempurna ketika mengetahui dengan pasti siapa gerang sosok yang kini menjulang di hadapannya, menatapnya dengan sorot mata penuh intimidasi.

" disini kau rupanya " suara berat itu membuat tubuh Irene merinding seketika, mengalahkan dinginnya hembusan angin di sore yang hujan itu.

Way Of LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora